(Draft Baru) Prolog

11.6K 585 10
                                    

Prolog

"You have to know how to end things when you start it." – Tyra Banks

***

Sepuluh tahun yang lalu

"Kenapa harus kerjain tugasnya di rumah lo sih, Ze?"

Sore ini sehabis kelas seharusnya Omega dan Zeta – yang adalah teman semeja garis miring teman sekelas, garis miring teman yang selalu satu kelompok tugas, garis miring sudah seperti saudari satu sama lain – harusnya mengerjakan tugas Kimia mereka di sekolah. Ada satu tugas akhir semester yang wajib dikumpulkan minggu depan sebelum UAS semester ganjil.

"Karena hari ini kakak gue pulang dari Amsterdam, Mega!" Zeta sudah selesai merapikan buku dan tas sekolahnya. Rumah mereka berjauhan, sangat berjauhan. Rumah Zeta berada di daerah Pondok Labu sementara rumah Omega adanya di daerah Grogol. Meskipun masih sama-sama ada di Jakarta tapi daerah rumah mereka membutuhkan jarak waktu tempuh yang sama dengan jarak tempuh dari Ujung Kulon ke Ketapang. Bukannya hiperbola, tapi kemacetan jakarta membuat hal ini terlalu berat untuk dilakukan.

Sudah tahu bahwa jarak rumah mereka sangat jauh dan Zeta tetap memaksa untuk mengerjakan tugas kimia ini di rumahnya? Ya Tuhan sepertinya Omega harus meninjau ulang memasukan Zeta dalam daftar 'people I consider as sisters'. Dia hanya bisa mengeluh dalam hati. Gila juga kalau Omega harus pulang nanti habis mengerjakan tugas dari Pondok Labu ke Grogol. Bisa tahun kapan baru sampai rumah.

"Ya udahlah, Zeta. Nanti habis kerjain tugaskan juga akan ketemu sama kakak lo. Masa gue harus kerjain tugas sampai ke Pondok Labu terus nanti baru maghrib atau malam baru jalan pulang ke rumah," Omega dengan mata birunya masih mencoba memelas.

"Nggak bisa, Mega. Udah setahun nggak ketemu kakak gue dan sekarang dia pulang tapi gue masih di sekolah? Nggak bisa. Pokoknya kita kerjain tugasnya di rumah gue aja. Lagian dia pintar kok pasti bisa bantu kita bikin tugas ini," Zeta bersikukuh dengan keinginannya. Tipikal anak bungsu kalau menurut pengamatan Omega sejauh ini.

"Zeta, bukannya kakak lo nggak ambil kimia di Amsterdam? Dia ambil ekonomi atau bisnis gitu kan? Apa hubungannya sama tugas kimia kita sih?"

"Udahlah, Mega. Nanti kalau kita selesainya kemalaman kan lo tinggal nginep di rumah gue. Besok hari Minggu ini. Gue janji besok pagi gue akan anterin lo pulang ke rumah. Kakak gue pasti mau kok nganterin,"

Oke, ini sepertinya imbalan yang impas. "Uhm ... janji?" tanya Omega memastikan perkataan Zeta.

"Janji .. janji ... janji!!!!" Zeta berteriak histeris bahagia.

Pada akhirnya mereka berdua pulang ke rumah Zeta dengan bus dari halte di depan sekolah. Perjalanan dari sekolah mereka ke Pondok Labu seusai pulang sekolah sangatlah melelahkan. Mereka berdua tertidur di bus, tentu saja karena mereka benar-benar lelah setelah seharian belajar.

"Mega! Mega! Bangun bentar lagi sampai," Zeta menggoyang pundak Omega yang tertidur di sampingnya.

Gadis itu langsung tersadar dari tidurnya. Penuh keterkejutan, Omega berusaha membalas panggilan Zeta, "Oh iya, iya."

"Ayo, berdiri!" Zeta bangkit lebih dulu, Omega mengikuti. "Depan kiri, Bang!" ucap Zeta sebelum bus berhenti dan keduanya turun.

Setelah turun dari bus, Zeta dan Omega masih harus berjalan sedikit memasuki beberapa gang yang tembus ke sebuah perumahan besar. Mereka berdua terus berjalan sampai Zeta berhenti di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun asri dengan halaman yang sangat luas, membuat Omega turut berhenti melangkah.

"MAS ALFA!!! MAS ALFAAAA!" Zeta berteriak dari luar. Memang pintu pagarnya digembok, tapi pasti ada bel kan di sekitar sini? Benar-benar Zeta yang satu ini. Hobinya memang bicara dan berteriak. Utung saja anaknya baik. Sekali lagi itu semua menurut pengamatan Omega sejauh ini.

"MAS ALFA!" sekali lagi Zeta berteriak sementara Omega hanya diam saja.

Tak lama kemudian seorang laki-laki tinggi dengan rambut ikal dan kulit sawo matang – bekas terbakar terik matahari – keluar dari rumah dan membukakan pintu pagar. Laki-laki ini adalah bentuk ketampanan yang baru pertama kali ini Omega lihat di dunia nyata. Perempuan dengan seragam putih abu-abu, kulit kuning langsat serta sepasang mata biru itu bahkan sampai menahan napasnya.

"Mega! Mega!" Zeta memanggil nama sahabatnya itu sampai beberapa kali.

Omega lekas mengambil kesadarannya kembali, "Oh iya, Ze."

"Ayo masuk!!" Zeta menunggu sampai Omega masuk ke dalam pekarangan rumah.

"Halo, ini siapa?" laki-laki itu bicara. Dia bicara pada Omega tanpa menyadari tindakannya itu semakin membuat si lawan bicara sesak napas.

"Uhm ..." Omega bingung harus bicara apa. Otaknya tidak bisa bekerja dengan baik.

Zeta melihat sahabatnya bingung lalu membantu menjawab pertanyaan itu, "Ini Mega, Mas. Temenku di sekolah yang sering aku ceritain itu loh. Kita mau ngerjain tugas kimia jadi dia ikut ke rumah."

"Oh," Laki-laki yang dipanggil 'Mas' oleh Zeta itu melemparkan senyum manisnya pada Omega. "Kalau gitu masuk, yuk. Mama juga udah masak tuh, kalian makan dulu aja.."

"Siap, Mas!!" Zeta tersenyum manis.

Ketiganya berjalan masuk ke dalam rumah. Laki-laki itu berjalan duluan, Omega dan Zeta berjalan beberapa langkah di belakangnya.

"Itu kakak lo, Ze?" tanya Omega penasaran.

"Iya .."

"Wah, kakak lo ganteng banget," pujinya jujur.

"Emang," Zeta terkikik geli, namun tak lama kemudian dia berhenti, "Eh tapi lo nggak boleh suka sama kakak gue, ya. Dia udah punya cewek tahu dan ceweknya itu sempurnaaaaaa banget. Pokoknya mereka bener-bener pasangan sempurna."

Deg.

Jantung Omega rasanya mau copot mendengar perkataan Zeta.

Senyum terpaksa bisa terlihat di wajahnya yang mungil, "Ya kali, Ze gue suka sama kakak lo. Ketuaan kali."

Zeta tertawa. "Iya. Beda lima tahun ya? Males sih, kayak suka sama Om-Om."

Kini Omega memaksakan diri lagi. Omega memaksakan diri tertawa dengan Zeta.

Hari ini. Omega tidak akan melupakan hari ini. Hari di mana dia masuk ke sebuah ruangan yang tidak ia kenali dan dia tidak menemukan pintu keluar dari sana. Untuk pertama kalinya dalam hidup Omega yang begitu teratur, dia memulai sesuatu tanpa tahu cara untuk mengakhirinya.

***

ps :

harusnya publish kemarin tapi apa daya kesibukan dunia nyata menenggelamkan segalanya huehehehee. selamat membaca Alfa & Omega versi baru! kalau ada kritik dan saran sangat diterima, kali aja bisa dimasukkan ke versi buku karena masih dalam proses editing hueuehehehe.

btw, alfa & omega sekarang punya web pagenya sendiri di alfa-omega.odasekarayu.com ^^ akan ada banyak update, characters chart dan sebagainya di sana.  terima kasih banyak yang sudah bersedia mendukung Alfa & Omega sampai titik ini. sayang kalian selalu. 

xoxo, 

mongs

[SUDAH TERBIT] ALFA & OMEGA #1 (The Wattys 2016)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang