OneShoot ke 2.
Aku benci dengan orang - orang nyinyir, aku juga benci dengan orang - orang yang pendiam keduanya sama - sama menjijikkan.
Aku hidup di keluarga yang sederhana, dengan kesederhanaan itu kedua orangtuaku mampu menyekolahkan ku sampai ke perguruan tinggi.
Aku menempuh pendidikan jauh dari mereka. Entah faktor lingkungan baru atau fikiranku mulai terbuka. Awalnya aku hanya bercita - cita menjadi seorang guru karena di keluargaku ada yang menjadi seorang guru. Kurasa pekerjaan itu sangat mudah dan menyenangkan juga mulia. Mendidik seorang pelajar dari yang tidak bisa menjadi bisa.
Seiring berjalannya waktu, cita - citaku berubah. Hidup di kota orang yang keras ini saling tidak peduli dan saling menjatuhkan menjadi prioritas utama. Aku mulai menyadari, aku terlalu naif. orang - orang disini hidup saling menimpah dan menjadi parasit. Mereka yang mempunyai kekuasaan dan materi lebih itulah pemenang dari segala usaha di atas usaha.
Semenjak aku mengetahui hal itu, aku berambisi untuk menjadi seseorang yang hebat! Ya hebat, setidaknya jika aku tidak punya materi aku bisa mendapatkan uang dari mereka yang bergantung padaku.
Jika kalian bertanya, apa diriku menyesal menjalani kesederhanaan hidupku? Iya aku menyesal, jika tuhan mengizinkanku terlahir kembali aku ingin dilahirkan dari kedua orangtua yang memiliki materi yang melimpah. Tapi aku tidak bisa, karena itu aku menjalani hidup seperti ini.
Jika kau pintar tapi tak memiliki harta yang melimpah, kau selamanya akan menjadi budak dari si pemilik harta.
Aku menyadari hal ini setelah aku lulus dari jenjang pendidikanku.Jika kalian tak memiliki cukup koneksi, pengangguranlah yang akan jadi status kalian. Karena di negara kita ini kehidupan seseorang bisa di beli.
Hidup itu keras untuk kalian yang kesusahan. Hidup itu enak untuk kalian yang hidup nyaman sandang pangan terpenuhi.
Suatu hari aku mulai jengah, hatiku sakit, aku tak sanggup menahannya. Aku lulus dengan indeks prestasi komulatif yang memuaskan tapi sulit sekali mencari pekerjaan di kampung halamanku yang sesuai dengan bidangku.
Hingga aku memutuskan menceritakan semua ini pada keluargaku.
"ibu aku ingin pergi merantau"
"kemana? " kata ibuku.
"luar negeri" jawabku yakin.
"disini kan kau sudah bekerja" kata ibuku lagi.
"aku ingin pekerjaan yang lebih baik bu, aku juga ingin mengangkat derajat keluarga kita bu. Aku ingin kehidupan keluarga kita menjadi lebih baik." jelasku.
"apa kau malu dengan keluargamu?" ujar kakak laki - lakiku menyela.
"Tidak, bukan begitu kak aku ingin merubah kehidupan kita"
"jangan mimpi terlalu tinggi" jawab kakak perempuanku.
"kita itu orang biasa, kalau mimpi jangan tinggi - tinggi" jawab saudaraku lainnya.
"baiklah, aku malu dengan keluarga ini. Aku malu! Apa hidup kalian akan seperti ini terus? Di hina orang lain. Sampai kelurga kita di lecehkan terus menerus" jawabku marah dengan mata berair yang menggenangi kedua pelupuk mataku. " Kau kak?" tunjukku pada kakak perempuanku yang bernama Seoyoung. " lihat dirimu, kau masih menganggur di usiamu yang tidak muda lagi. Apa kau tak kasihan pada ibu, sudah mengeluarkan uang banyak sekali hanya untukmu kak. Dan apa balasanmu? Kau bahkan tak bekerja saat ini. Aku bukan mendoktrinmu tapi aku ingin kau bangkit kak. Aku tahu hidup ini butuh koneksi, kau bahkan memilikinya tapi kau sia - siakan berharap mereka yang menawarkan pekerjaan padamu. Jangan mimpi kak! Hidup kita ini ibaratkan seorang pengemis, yang memang harus menjatuhkan harga diri untuk mendapatkannya. Sebaiknya kau buang gengsimu yang teralalu tinggi itu. Aku tidak ingin mencampuri hidupmu tapi kau yang memulainya. " jelasku berurai air mata. Berharap tuhan memaafkanku detik itu juga atas perkataan kasarku pada kakakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan OneShoot EXO
Fiksi Penggemar#highest rank: #41 in fanfiction [1 November 2017] menceritakan kisah cinta dewasa yang penuh lika liku dalam menghadapi kenyataan hidup untuk lebih mengandalkan akal fikiran dari pada hati atau perasaan. untuk kebijakan bersama kumpulan OneShoot ya...