sequel vol.1 : Another

9.9K 730 103
                                    

Seoul, 23.00 KST





















Bartender manis berlesung pipi itu menatap tak percaya pada apa yang teronggok di depan matanya. "Yak! Apa meja bar begitu empuk bagimu hah?!" ia menggerutu sambil tangannya meracik lincah minuman merah darah yang menggoda. Merayu para penikmatnya hingga tak tahan untuk segera mengalirkan cairan itu di tenggorokan kering mereka. "Begitu empuk sampai kau tak mendengarku eoh?!" gerutunya lagi tak mendapat tanggapan apapun dari orang yang ia omeli.

"Pulanglah, kau bocah! Meja bar bukan kasurmu dan bar ini bahkan bukan kamarmu! Bagaimana kau bisa senyenyak ini?! Astaga!" si bartender terus saja mengomel. Namun ia langsung mengubah raut kesalnya menjadi tersenyum manis saat akhirnya ia menyodorkan cosmo buatannya tadi pada seorang pelanggan wanita yang memekik histeris karena ia - si bartender - menyodorkan gelasnya sambil mengedipkan mata dan berujar genit "nikmati minumanmu, cantik".

Si bartender beralih saat ia mendengar suara batuk dari arah sosok yang sejak tadi menjadi objek kekesalannya. Matanya berputar malas mendapati bahwa sosok itu kembali menyesap grenache nya -red wine berperisa stroberi- alih-alih air mineral untuk meredakan batuknya. "Kau bisa bangun juga eoh?!" gerutunya untuk kesekian kali dan kekehan kecil ia dapatkan sebagai balasan.

"Astaga hyung! Kau akan tersenyum manis memamerkan bolong di pipimu itu juga menggoda pelanggan lainnya. Namun saat denganku kau hanya mengomel! Kau pilih kasih!" ia berujar sambil menyesap tetes terakhir grenache nya. Meletakkan gelas tinggi ramping yang kini kosong itu di atas meja hingga timbul bunyi 'tak'.

Si bartender menghela. Duduk tepat di hadapannya lalu memukul pelan kepala dengan rambut hitam yang tampak sangat lembut itu. "Itu karena kau bodoh! Dasar bocah!". Yang dipukul malah terkikik meski ia sedikit meringis sambil menyentuh kepalanya sendiri.

"Lay hyung..." panggilnya pelan. Telunjuk lentiknya menari memutari bibir gelas.

Lay -si bartender- meliriknya malas, "hm apa?"

Ia terkikik lagi sebelum akhirnya berujar, "gelasku kosong"

Lay yang mengerti menggeleng cepat. "Tidak Byun, cukup" tolaknya.

Si Byun, tepatnya Byun Baekhyun, namja mungil objek kekesalan si bartender manis Lay, mendongakkan kepalanya yang sejak tadi ia sandarkan malas pada permukaan meja. Puppy eyes nya memicing. Tajam menatap Lay.

"Aahhh hyuungggg! Abaikan aku dan isi saja gelaskuuu" Baekhyun memberengut. Sedikit merengek sebenarnya. Namun Lay juga keukeuh menggelengkan kepalanya.

Bukan Byun Baekhyun namanya bila ia menyerah begitu saja tanpa mendapatkan apa yang ia inginkan. Namja manis lagi mungil itu menggembungkan pipi tembamnya, menarik ke bawah lengkung bibir tipisnya. Sepasang puppy eyesnya ia paksa menyayu. Baekhyun sedang mengeluarkan jurus mautnya - aegyo.

"Hyuunggggg jebaalll" rengeknya tak peduli akan umur.

Mungkin seseorang harus memberinya penghargaan atas keahlian Baekhyun yang satu ini. Karena demi Tuhan! Tidak ada satu orang pun yang akan bisa menolak apapun keinginan si mungil ini bila sudah menatap binar penuh harap dari sepasang manik bening itu. Begitu polos namun juga menuntut.

Hal yang sama berlaku pada Lay. Sebesar apapun tekad namja berlesung pipi itu mengeraskan hatinya agar tak jatuh dalam trik lama Baekhyun, tetap saja ia akan luluh juga. Pun terjadi malam ini. Lay menghela nafasnya kasar. Menggerutu kesal tak jelas dan berakhir dengan menemukan dirinya sendiri kembali menuang cairan merah menggoda ke dalam gelas panjang milik Baekhyun.

Accidentally MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang