Kembali ke Landsbruck

509 37 2
                                    

 Hari ini adalah hari terakhir kunjungan Putri Fine pada Izetta. esok pagi-pagi sekali, Fine harus kembali ke ibukota Landsbruck dengan pesawat pribadi di bandara terdekat. Bianca akan pergi ke kota untuk mengurus masalah pesawat dan mobil pada istana kerajaan.

Setelah kejadian di kamar Fine tiga hari lalu, Lotte dan Fine tidak mengatakan apa-apa pada Izetta. Izetta juga tidak tahu-menahu soal itu, mereka bersikap sewajar-wajarnya hingga Bianca pun tidak tahu apa yang ada dalam pikiran mereka. Dan Bianca hanya bisa diam melihat mereka diam.

"Fine, bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan ke hutan?" Usul Izetta saat mereka sarapan.

"Bukannya sehari setelah festival kita sudah jalan-jalan ke hutan?" Tanya Fine mencomot sepotong daging domba.

"Kali ini kita jalan lebih jauh. Kita juga bisa membawa bekal makan siang agar bisa pergi lebih lama." Ucap Izetta.

Fine mengusap dagu. "Baiklah... kurasa itu ide yang bagus. Lotte, bisakah aku memintamu membuatkan bekal untuk kami?"

"Tentu saja Fine-sama! serahkan padaku!" Ucap Lotte memberi hormat sambil sibuk mengupas apel. Sikapnya sangat wajar didepan Fine dan yang lain, seolah yang terjadi malam lalu cuma mimpi. Lotte pasti tidak ingin Izetta mengetahui apapun soal pertengkaran mereka tentangnya.

"Apa aku perlu mengawasi hutan, Fine-sama?" tanya Bianca.

"Tidak perlu. Untuk jaga-jaga saja, kalau kami tidak kembali saat senja, kau boleh mencariku. Mengerti?" Ucap Fine.

"Dimengerti." Bianca mengangguk. Dalam hati ia ingin sekali mengikuti mereka.

***

Setelah semua siap, Fine dan Izetta berangkat pagi-pagi karena Izetta memakai kruk yang membuat perjalanan mereka lambat. Cuitan burung-burung yang terbang rendah diatas hutan ikut menemani perjalanan mereka.

Fine membimbing Izetta dan memeganginya setiap saat. Mereka berjalan sambil mengobrol membicarakan suasana hutan yang menyenangkan itu. Walaupun setiap berkunjung Izetta selalu meminta Fine pergi ke hutan, rasanya tak bosan Fine berjalan-jalan disini. Mereka mendaki lereng bukit, berjalan dengan hati-hati diantara pohon-pohon pinus sambil sesekali Fine membantu Izetta melalui wilayah yang sulit.

"Lihat, Izetta, disana banyak bunga Snowdrop mekar." Fine yang sedang berjalan tiba-tiba menunjuk ke satu tempat. Ditengah-tengah rerumputan hutan, hamparan snowdrop mungil berwarna putih menggerumbul bagaikan peri-peri salju kecil. Izetta melihatnya dengan mata berbinar-binar.

"Waah... benar! ayo kita kesana, Fine!"

Mereka pun berjalan ke taman snowdrop alami itu, dan Izetta duduk memetik bunga-bunga itu. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Fine duduk dibelakangnya sambil menatap Izetta yang sedang memetiki bunga.

Apa kira-kira yang ada dalam pikiran penyihir berambut merah ini?

Fine bertanya-tanya sambil menatap sosok Izetta yang dibalut pakaian hariannya yang berwarna hitam.

"Izetta." panggil Fine pelan.

"Ada apa?" Jawab Izetta sambil menoleh kebelakang. Fine menggeleng, dan memeluk Izetta dari belakang.

"Izetta, kau sudah tahu kan... kalau hidupmu hanya tersisa 3 tahun lagi. Apa kau sedih?" Ucap Fine dari belakang Izetta.

Izetta terdiam, kemudian menggeleng. "Aku justru bersyukur masih bisa bersamamu untuk tiga tahun lagi, Fine."

Tapi bukankah aku tidak pernah ada untukmu selama ini?
Itu yang ingin Fine ucapkan, namun lidahnya kelu.  

"Jangan bilang, kau mengkhawatirkanku, Fine?" Tanya Izetta dengan nada serius. Fine tidak menjawab.

Would You Be Mine? [FineZetta Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang