Sudah dua hari semenjak Hana melupakan semua memorinya. Dan disisi lainnya, Hanbinpun tidak menyerah untuk mencoba membuka ingatan Hana yang sudah terkubur bersama semua lukanya.
"Hana-ya, kamu harus makan sesuatu"
"Maaf tuan, tapi, saya--"
"Please, aku sudah beberapa kali bilang jangan bicara formal padaku! Aku ini pacarmu, Kim Hanbin!"
Hana tertunduk dalam diam, gadis itu tidak bisa menjelaskan apapun pada pria didepannya, bahkan Hana tidak mengenal Hanbin, dan sudah beberapa kali menyuruhnya untuk pulang dan jangan pernah datang. Tapi, pria itu tidak menyerah dan selalu datang membawa rangkaian bunga ataupun barang-barang yang katanya milik Hana.
"Sungguh. Saya tidak mengenal anda, dan sudah berapa kali saya katakan saya tidak mengenal anda. Tolong pergi dan tinggalkan saya, kumohon! --hiks"
Mendengar gadisnya itu terisak membuat hati Hanbin semakin terluka. Bahkan sudah dua hari setelah Hana sadar, gadis itu tidak mau makan jika Hanbin yang menyuapinya, gadis itu juga lebih sering melamun dan menatap kosong kearah jendela. Dan itu membuat Hanbin semakin terluka melihat keadaan gadisnya yang dulu periang sekarang menjadi seseorang yang sangat dingin.
"Dan saya mohon, berhentilah memaksa saya untuk mengingat anda."
DEG!
Degup jantung yang tadinya bahagia setelah melihat gadis itu sadar kini berhenti. Apa ini adalah akhir dari kisah cinta mereka? Hanbin menatap kosong kearah Hana yang masih menatap kearah Hanbin, gadis itu berubah. Itu yang sekarang ada pikiran Hanbin.
Tak ada kata yang dapat mengartikan perasaannya saat ini. Dia hancur, sangat hancur. Setelah sekian lama bersama dan sekarang semuanya seolah hilang begitu saja. Hanbin ingin sekali menyalahkan Tuhan tentang hal ini, tapi semuanya terlambat.
Air mata terjatuh dari tempatnya, membasahi hatinya yang kering. Entah apa yang harus Hanbin lakukan sekarang, gadis itu mengharapkan dirinya untuk pergi menjauh dan melupakannya sama seperti Hana melupakan Hanbin.
"Hana-ya..."
Hana mengangkat kepalanya setelah mendengarnya namanya disebut dengan lembut oleh pria yang sekarang tidak dikenalinya.
Keduanya sama-sama saling menatap tak ada yang mengatakan apapun seakan waktu terhenti hanya untuk mereka.
"Aku tahu kau melupakanku dan semua yang terjadi diantara kita, aku juga tahu, perasaan tidak bisa membohongi pikiranmu saat ini. Bahkan jika kau tidak mengenalku dan membenciku tanpa alasan apapun, aku minta maaf. Seharusnya pada malam itu, aku yang koma selama berbulan-bulan bukannya kamu."
Hanbin terdiam sejenak, mencoba meraih kedua tangan Hana dan kembali menatap matanya sendu.
"Tapi, percayalah. Aku masih Kim Hanbin yang selalu membuat hatimu berdegup dan kau masih Lee Hana yang selalu membuat hariku lebih berwarna."
Tanpa terasa, aliran air mata terus membasahi pipi Hanbin sembari terus meyakinkan perasaan Hana.
"Kumohon, jangan menangis~"
Tangan lembut yang sangat dirindukan Hanbin bergerak menghapus air mata yang terus terjatuh. Tangan Hanbin juga tidak diam begitu saja, dia meraih tangan Hana yang berada dipipinya, tersenyum seolah dia baik-baik saja."Biarkan aku bersamamu, biarkan aku terus mencintaimu, dan biarkan aku menjadi pengingat kenangan kita."
Tangan Hanbin terus menarik tangan Hana dan menuntunnya untuk melingkar di pinggang Hanbin hingga tak menyisakan jarak diantara mereka dan bibir Hanbinpun menyentuh bibir lembut Hana yang menjadi candu baginya.
Keduanya terbuai dalam kehangatan yang menyelimuti mereka. Dan entah mengapa, sebenarnya jantung Hana tidak bekerja dengan baik semenjak matanya belajar melihat wajah Hanbin. Jantungnya berdegup dengan cepat setiap Hanbin mencoba untuk membuatnya mengingat setiap jejak perjalan cinta yang mereka tempuh. Tapi, tetap saja bagi gadis itu, Hanbin hanya seorang asing yang terus mendekat padanya.
Ciuman keduanya terlepas dan membuat wajah Hana merona dengan sikap Hanbin yang tiba-tiba menciumnya.
"Aku akan kembali, beristirahatlah~"
Hanbin mengacak lembut rambut kekasihnya itu dan tersenyum tulus lalu keluar dari ruangan itu meninggalkan Hana yang masih merasa tubuhnya memanas sejak ciuman tadi.Gadis itu mencoba menghilangkan semua pikirannya tentang identitas Hanbin dan hubungan apa yang pernah terjalin antara mereka.
Pemikiran Hana harus terhenti saat dirinya mendengar ketukan pintu diikuti dengan kedatangan seorang pria memakai jubah dokter yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.
"Nuguseyo?"
"Annyeonghaseyo, saya Dr. Junhoe saya disini menggantikan Dr. Choi. Senang bertemu dengan anda."
"Eoh~ annyeonghaseyo, jeoneun Lee Hana imnida."
"Hari ini saya ingin mengajak anda untuk berkeliling, pasti sangat membosankan duduk diatas sana hanya dengan memandang jendela."
"Tapi, saya belum bisa terbiasa dengan berjalan."
"Kalau begitu, kita akan melenturkan otot kaki anda lebih dulu. Mari saya bantu~"
HANA POV
Tangan pria itu terulur dan membantuku untuk duduk dipinggiran ranjang. Aku tidak tahu apa aku bisa menggerakkan kakiku setelah sekitar dua bulan aku hanya terbaring. Mungkin aku juga melupakan cara berjalan.
Ketika kaki kiriku perlahan mencoba menginjak permukaan lantai yang dingin, semua otot kakiku seakan menegang dan menjalar keseluruh tubuhku. Tubuhku kini beralih kearah depan dengan tanganku semakin erat menggenggam tangan Dr. Junhoe
GREB!
Aku terjatuh didalam pelukan hangat Dr. Junhoe, tanganku terlingkar indah dipinggangnya dan tangannyapun masih setia memegang tanganku. Jika saja pria itu tidak menangkapku, mungkin saat ini aku sudah tergeletak tak berdaya dibawah sana.
"Hati-hati..." tangannya terus menuntun tubuhku untuk berdiri dengan tegap dan mengambil langkah selanjutnya menuju kearah kursi roda.
Dari sampingnya aku bisa melihat betapa seriusnya dia saat membantuku untuk berjalan. Apa benar dia seorang dokter?
Langkah demi langkah membawaku kedepan kursi roda meski dengan bantuan Dr. Junhoe. Pria itu membawaku menuruni dan mataku berhasil menangkap sebuah pemandangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
"Ssaem, ini sangat indah~"
"Ini hanya sebuah taman biasa, Hana-ssi"
"Ani, mataku seakan segar dan hatiku menjadi tenang setelah melihat ini."
"Kalau begitu, akan kuajak ke tempat yang indah setiap hari."
"Jinjjayo?"
Entah mengapa aku sangat senang mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Dr. Junhoe, pria itu hanya berdehem sambil tersenyum untuk menjawab pertanyaanku.
"Tapi, aku belum bisa menggerakkan kakiku."
Ucapku demikian setelah pandangan mataku kini beralih pada kakiku yang sama sekali tidak bisa bergerak, aki terdiam memikirkan kenapa aku tidak bisa mengingat apapun, yang aku ingat hanya aku adalah seorang pengusaha kaya milik ayahku, tapi aku tidak tahu siapa ayahku dan aku juga tidak mengerti kenapa aku harus tinggal di rumah sakit dan kenapa pria yang mengaku sebagai kekasihku itu terus saja datang dan mencoba untuk mengingatkan aku tentang dirinya. Kim Hanbin.
Apa yang sebenarnya terjadi padaku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me!
Fanfiction"Melupakan sesuatu yang sangat indah itu sangat sulit. Tapi, bagaimana jika itu adalah sebuah takdir?"