05• Manusia pribumi

127 6 0
                                    

Aku disini berkeliling bersama perempuan yang kuketahui dari pak kepsek adalah Bulan. Cara ia menjelaskan tentang ruangan yang ada disekolah ini cukup rinci. Ditambah dengan ruang bimbingan konseling (BK) yang didalamnya terdapat lukisan manusia abstrak yang mengandung hal mistis. Aku makin enggan masuk kedalamnya.

"Kita masuk ya.. Jadi laki harus berani"

"Saya kehilangan keberanian"

"Gue bakal masuk" dia melangkahkan kakinya agar berjalan masuk ke ruang bimbingan konseling itu. Dia meraba-raba lukisan dengan tangan lentiknya itu, sembari berjalan-jalan lambat menikmati gestur lukisan itu. Aku yang masih terdiam diambang pintu ini hanya melihatnya dari jauh, memang ruangan ini cukup besar, sehingga lukisan sebesar dindingnya ini cukup tertera didalamnya.

"Mari.." suaranya terdengar lirih. Aku hanya mengangguk lalu mengekorinya masuk kekelas. Ternyata kelas kami sama. Kelasnya nyaman, saat pelajaran dimulai pun, semua muridnya tampak memperhatikan. Tak heran, sekolah ini menjadi sekolah terfavorit di Jakarta.

Manusia pribumi

Setelah pelajaran selesai, para murid tentunya berbondong-bondong keluar kelas. Ada juga yang sampai saat ini masih terduduk di bangkunya. Bintang, Bulan dan Biru. Mereka sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Bintang selalu sibuk dengan earphonenya dan Biru berkutat dengan handphonenya. Satu yang mengada-ngada adalah Bulan. Dia mengada sedang menggoreskan penanya pada selembar kertas. Tapi nyatanya, ia tidak menggoreskan sedikitpun tintanya dan hanya melakukan gerak-gerik orang yang sedang menggambar.

Setelah itu, Bintang bersiap-siap membereskan bukunya yang berada diatas meja. Lalu memasukkan bukunya keras dan bergegas pergi. Lalu, Biru yang memulainya dan bergegas pergi juga. Akhirnya Bulan terburu-buru dan mengambil arah sesuai yang Bintang lakukan.

Nyatanya.. Bintang tidak langsung pergi kearah parkiran sekolah. Malah ia mengobrol dengan orang yang selama ini tak Bulan sukai, karena feelingnya mengatakan bahwa dia bukan cewe baik-baik.

Akhirnya, setelah mengobrol dengan gadis itu, Alan, Bintang dan Alan bergegas pergi keparkiran dan pergi tanpa jejak. Dengan terpaksa Bulan pulang dengan menaiki kendaraan umum. Karena satu-satunya harapan kerumahnya dengan nyaman dan aman telah pupus.

Ketika ia pergi dan beristirahat dihalte untuk menaiki bus kearah rumahnya, suara klakson motor yang sepertinya mengarah padanya membuatnya menoleh terpaksa.

"Apa?" Bulan jadi ketus. Karena moodnya turun drastis.

"Pulang bareng boleh kok. Sebagai balasan terimakasihnya saya" ia terseyum simpul dan kembali diam dan tersenyum lagi.

"Terimakasih, aku naik bus aja" lagi-lagi Bulan ketus. Salahkan saja pada moodnya dan Bintang. Mungkin jika Bintang masih memberikan tumpangan padanya, Bulan akan sangat senang dan tentunya sangat-sangat moodbaster. Itulah Bulan.

"Oke.. Tapi sebenarnya saya tidak keberatan. Saya melakukan ini sebagai tanda terimakasih atas yang tadi kamu dan saya lakukan. Berkat, kamu.. Aku mengetahui semua isi dari sekolah ini. Saya mencoba berteman, karena saya ansos. Bolehkah?"

"Tapi tadi kan gue disuruh sama pak kepsek. Yaudah sih.. Sama-sama. Aku menolak, pulang bareng sama lo" lagi-lagi Bulan ketus dan menolak ajakan Biru. Biru tidak bersikeras dan hanya menunggu bus datang dan Bulan pergi untuk memastikan perempuan itu baik-baik saja.

Ketika bus datang, tanpa ba-bi-bu Bulan naik dengan satu hentakan kakinya karena kesal. Lalu, Biru menyalakan mesin motornya dan membelah kota Jakarta.

Manusia pribumi

Yoo.. Maaf jrg update karena sibuk sm cerita lain jg dong🙌 dan jgn lupa vommnet dan lebih+++++ lg no siders w sdih😭😭😭😭
*najis
Ok sekian, *awaslosiders (sodaragw)
Bye💃

*jgn ada yg tersinggung

Bulan (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang