Fated

3.9K 522 45
                                    

Warn!
NamJin, BL, AU, OOC.
Fantasy, Soulmate!AU.
.
.
.

Plot:
Sebuah Soulmate!AU, dimana tiap manusia terikat oleh sesuatu bernama 'Red String of Fate'. Seokjin tahu dia terikat dengan seseorang, hanya saja dia tidak bisa melihat koneksi itu dengan siapapun, entah dirinya yang tidak memiliki jodoh, atau mungkin jodohnya yang sudah mati?

.
.
.

Sneak Peek:

"Seokjin, kami pulang duluan ya, jangan lupa kunci pintu."

Seokjin menoleh ke arah asal suara dan mengangguk ringan. Dia meluruskan kakinya di lantai panggung dan menatap sekeliling.

Seokjin adalah salah satu diantara sekian pemain orkestra, dia berada di salah satu jajaran pemain cello, dan malam ini adalah jadwal latihan mereka sebelum pentas yang akan dilaksanakan bulan depan.

Seokjin sudah terbiasa duduk diam di atas panggung seperti ini, semua rekannya pun mengerti, jika sudah semakin dekat dengan hari pertunjukkan, Seokjin akan semakin gugup dan dia butuh waktu sendiri.

Helaan napas pelan keluar dari Seokjin, dia mendongak menatap langit-langit panggung penuh lampu sorot yang sebagian besar dimatikan karena hanya ada Seokjin di panggung ini.

Alasan kenapa dia memilih untuk bermain musik adalah karena dia butuh pelampiasan untuk jiwanya yang kosong. Di masa ini, kau akan merasa jantungmu berdetak kembali ketika kau bertemu dia yang ditakdirkan untukmu. Jika tidak, maka selamanya kau tidak akan mendengar degup jantungmu sendiri.

Seokjin sudah hidup dalam kesendirian selama dua puluh enam tahun. Dan dia selalu berdoa agar dia bisa menemukan sosok yang ditakdirkan untuknya sebelum usianya tiga puluh tahun.

Seokjin mengangkat tangan kirinya, memperhatikan sebuah garis yang melingkar di kelingkingnya dan memanjang hingga ke nadi di pergelangan tangannya.

Itu terlihat seperti tato, tapi sebenarnya itu bukan tato. Itu tanda 'Red String of Fate', sesuatu yang akan berubah warna dari hitam kelam menjadi merah darah ketika Seokjin bertemu dengan dia yang ditakdirkan untuknya.

Seokjin memperhatikan garis berwarna hitam kelam di tangannya dan bertanya-tanya kapan kiranya garis itu akan berubah warna menjadi merah darah.

"Kupikir tempat ini bukan properti umum."

Seokjin terlonjak saat mendengar suara seseorang yang bergaung dalam ruangan, Seokjin menoleh ke sana-sini dan melihat seseorang berdiri di ambang pintu.

Itu Kim Namjoon, konduktor terbaik yang dimiliki orkestra tempat Seokjin.

"Maaf, Sir. Aku akan segera pulang." Seokjin berdiri dengan ringkas dan berjalan menghampiri ranselnya di pinggir panggung.

"Kau pemain cello itu, kan?"

"Ya, aku Seokjin, Kim Seokjin."

"Tidak perlu memperkenalkan dirimu, aku tidak tertarik."

Seokjin menggigit lidahnya. Dia sudah tahu soal kabar mengenai betapa dinginnya konduktor satu ini. Seokjin berdecak, dia menuruni panggung dan berjalan menuju pintu keluar.

"Ya, benar. Sekarang saya permisi, Sir. Saya harus pulang." Seokjin berujar saat sudah tiba di depan pintu keluar karena Namjoon masih berdiri di sana.
Namjoon memiringkan kepalanya, dia menggeser sedikit tubuhnya agar Seokjin bisa lewat.

Seokjin berdecak, dia mencoba berjalan melewati Namjoon namun bahunya tidak sengaja bertabrakkan dengan Namjoon. Dan di detik itu juga, Seokjin merasakan sensasi seperti disengat listrik di seluruh tubuhnya.

Seokjin terhuyung, nyaris saja terjatuh jika saja Namjoon tidak menangkap tubuhnya. Seokjin mengerang pelan, dia mengangkat tangan kirinya, bermaksud untuk menyentuh kepalanya ketika sesuatu membuatnya tertegun.

Garis di tangannya berubah menjadi merah!!

Seokjin menoleh dengan gerakan terlampau cepat ke arah Namjoon, "Kau jodohku!!"

"Apa? Tidak."

"Kau iya! Sini perlihatkan tangan kirimu!" Seokjin menyambar lengan kiri Namjoon dan membuka sarung tangan kulit yang dikenakan pria itu, dan ketika sarung tangan itu terlepas, Seokjin tertegun.

Karena tangan Namjoon sangat bersih. Seokjin bahkan tidak bisa menemukan garis itu di tangannya.

"Kau tidak mungkin menjadi yang ditakdirkan untukku, karena aku tidak memiliki tanda itu." Namjoon menyambar kembali sarung tangannya dan memakainya.

"Kau tentu tahu apa yang terjadi pada diriku, seseorang yang ditakdirkan untukku itu tidak ada..."

"...... karena hatiku sudah mati."

_Sneak Peek End_

.
.

Sedang mencoba menulis kembali. Wkwkwk

Urusan untuk wisuda masih belum beres sepenuhnya makanya aku susah nyari waktu yang pas buat ngetik. Heuheu

CrumbsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang