7

4 1 0
                                    

HANA POV

lagi-lagi aku ditinggalkan sendirian diruangan putih yang sunyi ini. Jinhwan oppa pergi keluar katanya ada urusan sebentar, sedangkan pria yang biasanya selalu ada didalam kamarku, Hanbin sedang keluar kota. Aku sungguh sangat bosan, andai kakiku ini sudah bisa kupakai dengan baik, pasti kini aku sudah duduk santai di taman rumah sakit.

TOK... TOK... TOK...

"Masuk!" Lama terdiam dengan pikiranku, aku menyuruh orang yang tadinya mengetuk pintu untuk masuk.
Tiba-tiba setelah melihat sosok yang tengah berjalan mendekati ranjangku itu, aku menjadi bahagia, senyumku tak pernah pudar untuk melihat wajahnya.

"Annyeonghaseyo Dr. Junhoe."
Benar, dia adalah Dr. Koo Junhoe, entah kenapa aku selalu bisa tersenyum senang saat bersamanya padahal aku baru mengenalnya saat mataku mulai berinteraksi dengan cahaya.

"Anda sendirian saja?"

"Seperti yang anda lihat, aku sendiri."

"I see, dan anda melewatkan jadwal terapi hari ini. Lalu, dimana Hanbin-ssi?"
Ah, benar! Seharusnya sore ini aku harus terapi berjalan. Tapi, aku harus berbuat apa? Berjalan menuruni lantai demi lantai untuk pergi kesana? Bahkan untuk menginjak lantai saja, aku pasti akan jatuh. Salah Hanbin juga yang pergi selama ini dan membiarkan jadwal terapiku terlewat.

"Aku tidak bisa kebawah sendiri, seperti yang dokter lihat. Disini hanya ada aku, Hanbin sedang mengurus urusan kantor."

"Kalau begitu, anda tidak keberatan jika saya menemani anda mencari udara segar? Kebetulan pekerjaan saya sudah selesai."

Ajakan Dr. Junhoe membuatku bahagia, apa pria ini bisa membaca perasaan dan pikiranku? Kenapa dia selalu datang saat aku sangat membutuhkan seseorang atau saat aku sedang bosan.

"Tentu saja dok..."

"Jangan memanggilku dokter, anda bisa memanggilku Junhoe saja."

"Baiklah, kalau begitu kau tidak perlu bicara sopan denganku."

Kami berdua saling berbagi senyuman dan aku segera turun dari ranjang dengan bantuan Junhoe dan terus mendorongku menuju ke arah taman yang membuat senyumku terus merekah sama seperti bunga di taman itu.

"Baiklah, kita sudah sampai~" Kini Junhoe berdiri disamping kursi rodaku dengan kedua tangannya diletakkan dipinggangnya dihiasi dengan senyuman penuh kebanggaannya "My lady~"

Junhoe memberikan tangannya didepanku memohon untuk aku berdiri dan menemaninya berdansa. Ah tidak, pria ini memintaku untuk berdiri dengan senyumannya yang indah itu.

"Tapi, aku belum bis--" belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, suara rendah Junhoe sudah menyelesaikannya duluan.

"Kau pasti bisa!"

Tangannya yang tadi kugenggam terus menuntun tubuhku untuk mengikuti arah jalan tubuhnya, dan secara refleks kaki ku pun mengikuti ritme kakinya. Langkah demi langkah kutempuh dan akhirnya kita sudah sampai di ujung taman.

"Oh~ kakiku sudah bisa digerakkan!"

"Sudah kukatakan kau bisa! Sekarang..." Tiba-tiba tangan hangat yang kupegang terlepas begitu saja, tapi yang lebih membuatku terkejut, kakiku bisa berdiri sekarang.

"Wah~~~" aku terlalu terkejut dengan cara kerja sistem motorikku sekarang hingga tak kusadari Junhoe sudah 10 langkah maju didepanku.

"Sekarang, cobalah berjalan kearahku." Jari-jarinya yang lentik bergerak menyuruhku untuk datang padanya. Aku masih takut, bagaimana jika aku terjatuh sebelum mendekat padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Remember Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang