5. Pemimpin Barisan

19 2 0
                                    

"Pokoknya yang jadi pemimpin hari ini bukan gue!" Kalimat tak terbantahkan itu keluar dari mulut Edo, sang ketua kelas.

"Terus siapa , kalau bukan lo?" Tanya Ulfa.

"Oke, gue tentuin sekarang ya?" Edo memperhatikan seluruh teman sekelasnya.

Matanya berbinar saat menemukan sesuatu yang cukup menarik , " Alkuna yang jadi peminpin barisan buat upacara minggu ini." Ucap Edo mantap.

"Yang bener Do?" tanya Ulfa tak percaya, "Lo tau kan dia orangnya gimana? Nanti kelas kita dihukum Pak Afin kalau dia buat ulah lagi." Tambah Ulfa.

"Percaya sama gue." Edo menepuk pundak Ulfa lalu berjalan ke arah bangku paling belakang.

"Kun! Lo jadi pemimpin ya?" Ucap Edo langsung.

Alkuna mengernyit sebentar lalu memasang tampang pongah. Dia merapikan bajunya dan berjalan angkuh ke depan kelas.

"Oke gue mau." Alkuna memakai topi yang dia dapat dari Yoga, anak IPA 5 juga tapi ikut paduan suara.

"Oke guys, pemimpin sudah ada. Jadi ayo ke kelapangan sekarang." Edo memberi intruksi pada teman sekelasnya itu.

Senin, seperti biasa pada pagi hari upacara bendera . Dan Alkuna meminjam Topi pada anggota paduan suara. Di SMA 17 anggota tidak memakai topi, jadi bisa dipinjamkan pada siswa yang tidak membawanya.

Lapangan sudah ramai saat Aletta tiba, dia mencari barisan kelasnya. Icha sibuk melihat postingan selebram di Instagram.

"Awas, jalan ngadep depan lo, jangan nunduk gitu, ntar nabrak baru tau rasa." Omel Aletta.

"Hehe, maap Buk Letta." Icha menyengir tidak jelas.

Barisan kelasnya sudah ketemu, tapi ada yang beda kali ini, Edo tampak berbaris di barisan depan. Otomatis Aletta menoleh pada orang barisan terdepan , dan matanya membulat saat dia menangkap sosok Alkuna berpakain rapi.

Semua rapi, tak ada kemeja yang dikeluarkan, sabuk terpasang, dasi pun terpasang , ditambah topi yang dipakai membuat seorang Akluna jadi terlihat seperti good boy , murid teladan.

"Itu yang jadi pemimpin si Alkuna?" Tanya Aletta pada Ulfa.

"Iya, Edo yang pilih." Jawab Ulfa.

Aletta mengangguk, dan ikut berbaris tepat di belakang Dimas . Icha memasukkan ponselnya ke dalam saku roknya.

Upacara pun di mulai, Regina sang protokol sudah memulai upacara.

"Pemimpin barisan menyiapkan barisannya." Suara Regina terdengar dari pengeras suara.

Alkuna maju ke barisan terdepan dan menghadap pada teman sekelasnya. Teman sekelasnya cekikikan saat melihat muka serius Alkuna. Jarang-jarang melihat Alkuna serius.

"Siap grak!" Alkuna memberikan aba-aba.

Semua murid IPA 5 mengambil posisi siap, murid laki-lakinya masih ada yang cekikikan sampai pada akhirnya Alkuna melotot menyuruh mereka diam.

"Setengah lencang kanan grak!" Alkuna melanjutkan aba-abanya, " Tegak grak!" Alkuna membalikkan badannya sehingga menghadap ke kepan.

Satu persatu rangkaian kegiatan upacara telah dilakukan, sampai pada penghormatan pada pemimpin upacara, dan pemimpin barisan kembali ke samping kanan barisan kelas masing-masing.

Alkuna mengambil sikap balik kanan dan langsung memberikan kiss bye pada teman sekelasnya. Hal itu tentu saja diperhatikan banyak peserta upacara lain. Sampai-sampai hampir semua peserta upacara menertawakan dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang