"setiap orang pasti menginginkan jati dirinya sendiri, daripada harus menjadi terbelakang dalam bayang-bayang seseorang."
Dengan perasaan kesal Bulan meneguk kopinya yang masih dalam keedaan panas. Tanpa peduli bibirnya yang sudah terbakar akibat panasnya kopi. Setelah kopinya habis, Bulan dengan cekatan mematikan laptopnya sembari membereskan beberapa bukunya. Lalu memasukkan laptopnya kedalam tas dan langsung beranjak bersiap untuk pergi.Namun belum keluar dari Cafe dengan lancar jaya, Bulan malah menabrak seorang pemuda bertopi dengan kopi hitam ditangan kanannya. Dilihat dari mengepulnya asap kopi dari celahnya, sepertinya kopi hitam itu baru disajikan dan masih panas betul tentunya. Seperti dugaan, yang terjadi adalah mereka bertabrakan.
Kopi ditangan pemuda itu menabrak bahu Bulan, lalu menumpahkan cairan hitam panas ditangan kiri Bulan. Bulan hanya bisa meringis sembari menghentikan langkahnya yang telah menabrak dada pemuda itu. Seketika cologne yang dipakai pemuda itu menyeruak jelas di indra peciuman Bulan sampai gadis itu pusing dibuatnya.
Peristiwa itu akan terukir entah sampai kapan, karena biasanya Bulan selalu mengingat kejadian memalukan yang terukir di hidupnya dalam jangka waktu yang cukup lama. Mungkin itu tidak akan terlalu memalukan jika saja pengunjung di Cafe ini sepi, namun sialnnya.. sekarang pengunjung tidak bisa dikatakan sepi. Bulan menghela napas lelah.
Serbuan pasang mata menangkap momen itu dengan menahan tawa karena Bulan sudah tersungkur jatuh ke lantai dengan baju sisi kiri ternodai kopi. Jika pemuda itu Bulan, mungkin gadis itu sudah sujud sukur begitu sampai rumah karena ia tak perlu menahan malu, karena wajahnya yang tertutup oleh topi yang dikenakannya.
Pemuda itu langsung menarik tangan kanan Bulan, dan membawanya pergi keluar Cafe. Dilihatnya gadis itu berjalan gontai,lantas ia menggendongnya dan tidak tahu akan dibawa entah kemana.
Kejadian Memalukan
Bintang memperhatikan Alan yang sedang asik berkutat dengan ponselnya. Dipandangnya gadis itu tampak indah bahkan dalam keadaan apapun juga. Namun tiba-tiba sebuah suara yang menyita pandangannya dari wajah Alan, karena terdengar suara bedebum yang cukup keras dengan aroma kopi menyeruak jelas.
Lantas Bintang menoleh, dan mendapati seorang gadis yang tersungkur ke lantai dengan tumpahan kopi disekelilingnya. Bintang tidak dapat melihat gadis itu dengan jelas, karena jejak antara gadis itu terjatuh dan mejanya berada cukup jauh bersebrangan meja. Namun darin arah kiri masih terlihat cukup jelas. Disamping gadis yang usdah tersungkur dilantai itu terdapat seorang pemuda bertopi dalam keadaan yang shok(?), Bintang tidak tahu.
Pemuda itu lantas bergerak menuju perempuan itu dengan tangan bergetar namun perlahan menyentuh tangan gadis itu. Tangan mereka yang saling terkait pun perlahan ditarik oleh pemuda itu yang membuat perempuan itu bangkit berdiri dan dituntunnya gadis itu sambil berjalan gontai. Sekilas, yang Bintang lihat itu adalah Bulan, namun tidak mungkinkan Bulan berani jalan sendirian ke Cafe tanpa mengajak Bintang? Sungguh itu mustahil sekali,karena Bulan itu manja kepada siapapun yang sudah dikenalnya dengan baik.
Setelah mereka berada diambang pintu, pemuda itu menggendong gadis tadi dan berjalan cepat entah kemana. Tidak hanya Bintang yang menyaksikan itu, tapi mereka semua pengunjung Cafe bahkan pelayannya pun melihat kejadian itu, termasuk Bintang dan Alan.
Kekhawatiran Bintang muncul saat mengingat wajah gadis itu yang mirip dengan Bulan. Apakah itu memang Bulan?
"setiap orang pasti menginginkan jati dirinya sendiri, daripada harus menjadi terbelakang dalam bayang-bayang seseorang"
Dengan perasaan kesal Bulan meneguk kopinya yang masih dalam keedaan panas. Tanpa peduli bibirnya yang sudah terbakar akibat panasnya kopi. Setelah kopinya habis, Bulan dengan cekatan mematikan laptopnya sembari membereskan beberapa bukunya. Lalu memasukkan laptopnya kedalam tas dan langsung beranjak bersiap untuk pergi.
Namun belum keluar dari Cafe dengan lancar jaya, Bulan malah menabrak seorang pemuda bertopi dengan kopi hitam ditangan kanannya. Dilihat dari mengepulnya asap kopi dari celahnya, sepertinya kopi hitam itu baru disajikan dan masih panas betul tentunya. Seperti dugaan, yang terjadi adalah mereka bertabrakan.
Kopi ditangan pemuda itu menabrak bahu Bulan, lalu menumpahkan cairan hitam panas ditangan kiri Bulan. Bulan hanya bisa meringis sembari menghentikan langkahnya yang telah menabrak dada pemuda itu. Seketika cologne yang dipakai pemuda itu menyeruak jelas di indra peciuman Bulan sampai gadis itu pusing dibuatnya.
Peristiwa itu akan terukir entah sampai kapan, karena biasanya Bulan selalu mengingat kejadian memalukan yang terukir di hidupnya dalam jangka waktu yang cukup lama. Mungkin itu tidak akan terlalu memalukan jika saja pengunjung di Cafe ini sepi, namun sialnnya.. sekarang pengunjung tidak bisa dikatakan sepi. Bulan menghela napas lelah.
Serbuan pasang mata menangkap momen itu dengan menahan tawa karena Bulan sudah tersungkur jatuh ke lantai dengan baju sisi kiri ternodai kopi. Jika pemuda itu Bulan, mungkin gadis itu sudah sujud sukur begitu sampai rumah karena ia tak perlu menahan malu, karena wajahnya yang tertutup oleh topi yang dikenakannya.
Pemuda itu langsung menarik tangan kanan Bulan, dan membawanya pergi keluar Cafe. Dilihatnya gadis itu berjalan gontai,lantas ia menggendongnya dan tidak tahu akan dibawa entah kemana.
Kejadian Memalukan
Bintang memperhatikan Alan yang sedang asik berkutat dengan ponselnya. Dipandangnya gadis itu tampak indah bahkan dalam keadaan apapun juga. Namun tiba-tiba sebuah suara yang menyita pandangannya dari wajah Alan, karena terdengar suara bedebum yang cukup keras dengan aroma kopi menyeruak jelas.
Lantas Bintang menoleh, dan mendapati seorang gadis yang tersungkur ke lantai dengan tumpahan kopi disekelilingnya. Bintang tidak dapat melihat gadis itu dengan jelas, karena jejak antara gadis itu terjatuh dan mejanya berada cukup jauh bersebrangan meja. Namun darin arah kiri masih terlihat cukup jelas. Disamping gadis yang usdah tersungkur dilantai itu terdapat seorang pemuda bertopi dalam keadaan yang shok(?), Bintang tidak tahu.
Pemuda itu lantas bergerak menuju perempuan itu dengan tangan bergetar namun perlahan menyentuh tangan gadis itu. Tangan mereka yang saling terkait pun perlahan ditarik oleh pemuda itu yang membuat perempuan itu bangkit berdiri dan dituntunnya gadis itu sambil berjalan gontai. Sekilas, yang Bintang lihat itu adalah Bulan, namun tidak mungkinkan Bulan berani jalan sendirian ke Cafe tanpa mengajak Bintang? Sungguh itu mustahil sekali,karena Bulan itu manja kepada siapapun yang sudah dikenalnya dengan baik.
Setelah mereka berada diambang pintu, pemuda itu menggendong gadis tadi dan berjalan cepat entah kemana. Tidak hanya Bintang yang menyaksikan itu, tapi mereka semua pengunjung Cafe bahkan pelayannya pun melihat kejadian itu, termasuk Bintang dan Alan.
Kekhawatiran Bintang muncul saat mengingat wajah gadis itu yang mirip dengan Bulan. Apakah itu memang Bulan?
Holaaaaaaa!! HAPPY IED MUBAROK MAN TEMAN) capslock jebol:v
Alhamdulillah aku bisa update dihari yang berbahagia ini karena sedang mood bagus, wew:v
Kali ini ngetiknya lebih cepet kali yaa kl pake laptop<3 hahaha.. maaf jg ya kl misalkan ada typo, dan jgn lupa untuk tinggalkan jejak (vomment,coment) untuk hasil jerih payah saya({}) :v
See you next chapter<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan (Slow Update)
Teen Fictionsetiap hari Bulan berpikir bahwa Bintang tidak memikirkannya. Bulan juga berpikir bahwa Bintang mengabaikan kehadirannya. Bulan juga berpikir untuk pindah kelain hati kepada Biru. tapi Biru sangat mencintai Bulan, dan Bulan mencoba mencintai Biru. T...