"Bi...bianca, aku harus bagaimana?" Fine bertanya gugup, mematut-matut rambut.Bahkan seorang ratu yang pernah gagah berani melawan kekaisaran Germania sepertinya juga bisa merasa gugup saat akan menyatakan perasaannya.
"Yang Mulia harus tenang, katakan pada orang itu jika orang itu sangat berharga bagi yang mulia." Ucap sopirnya, Rutherford.
"...Bahwa Yang Mulia ingin selalu bersamanya. Dan yang terpenting, jadi diri Yang Mulia sendiri." Sang sopir menjawabnya bijak.
Fine dan Bianca pun turun dari mobil. Fine berjalan cepat diikuti Bianca yang mengekornya. Tak terasa mereka sudah sampai di depan pondok kayu tua itu. di beranda, terlihat Izetta sedang bermain dengan anjing corgi mereka, Dorothee, bersama dengan Lotte.
Izetta menangkap Fine di sudut matanya dan berseru heran. "Fine!"
Lotte ikut menoleh kaget. "Fine-sama? Bianca juga... apa ada yang ketinggalan?" Ia mengingat-ingat. Fine dan Bianca sampai didepan beranda, dihampiri oleh Lotte dan Izetta.
"Fine-sama, kenapa anda kembali? ada barang tertinggal?" Tanya Lotte.
"Tidak... Rupanya pertemuan dengan kedutaan Britania telah dipegang oleh perwakilanku. Jadi aku diizinkan perdana menteri untuk tinggal disini satu hari lagi." Jawab Fine dengan serius dan terdengar masuk akal.
Pelayan terbaik kerajaan itu melompat girang, "Benarkah? senangnya! Kalau begitu hari ini aku akan masak masakan spesial!" Ucap Lotte.
"Benarkah itu, Fine?" Izetta menoleh.
Fine mengangguk sambil tersenyum. "Daripada itu, Izetta, aku ingin sekali jalan-jalan lagi ke hutan. Kau mau menemaniku?" Tanya Fine sambil mendorong kursi roda Izetta dari belakang.
"Eh? sekarang juga?" Tanya Izetta heran. Fine hanya mengangguk.
"Ayolah Izetta, sebentar saja." ucapnya ceria. Fine pun mulai mendorong kursi roda Izetta menuju jalan setapak ke hutan.
"Huh, Fine-sama? kenapa tiba-tiba..." Perkataan Lotte dipotong Bianca yang menaruh telunjuknya di depan mulut Lotte.
Bianca diam-diam menunjuk kotak perhiasan yang terlihat dari dalam tas Fine. Mata Lotte langsung membulat. Lotte hampir saja berteriak senang kalau mulutnya tidak disumpal terlebih dahulu oleh Bianca. Dia segera menyeret Lotte masuk ke pondok.
"Biarkan mereka berdua, kita akan menunggu kepulangan mereka disini, oke?" ucap Bianca. Lotte hanya mengangguk-angguk cepat.
***
Di hutan, Fine mendorong Izetta melalui jalan yang paling mulus yang bisa ia temukan. Fine sudah terpikirkan tempat yang cocok untuk rencana besarnya itu.
"Jadi, kita sebenarnya mau kemana, Fine?" Tanya Izetta mendongak menatap Fine.
"Kau akan tahu." Fine tersenyum.
Beberapa menit kemudian, mereka tiba di tempat yang Fine katakan. Dibalik pepohonan pinus yang hijau itu, terdengar suara gemericik air yang misterius. Tak beberapa lama, terlihat sebuah danau jernih yang tenang. Danau itu berada ditengah-tengah area kosong diantara pepohonan dengan sebuah dermaga kecil ditepinya, dilingkari oleh barisan pohon-pohon hutan yang rindang.
Disekitar danau, bunga-bunga musim semi bermekaran ditemani beberapa ekor kupu-kupu putih yang terbang dengan lembut. Rerumputan danau masih ditempeli embun-embun pagi. Fine membawa Izetta ke atas dermaga kecil itu.
Izetta menatap sekitar, "Tempat ini 'kan...?"
Fine berjalan ke sisi Izetta dan menoleh kearahnya.
"Kau ingat? ini tempat aku pertama kali bertemu denganmu, saat umurku sepuluh tahun." Ucap Fine menatap riak air danau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Would You Be Mine? [FineZetta Fanfiction]
FanfictionShuumatsu no Izetta Fanfiction! Aku ga tahan liat happy ending setengah-setengah, jadi kubuatin fanfic Fine ngelamar Izetta. You're welcome.