4༄

625 107 16
                                    

Hukum wanita selalu benar tampaknya tak berlaku bila menghadapi Tsukishima Kei. Segala ucapan dan prilaku membingungkannya selalu memenangkan tempat dipikiran dan hati jelita yang tengah berwajah masam.

Pada awalnya, mungkin ia akan bepikir untuk acuh. Namun ujungnya, tetap saja dia jadi terlarut memikirkan hal tersebut.

"Sayang, makan sarapanmu," bisikan lembut sang ibu menarik kembali [name] dari dunianya.

Sang jelita terlonjak. Indungnya tersenyum kecil. Kepala keluarga berdecak pelan.

"Kau masih marah tentang kepindahan kita?"

Putri semata wayang memutar mata jengah. "Ayah, aku ini sedang mencoba menerima keadaan. Jadi tolong jangan kaitkan segala sesuatu dengan kepindahan kita, oke?"

"Lalu, apa alasanmu mendiamkan makanan?"

"Ini alasan lain, masalah anak muda." nasi putih yang sudah mulai dingin dijejalkan kedalam mulut.

"Kau pikir ayah tidak pernah muda, hah?!"

"Tentu saja ayah pernah muda. Tapikan eranya berbeda. Jadi solusi diera ayah belum tentu relevan di era ini."

Abeh, walau berbicara sambil mengunyah. Sang ayah langsung paham apa yang diucapkan putrinya. Apa ini yang dinamakan ikatan batin.

"Kalau belum di coba mana tahu. Ceritakan kepada ayah. Nanti ayah berikan solusi."

"Tidak mau!"

"Kenapa?"

"Malu."

"Tak usah malu-malu begitu, ayok ceritakan!"

"Ayah kok memaksa?"

"Siapa yang memaksa?"

"Ayah!"

"Tidak kok."

Wanita Ayu tersenyum mendapati interaksi antara anak dan putrinya. Setelah sekian lama terjebak dalam kecanggungan, akhirnya keluarga kecil ini kembali menjadi hangat.

*

"Yachi-san!"

"Eh i-iya!" gadis pirang terlonjak. Bola yang sudah ia pungut kembali berjatuhan.

Merasa bertanggung jawab, Hinata pun memungut bola tersebut. "Anu Yachi-san, nanti sore saat kita latih tanding, bisa kau ajak [surname]-san untuk datang menonton?"

"Eh kenapa?"

"Dia sempat meremehkanku," ucap Hinata dengan nada kesal. "Maka dari itu aku ingin menunjukkan kehebatanku padanya."

"Hinata bodoh! Daripada pamer, lebih baik kau berlatih serve atau blocking saja sana!"

Hinata hanya memberikan juluran lidah pada Kageyama. Tak terima, setter unggulan lantas melemparkan bola voli pada partnernya. Dan keduanya pun berakhir dengan bertikai. Untung saja, Sawamura dengan cepat menengahi mereka.

"Yachi-san, soal [name] pastikan kau membawanya saat latih tanding nanti ya!" ujar Nishinoya penuh semangat.

"I-itu, Nishinoya-san juga ingin menunjukkan kebolehan pada [name]-chan ya?"

 𝐓𝐬𝐮𝐤𝐢𝐬𝐡𝐢𝐦𝐚 𝐊𝐞𝐢 ❝ How to Say Goodbye❞ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang