Bab 5

47 7 0
                                    


Title: Angin
Author: Astrid Monica
ig: @astridmoniica
-----------------------------------------

Aku melihat seorang anak laki-laki yang terlihat sedang menolongku saat ada seorang pemuda berbadan kekar yang berusaha menculikku. Aku masih terlihat panik dan berteriak meminta pertolongan siapapun itu.
Aku tidak melihat dengan jelas siapa anak yang menolongku itu? Dia memukul pemuda kejam itu dengan kayu bekas bangunan. Kuteruskan berlari menjauh dari tempat itu.

Tiba-tiba aku terbangun dari tidur nyenyakku. Aku berusaha mengatur nafasku yang terengah-engah. Untung kejadian itu hanya mimpi tapi mengapa aku seperti pernah merasakan hal itu di masa lalu. Aku memang lupa dengan hal itu. Tapi mimpi ini mengingatkanku.

Sekarang pukul 08.45 pagi, suasana kembali panas layaknya neraka seperti hari biasanya. Tapi aku tidak ke rumah Agatha untuk hari ini. Aku memutuskan untuk mengerjakan tugas kuliahku yang menumpuk saja.

Pikiranku kini kembali mengingat mimpi buruk itu lagi. Aku masih ingin tahu siapa anak laki-laki yang menolongku di masa lalu dan di mimpiku? Aku belum sempat berterima kasih padanya.

Bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya? Aku ingin sekali berterima kasih atas pertolongannya di masa lalu. Apakah dia masih hidup? Atau apakah dia sudah tiada karena dihantam oleh pemuda kejam itu?

Entah mengapa anak laki-laki itu menyejukkan hatiku yang memanas. Ibaratnya dia itu seperti angin yang berhembus kencang. Sepertinya dia seumuran denganku kalau tidak ya hanya beda sedikit.

Sedikit demi sedikit pikiranku malah berganti topik. Muncullah wajah tampan Grey dalam pikiranku. Aku sontak terkejut karena memikirkan laki-laki aneh itu secara tiba-tiba. Ketampannya membuatku jadi tenang, tapi sikap begonya membuatku jadi kesal.

"Kenapa sih tampang Grey muncul di pikiran gue? Gue sama sekali nggak menginginkan dia masuk ke pikiran gue dan menghantui gue. Padahal banyak laki-laki yang deketin gue tapi wajah Grey yang terus muncul di pikiran gue." ucapku tanpa balasan dari siapapun. Ya, aku berbicara sendiri seperti orang gila yang benar-benar tidak waras.

Aku sekarang sedang butuh teman curhat yang bisa memberiku saran yang berfaedah. Aku tak tahan apabila terus-terusan berbicara sendirian seperti ini. Aku memang jarang bicara, mau itu di rumah dan di kampus.

S
K
I
P

15.00

Seperti biasa aku kembali ke kampus jalan kaki. Tiba-tiba Grey menghampiriku dengan motor besarnya.

"Je! Mau berangkat bareng Greyson ganteng ngga?" teriaknya dari kejauhan. Aku terkejut mendengar pertanyaannya sekaligus risih mendengar kata Greyson ganteng. Tumben saja dia mengajakku berangkat ke kampus bersama. Mungkin dia habis 'mendem micin dan pil koplo' hehehe.

"Nggak deh, ntar gue malah disuruh bayar pas nyampe kampusnya. Lagian habis gini gue nyampe kampus kok." tolakku dan terus berjalan ke kampus.

"Yaudah sih kalo lo ngga mau juga gapapa. Lagian dibonceng sama cowo ganteng kayak gue gini lo ngga mau." balasnya sambil mengendarai motor besarnya perlahan-lahan. Aku kembali risih sekarang.

"Ngga ah, makasih. Ntar cewe lo cemburu, kan kasian sih." Aku terus berjalan menggendong tas beratku. Grey hanya menjawab "Gue ga punya cewe". Reaksiku hanya biasa saja dan tidak peduli.

10 menit kemudian aku tiba di kampus. Untung saja Si Grey tidak memaksaku untuk dibonceng. Menurutku Grey pasti hanya mengerjaiku saja. Dia pasti akan meminta upah setelah memboncengku. Tapi aku tidak bisa dibodohi olehnya.

Aku masuk ke kelas dan duduk di bangku kelasku. Setelah itu aku segera mengambil tepak yang berisi bolpoin dari tasku.

"Tazzz" bunyi tepakku yang aku genggam jatuh ke tanah dan beberapa bolpoinku ikut jatuh berhamburan.

Aku menggeram kesal dan mengambilnya tetapi tiba-tiba ada yang membantuku mengambil beberapa bolpoinku. Grey!

"Lo mau ngapain sih masih ngikutin gue sampe kesini!? Masih mau ngerjain gue, hah?" tanyaku setelah mengambil bolpoinku yang jatuh sambil melotot.

"Jangan ge-er dulu deh. Kebiasaan ge-er ih. Gue cuma mau ketemu Jansen tuh, trus bolpoin lo jatoh ya gue bantu dong." ucapnya menjelaskan sambil menunjuk Jansen yang duduk di pojok belakang. Aku terdiam dan sedikit merasa tersipu malu.

"Jansen! Lo dipanggil Bu Risty cepet, ada yang mau beliau bilang ke lo!" panggilnya kepada Jansen, mahasiswa terpintar di kelas sekaligus mahasiswa yang dipercaya banyak dosen. Jansen mengangguk dan pergi ke luar kelas diikuti Greyson. Grey sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun padaku.

Aku belum mengucapkan terima kasih, lagi.

Materi kuliah hari ini dimulai. Aku mengikutinya dengan konsentrasi penuh karena setelah ini aku akan menghadapi ujian setelah itu wisuda. Tandanya setelah ini aku akan lulus fakultas ekonomi. Yah, akhirnya setelah ini aku akan menyusul mama dan papaku di luar negeri.

Rencanaku setelah di wisuda ini aku akan bekerja sebagai pegawai wiraswasta di sebuah bank Indonesia, setelah ada modal aku berencana membuka bisnis besar di Los Angeles, California. Memang butuh biaya yang besar untuk membuka bisnis tapi untung saja orangtuaku sudah membantu biayanya. Aku akan bekerja sama dengan beberapa rekan di California nanti.

Aku sama sekali belum berniat untuk memikirkan pasangan hidupku. Aku masih fokus dengan kuliahku dan masa depanku. Ya, tapi aku memang harus membutuhkan seorang pasangan untuk menemani hidupku selamanya.

Jam istirahat pun tiba..

-Bersambung

Yap! Thankyou readers udah baca sampai bab 5. Tunggu kelanjutan ceritanya di bab 6. I will make it fantastic! Jangan lupa vote&comment nya ^^

AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang