[🍎]Sebuah Keputusan

33 4 5
                                    

Prisca tengah berbaring di kamarnya menikmati angin yang masuk ke jendelanya yang dibiarkan terbuka gadis itu terlihat sibuk berpikir. Dia masih belum percaya kalau Mr. Newton mengajaknya berteman tadi siang. Setelah diantar pulang tadi gadis itu belum melepaskan seragamnya bahkan rasa sedihnya ia lupakan begitu saja. Bagaimana tidak cowok yang selalu dipanggilnya sok keren kini akan menjadi temannya. Ketika bertemu dengannya besok apa yang harus kukatan terlebih dahulu. Batin gadis itu.

Sadar jam sudah menunjukkan pukul 3 sore gadis itu bangkit dari ranjangnya untuk segera mandi karena azan baru saja berkumandang. Sudah lama aku meninggalkan shalat. Ya setelah orang tuanya mulai sering bertengkar Prisca selalu berdoa disetiap sujudnya agar keluarganya baik-baik saja namun merasa doanya tidak juga dikabulkan gadis itu merasa marah pada Tuhan dan memutuskan untuk berhenti berdoa hingga saat ini.

Entah kenapa setelah mandi gadis itu memutuskan untuk mengambil air wudhu karena hatinya tiba-tiba menuntunnya untuk melakukan itu. Mungkin sudah waktunya untuk berbaikan dengan egonya dan kembali pada jalan yang benar. Mungkin dosanya sudah terlalu banyak karena selalu mengabaikan tuhan begitu saja tapi setidaknya ia sudah mau bertobat.

Prisca shalat dengan begitu khusuk disetiap gerakannya dan ketika diakhir shalatnya gadis itu tiba-tiba meneteskan air mata memohon pengampunan dan kembali memohon untuk menyelamatkan pernikahan orang tuanya. Prisca berjanji tidak akan meninggalkan shalatnya lagi meskipun orang tuanya tetap berpisah karena keputusan yang dibuat Allah adalah yang terbaik.

Kini Prisca berada di meja makan bersama kedua orang tuanya untuk makan malam. Tidak ada percakapan diantara ketiganya hanya bunyi sendok dan piring yang bersentuhan yang terdengar. Semuanya sibuk dengan makanan masing-masing Prisca sudah terbiasa dengan hal itu sehingga gadis itu terlihat santai meskipun di dalam hatinya yang terdalam ingin berteriak. Gadis itu menyuapi sedikit demi sedikit makanan yang ada dipiringnya.

Papanya biasanya akan selesai lebih dulu dan langsung beranjak ke kamarnya kemudian menyusul sang mama hingga hanya dirinya yang masih duduk disana. Karena sudah terbiasa maka gadis itu juga akan meninggalkan meja makan ketika Bi Mina datang untuk membereskan semuanya.

Kini Prisca sudah beralih ke kamarnya dan sedang mengerjakan tugas-tugasnya yang masih tersisa setelah selesai shalat isya sebelumnya. Setelah itu barulah ia belajar untuk mata pelajaran besok. Gadis itu terlihat fokus dengan buku dihadapannya. Setelah merasa cukup barulah gadis itu merebahkan tubuhnya diatas kasur empuknya.

Gadis itu kembali teringat Dante yang kini sudah berpacaran dengan Mala. Hatinya masih belum bisa menerima hal itu namun apa yang harus diperbuatnya kalau mereka memang saling mencintai.

Biasanya ia akan menyapa langit dimalam hari namun ia memutuskan untuk tidak melakukan itu lagi karena ia sudah berbaikan dengan Tuhan-nya saat ini. Sehingga Prisca memilih untuk tidur dan melupakan semuanya. Gadis itu selalu berharap bahwa besok akan ada yang berubah dihidupnya meskipun hanya sedikit.

⛤⛤⛤

Matahari pagi menyapa dengan ceria pagi ini membuat Prisca merasa terganggu dengan cahaya yang sampai ke wajahnya karena masuk melalui kaca jendelanya. Namun tiba-tiba gadis itu sadar dan segera bangkit dari ranjangnya. " OH MY GOD!!! jam berapa sekarang?" Gadis itu melihat jam di atas nakas dan terkejut karena jam sudah menunjukkan pukul 06.30 dengan sigap gadis itu menuju kamar mandi waktunya hanya 30 menit untuk sampai kesekolah meskipun dia sudah tahu akan tetap terlambat. Oh sial.

Setelah turun dari angkot gadis itu segera berlari menuju gerbang sekolahnya. " Oh shit tentu saja gerbang sudah ditutup". Makinya pada diri sendiri. " Neng datangnya kenapa ngga sejam lagi". Tegur pak satpam yang sedang jaga. " Ya ampun pak Andi biarin aku masuk dong! Please!" Prisca berusaha merengek pada pak Andi.

Mr. NewtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang