Awesome Forest

16 2 0
                                    

Brak!

Aku terjatuh diatas rerumputan tinggi yang menegelamkan wajahku dalam posisi terbaring begini, mataku menelusuri keadaan sekitar. Kulihat Yuuki yang tidak jauh dariku tampak begitu kebingungan. Wajar saja, beberapa saat yang lalu kami di kelas dan aku masih sibuk mencoba membuka buku. Kemudian sekarang, kami ada ditempat yang terlihat seperti ... hutan?

Aku menggosok pelan kelopak kedua mataku, memastikan kalau ini hanya khayalan belaka. Namun semua yang terluhat masih sama, hutan.

"K-kita dimana?"

Yuuki sudah berdiri dan mendekat ke arah ku seraya menanyakan lokasi keberadaan kami dengan raut bingungnya. Aku menggeleng, aku tahu ini hutan dan aku yakin dia juga tahu akan itu. Maksud dari pertanyaannya tentu saja, hutan mana?, pertanyaan yang sudah jelas aku juga tidak mengetahui jawabannya.

Dia mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri, aku menyambutnya lalu membersihkan celanaku dari bekas rerumputan.

"Ayo, mungkin kita akan menemukan seseorang. Lalu coba tanya saja padanya." ujarku sembari berjalan di depan Yuuki.
"Memangnya di sini ada orang selain kita?" Yuuki tak bergerak dari tempatnya berdiri.

"Tentu saja." aku mengangguk yakin.

Aku meyakinkan untuk membuatnya sedikit lebih tenang, walau sebenarnya aku juga sedang menenangkan diriku.

Yuuki mulai membuka langkah untuk mengikutiku. Walau sebenarnya aku tidak begitu yakin kami akan menemukan seseorang, mengingat ini hutan. Hutan luas pula. Tapi tidak ada salahnya mencoba kan?

                            ***

Mungkin sudah tujuh menit kami berjalan menelusuri hutan itu tanpa menemukan apapun selain pepohonan tinggi berikut semak yang tertiup angin tak lupa rumput setinggi setengah betis.

Perjalanan ini begitu sunyi, tidak ada satupun dari kami yang membuka topik. Mendadak terasa seperti tidak sengaja searah dengan orang tak dikenal. Mungkin Yuuki masih kepikiran soal 'bagaimana kami bisa di sini?' jadi dia tidak ingin memulai pembicaraan, aku pun begitu.

Sampai akhirnya langkah kami terhenti mendadak karena salah satu pohon yang daunnya tampak tergerak secara horizontal, seolah ada sesuatu yang menggekannya dengan sengaja.

Aku menatap Yuuki yang kini juga menatapku dengan raut heran, tampaknya dia berpikiran sama. Kami pun mencoba mendekati pohon itu, secara hati-hati tentunya.

Daun itu masih bergerak, pergerakannya pun masih perlahan seperti tadi. Tampak sesuatu mencuat dari balik dedaunan, sesuatu yang terlihat seperti cula.

Tapi bagaimana mungkin ada badak di sini?

Sebelum kami memilih pilihan untuk mendekati atau menjauhi tanduk itu, sang empunya tanduk muncul tiba-tiba dari balik semak dedaunan.

Kami tersentak, perihal yang tidak pernah sedikitpun terpikir akan kami lihat, kini berada tepat tiga meter di depan kami.

Centrosaurus, salah satu dinosaurus tipe herbivora yang hidup zaman purbakala.

Mencoba mencerna apa yang ditangkap penglihatanku barusan, aku mencubit lenganku dengan cukup keras.

Rasa sakit menjalar, seolah menyentrum lenganku. Tapi pemandangan di sekitar masih sama. Jadi ini bukan mimpi?

Tapi bukankah Centrosaurus sudah lama punah? Bagaimana dia bisa sampai di sini?

Begitu banyak pertanyaan mendadak memenuhi isi kepalaku.

Lalu perihal tentang berbagai kemungkinan pun mulai menyeruak, tentang bisa saja ada dinosaurus lain selain ini. Bahkan bisa saja yang tipe Karnivora. 

Rasa cemas seketika menyergap memenuhi ruang kosong yang tersisa dalam pikiranku. Kurasakan bahuku mulai bergetar, segera kupukul bahuku sendiri. Aku tidak ingin terlihat cemas.

Kulihat Yuuki yang sama cemasnya, dia berdecak kesal sambil mengusap dahi dan berjalan ke sana ke mari tanpa arah. Jelas sekali dia sama putus asa nya denganku.

Tapi aku tidak mau berakhir begitu saja, jadi kupikir aku akan mengajak Yuuki mencari jalan keluar dari semua hal di luar nalar ini.

"Kita akan segera pergi dari hutan ini," aku menegur Yuuki yang masih mondar-mandir tak karuan.

Langkahnya terhenti, sedetik kemudian manik hitamnya menatapku, "Ayo cari jalan keluarnya!"

Aku dan Yuuki berlari cepat tak tentu arah hanya berdasar pada insting saja. Sedari tadi kami tidak menemukan apapun, tidak lagi kami lihat dinosaurus atau bahkan sesuatu yang kami harapkan, pertolongan.

Masih berlari tapi dengan tempo yang mulai melambat mungkin karena rasa lelah mulai menelan. Kami akhirnya melihat secercah cahaya di balik salah satu pepohonan rindang di depanku.

Yuuki mengangguk tanda setuju untuk meneruskan lari ke arah cahaya tersebut.

Begitu kami membuka dedaunan pembatas tempat ini dengan terangnya cahaya itu, alangkah terkejutnya kami tatkala pandangan terpaku melihat ... puluhan dinosaurus bermandikan sinar matahari di dalam danau yang cukup besar sehingga mampu menampung sepuluh dinosaurus.

Mataku membelalak kaget. Berbagai jenis dinosaurus ada disana. Aardonyx, Aragosaurus, Centrosaurus lagi, dan berbagai jenis lain.

Tubuh besar mereka tampak begitu menakjubkan dan disinilah aku merasa sangat kecil. Nyaliku seolah ciut seketika, melihat besarnya makhluk-makhluk ini. Walau yang ada di sini sepertinya semua yang bertipe herbivora. Terbukti dari mereka yang tidak saling menyerang.

Meskipun begitu, rasa cemas kembali menghampiriku, karena pemandangan ini membuktikan bahwa dinosaurus yang ada di wilayah ini bukan Centrosaurus saja. Tapi ada banyak jenis lain. Walau sedari tadi hanya tipe herbivora yang kami temui, semoga saja tidak ada yang bertipe karnivora.

"Yuuki? Aku tidak salah lihatkan?" Aku memastikan apa yang kulihat ini.

"Tidak. Karena aku juga melihatnya." Yuuki tampak membeku takjub di tempatnya berdiri sekarang.

Ada perasaan senang karena dapat melihat sesuatu sehebat ini secara langsung. Mungkin aku harus setidaknya membiarkan rasa takjub memenuhi diriku dulu dibanding terus-terusan cemas sebab memikirkan perihal menyeramkan semacam itu.

Aku mengambil posisi duduk di tanah kecokelatan tersebut. Yuuki masih sibuk memperhatikan para dinosaurus.

Aku menghela nafas panjang, "Duduklah."

"Nanti dulu," Yuuki menjawab, tentu saja dia sadar kalau yang diajak bicara itu dirinya secara kan manusia di sekitar danau ini cuma kami.

Aku memerhatikan para dinosaurus dengan seksama, tentram sekali di sini. Tidak seperti di perkotaan di mana suara kendaraan begitu meracau indra pendengaran, belum lagi polusi udara yang membuat sulitnya menghirup udara segar.

Zaman sekarang memang cukup merepotakan. Sedangkan zaman purbakala, apa memang sedamai ini?

Sekitar sepuluh detik setelah aku berpikir demikian rasanya ada getaran pada tanah tempatku duduk. Aku melirik Yuuki yang tampak tak tentu arah, dia tampak terdorong karena guncangan ini. Apa ini gempa?

Semakin lama getaran ini semakin keras, para dinosaurus pun mulai gelagapan. Mereka mendadak bubar dan memencar ke berbagai arah. Aku dan Yuuki dengan sigap mencari tempat berlindung agar tidak menjadi injakan para dinosaurus.

"Apa ini gempa?" Aku menatap Yuuki yang kini berdiri merunduk di sampingku.

Dia hanya diam, tidak menggubris pertanyaanku. Aku menghela nafas lalu menegurnya sekali lagi.

Dia menjawab tapi bukan dengan jawaban yang kuharapkan, "Bukankah itu ... Giganotosaurus Carolini?"

Yuuki hanya memandang lurus ke depan. Mendadak jantungku berdegup cepat, perasaan cemas kembali menyelubungiku. Perlahan kutolehkan kepala ke arah Yuuki memandang.

Dan benar saja, itu ... Giganotosaurus Carolini!, aku terhuyung mundur. Perasaan terintimidasi serasa melekat pada hati.

Giganotosaurus Carolini mempercepat langkahnya seraya menggeram keras tepat sebelum semua dinosaurus yang sedang bermandikan sinar mentari tadi benar-benar pergi semua.

... to be continued.

Mysterious Book Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang