"Fine-sama, menikahlah dengan Izetta-sama!"

708 47 5
                                    

Putri Fine tertawa mendengarnya.

"kenapa tiba-tiba kau bicara seperti itu, Lotte? kau kebanyakan minum alkohol, ya?" Ucap Fine tertawa.

Lotte menatap Fine tak percaya, "Fine-sama, aku seriuus!" Ucapnya.

Fine masih tertawa kecil sementara Bianca menggeleng-geleng sambil menutup mukanya.
Tadi, sepulang dari festival, Lotte dan Bianca menunggu waktu yang tepat saat Izetta sedang tidak bersama Fine untuk membicarakan soal meminta Fine melamar Izetta itu. Malamnya, saat Izetta sedang berendam di kamar mandi, Lotte pun mendatangi kamar Fine dan mengatakannya pada Fine---agar Fine mau melamar Izetta.

Fine hanya melambaikan tangan sambil mengerjakan sebuah dokumen di mejanya. "Kau ini ada-ada saja Lotte. Sudahlah, aku sedang menulis surat untuk kedutaan Britania."

Lotte menatap Fine dengan sepasang mata puppy eyes. "Kenapa? Fine-sama tidak mau menikah dengan Izetta-sama?" ucap Lotte dengan mata berkaca-kaca.

Kali ini Bianca yang susah-payah menahan tawa melihat ekspresi Lotte.

Fine menghela napas sambil tersenyum dan menatap Lotte lebih lembut. "Kenapa? untuk apa aku menikahi Izetta, Lotte?"

Lotte masih berkaca-kaca. "Karena kalian pasangan sejoli dan aku ingin melihat kalian menikah," ucapnya polos.

"Pfft. H-hei, Lotte..." tegur Bianca terbata-bata karena menahan tawa.

Fine menggeleng lagi, menyeringai melihat tingkah pelayannya satu ini. "Astaga. karena itu, untuk apa aku harus menikahi Izetta?"

"Tapi kalian saling mencintai, kan?" Lotte menunduk diam menatap kakinya. "Atau Fine-sama ingin bilang kalau Fine-sama tidak mencintai Izetta-sama?" Ucap Lotte.

"Tentu saja, aku mencintai Izetta." ucap Fine tegas. "Aku tidak akan pernah berbohong untuk hal ini. Aku mencintainya lebih dari siapapun." Kali ini suara Fine melunak, bahkan Lotte sendiri memerah mendengarnya.

"Karena itu, Fine-sama," Tawar Lotte, "Izetta-sama juga pasti menginginkannya-"

"Tapi, tak ada gunanya melakukan hal seperti itu. Kami saling mencintai, kami telah bersama, dan kami bahagia dengan satu sama lain. Kurasa itu sudah cukup bagiku." Potong Fine.

"Tapi, Fine-sama tahu kan, Izetta-sama sebentar lagi akan..." Lotte terdiam, tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia tak kuasa untuk melanjutkannya. 

"Kenapa Fine-sama tidak mencoba lebih membahagiakan Izetta-sama?" Tukas Lotte lagi.

"Menurutku lebih baik seperti ini. Aku yakin Izetta juga menginginkannya." balas Fine lugas.

"Tapi..!" potong Lotte.

"Aku tidak punya waktu untuk hal remeh seperti ini." Ucap Fine singkat dan tegas. Perkataan itu cukup untuk membuat ruangan Fine mendadak hening.

Lotte menatap Fine dengan pandangan kaget dan kecewa. 

"Apa kata Anda...? 'Hal remeh'? 'Tak punya waktu'?" ucapnya dengan suara bergetar.

"Fine-sama... tak tahukah putri bahwa Izetta-sama tinggal sebentar lagi hidupnya?" Tangan Lotte terkepal dengan kesal.

"Tapi kenapa kalian bersikap seolah tak peduli apapun? Kenapa Izetta-sama bersikap seolah itu bukan masalah baginya?" Kali ini air mata mulai menetes dari mata Lotte.

Fine menghela napas. "Lotte, cukup. berapa kali aku harus mengatakan..."

"Aku sangat menderita melihat kalian... Izetta-sama setiap malam selalu memikirkan Fine-sama! Izetta-sama selalu menunggui Fine-sama setiap pagi saat jadwal menjenguk tiba! Apa putri tahu kesedihan Izetta-sama saat tahu putri tidak mengunjungi Izetta-sama berkali-kali waktu itu!?" Ucap Lotte dengan nada yang mulai meninggi.

"Ini bukan masalahmu, Lotte. Kau tahu apa tentang kami?" Tukas Fine kaku. "Aku hanya berusaha menyelesaikan janji yang kubuat dengan Izetta. Izetta tahu itu dan..."

" IZETTA-SAMA TAK PUNYA BANYAK WAKTU LAGI UNTUK BERSAMA FINE-SAMA! TAK PERNAHKAH PUTRI BERPIKIR UNTUK MEMBERI KEBAHAGIAAN PADA IZETTA-SAMA DI SAAT-SAAT TERAKHIRNYA? IZETTA-SAMA SANGAT MENCINTAI PUTRI FINE! PUTRI TAHU APA TENTANG IZETTA-SAMA!?"

Kali ini Lotte berteriak sambil menangis. Fine hanya bisa diam terpaku dengan ekspresi yang sulit dibaca mendengar perkataan Lotte. 

"Hei! Lotte, sudah cukup!" Bianca bergegas menarik Lotte yang masih terisak keluar kamar.

Lotte pun hanya patuh dibawa sambil menangis. Setelah itu, Bianca mendatangi kembali ruangan Fine. 

"Fine-sama... maafkan saya. Tolong maafkan Lotte untuk hari ini. Saya tidak tahu apa yang sedang ada di pikirannya hari ini." Ucap Bianca menyesal.

Fine hanya mengangguk tanpa menoleh. "Bisa tolong biarkan aku sendirian malam ini, Bianca? Termasuk jangan biarkan Izetta kemari untuk malam ini." Ucapnya pelan.

Bianca menatap Fine dengan perasaan bersalah dan menunduk hormat. "Baik Yang Mulia."

Setelah menutup pintu, Fine bersandar pada pintu kamarnya. Tangannya memijit pelipis. Perkataan Lotte masih terngiang di kepalanya.

"IZETTA-SAMA SANGAT MENCINTAI PUTRI FINE, PUTRI TAHU APA TENTANG IZETTA-SAMA!?" 

Fine diam tercenung. Tubuhnya perlahan terduduk di depan pintu kamar.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Author nulis ini sambil dengerin lagunya day6. I Smile. itu lagu feelnya ngena banget aaaaaagghhh

Author lgsg mode mellow mengenang FineZetta sambil ngedit fanfic ini. untung aku ga jadi nonton ulang Shuumatsu no Izetta, kalo nggak bisa-bisa mewek sendiri dikamar, wkwkwkwk

Asal kalian tau, kemaren aku begadang nyelesain seri ini sampe abis gegara gak bisa tidur tenang kalo mereka belum nikah dan hidup bahagia XD 

Would You Be Mine? [FineZetta Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang