Bab 6

39 6 4
                                    

*MAAF UPLOAD NYA AGAK LAMA DIKARENAKAN KESIBUKAN YG HQQ :)*

Title: Angin
Author: Astrid Monica
ig: @astridmoniica
--------------------------------------------

Materi kuliah hari ini akhirnya berakhir. Aku ingin segera pulang ke rumah untuk istirahat. Dalam perjalanan, aku masih memikirkan siapa anak laki-laki yang menolongku waktu peristiwa penculikan itu. Bagaimana bisa aku bertemu dengannya?

Aku memutuskan untuk duduk di sebuah kursi taman komplek dekat rumahku. Suasana malam ini sangat gelap gulita disertai angin malam yang kencang. Aku berusaha mengingat-ingat dimana kejadian penculikan itu terjadi, siapa tahu saja laki-laki itu masih tinggal di sekitar tempat itu.

Pikiranku tertuju pada Jalan Raya Sudirman, tempatnya memang tidak terlalu jauh dari rumahku. Seingatku kejadian itu berlangsung di sana setelah aku pulang dari toko roti untuk membeli pesanan mama.

Besok hari libur dan aku harus ke sana, tak peduli dengan seberapa teriknya matahari, yang terpenting aku bisa tahu siapa laki-laki yang dulu menolongku itu.

S
K
I
P

07.30

Biasanya aku memang ke rumah Agatha untuk menikmati kesejukan di rumahnya, tetapi untuk sekarang tidak. Aku masih kesal dengannya yang selalu tidak bisa diajak kompromi dengan baik. Dia selalu saja becanda padahal aku butuh keseriusan, bagaimana tidak aku bisa kesal seperti ini?

Aku tak lupa membawa payung hari ini, aku juga memakai skin lotion agar kulitku tidak hitam karena Jalan Raya Sudirman lokasinya juga tak kalah panas dari rumahku. Aku segera berangkat agar cepat bertemu dengan laki-laki yang baik hati itu.

Aku berjalan kaki di pinggir jalan hingga akhirnya aku tiba di Jalan Raya Sudirman. Banyak kendaraan berasap yang melaju kencang. Daerahnya sempit tetapi padat dengan pertokoan. Terkadang kalau hari biasa bisa-bisa daerah ini macet sekali.

Aku berusaha mengingat di mana lokasi penculikan itu terjadi. Yah, tepat di samping toko roti terdapat lorong yang bisa dibilang dalamnya sepi, jarang ada kendaraan lewat. Beberapa tahun yang lalu itu aku memang sempat iseng perjalanan pulang melewati jalur sunyi itu dan akhirnya terjadilah peristiwa penculikan itu dan laki-laki baik itu menolongku di sini.

Aku berfirasat bahwa tempat tinggal laki-laki itu pasti ada di sekitar sini, ya tidak jauh juga. Karena tak kuat dengan panasnya terik matahari, aku memutuskan untuk berteduh di bawah atap rumah kosong yang berhadapan dengan dinding lorong sunyi itu.

Duduk bersila sambil terus berpikir dan meletakkan payung yang kubawa telah kulakukan sekitar 20 menit yang lalu. Di pikiranku tak terbesit rasa takut sedikit pun padahal aku sedang duduk tepat di bawah atap rumah kosong yang terkenal angker itu. Yang kupikirkan hanyalah 1, bagaimana bisa aku bertemu dengannya?

"Gue udah hampir 1 jam di sini, tapi gue sendiri masih belum tau gimana caranya bisa ketemu sama dia. Tapi kenapa gue niat banget sih? Dia kan cowo, harusnya gue bodo amat dong? Apa gue musti balik aja ya ke rumah? Eh tapi ngga bisa gitu." ucapku berulang kali.

Aku benar-benar butuh solusi. Anybody help me please? I don't know what must i do now?

Aku bosan duduk diam tak berkutik sedikit pun di tempat ini. Katanya angker? Tapi aku tidak merasakan ada hal-hal aneh di rumah ini. Rumah ini terlihat baik-baik saja, hanya warnanya saja yang terlihat suram. Oh, atau mungkin.. hantunya naksir denganku, maka dari itu aku tidak diganggu, eh.

Aku berjalan lagi agak jauh dari rumah kosong itu. Dulu di sekitar sini banyak preman yang nongkrong, sekarang apa kabar ya? Mungkin udah khilaf sih, semoga.

Sedikit demi sedikit aku merasa merinding. Sepertinya ada yang mengikutiku dari belakang, tapi siapa? Apa preman jahat itu? Ya Tuhan, aku tak berani menghadap ke belakang sedikit pun. Apa yang harus kulakukan? Lari atau..?

"Angkat kedua tangan lu atau gue bunuh!" ucap seorang pria yang membututiku tepat di belakangku. Aku bingung harus berbuat apa sekarang, aku masih belum berani menoleh ke belakang. Hari ini mungkin hari terakhir aku melangkahkan kaki di bumi.

"Ampun, gue mohon jangan bunuh gue, gue masih mau hidup, nyelesain kuliah gue, kerja sampe mapan, dapet jodoh. Iya deh gue bayar berapa pun yang lu mau asalkan lu jangan bunuh gue!" aku menangis sekarang, sambil berharap pertolongan Tuhan kalau tidak laki-laki yang dulu menolongku datang.

"HAHAHAHAHAHA! Cupu banget sih dasar cewe aneh!" tawa laki-laki itu menggelegar. Eh, sepertinya aku mengenal suara itu, tapi suara siapa? Kuberanikan diri untuk menoleh ke belakang, kulihat ada laki-laki tampan yang tertawa keras sambil memegang perutnya.

"Grey!? Lu tuh ya kebiasaan deh jahilin orang mulu! Gue pikir gue bakal mati di sini! Lagian lu tuh ngapain sih di sini?" tanyaku reflek setelah tau bahwa Greyson lah yang telah menjahiliku, berpura-pura menjadi preman tolol.

"Hahaha, ya ampun gue ga bisa berhenti ketawa nih gimana!!?? Uhuk.. uhuk.." Greyson terus-terusan tertawa sampai batuk-batuk, tetapi lama kelamaan tawanya berhenti dan pipinya jadi memerah, kesannya jadi kece banget parah!

"Lu tuh kok penakut banget sih? Malu-maluin tau ngga, pake nangis segala lagi. Eh, justru gue yang nanya, lu ngapain di tempat sepi kayak gini? Banyak preman tau!" lanjutnya.

"Gue kan cewe, penakut itu wajar dong. Tapi tadi gue ngga takut sih cuma ga pengen mati aja. Hmm, gue ke sini.. cuma iseng kok. Lu sendiri ngapain di sini? Jangan-jangan lu preman di sini lagi." jawabku berbohong, kemudian balik bertanya.

"Idih, kalo nyari alasan pinter banget ya lu. Yakin cuma iseng? Udah tau di sini sepi juga masih nekad. Eh, lu sembarangan deh kalo ngomong, gue itu mau pulang ke rumah gue habis dari warnet trus gue lihat lu jalan sendirian. Kalo ngga percaya tuh di sono tuh rumah gue!" jelasnya sambil menunjukkan rumahnya yang berjarak sekitar 50 langkah.

Aku hanya ber-oh ria menanggapi penjelasan Greyson. Aku jadi lupa dengan tujuanku untuk mencari laki-laki baik hati itu. Berarti rumah Greyson dengan laki-laki baik hati itu berdekatan ya? Mungkin lain kali aku bisa bertanya pada Grey tentang laki-laki baik hati itu.

"Ya udah gue pulang aja deh. Kalo gue ketemu sama lu, gue selalu sial mulu. Oke bye!" ucapku sambil berjalan pulang ke rumah meninggalkan Grey yang masih terlihat sedang berdiri sambil memikirkan sesuatu, entah apa itu yang dipikirkan juga bukan urusanku.

-Bersambung

Gimana gais? Apa masih garing kah? Tolong kasih comment+vote nya ya:) Thankyou readers!

AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang