SB - Three

732 97 28
                                    

Perjalanan seperti apa yang ia maksud? Darrel tidak mengetahui langkah itu menyesatkan.

-------------------------------------------------

Arah matanya masih sama dan belum berubah. Darrel menghela nafasnya kasar, sebelum akhirnya beranjak mengikuti tapak kaki mungil yang mulai kurang ajar itu. Tujuh lewat dua puluh lima, lima menit lagi bel sekolah akan berbunyi.

Para siswa Hanasia nampak masih asik berbincang di pinggiran marmer. Menatap rintik seperti memadu kasih yang nyatanya membuat kedua matanya menjadi iritasi. Hujan sepertinya tidak menyurutkan niat terselebung para murid untuk bersembunyi di balik gudang tua, dibanding mengikuti pelajaran.

Lagi pula pagi hari memang lebih enak dinikmati dengan bercinta. Tapi sayangnya suasana hatinya sudah lebih dulu hancur berkat kelakuan gadis cantik yang baru saja menaikkan tensi darahnya.

"Mata loe buta? Atau harus gue butain sekalian?!"

Darrel menarik pergelangan tangan Bee penuh kelesalan. Tadinya ia berniat untuk mengajak gadis itu menikmati sarapan pagi di kantin sekolah. Tapi semua hancur karena ulah si peri menyebalkan. Harus sekali manusia bernama Floera Belena itu memancing  tanduk emosinya setiap kali mereka bertemu.

"Oh, hai Dar. Kok loe ada di sini? Adel mana?"

Bee mengendik tidak perduli, dan bertanya seperti biasa, ceria. Mengabaikan tatapan juga nada geraman pria tampan yang berstatus sebagai teman dekatnya itu.

"Basi!! Gue nggak suka ya loe ngehindar kayak gini!! Kalo gue salah ya bilang aja!!"

Darrel menajamkan sorot matanya, yang di balas Bee dengan sikap tidak perduli.

"Apaan sih Dar?! Aneh loe. Pagi-pagi udah marah-marah."

Bee menatap Darrel tidak suka. Meski pria itu juga mekakukan hal yang sama, tapi untuk saat ini Bee tidak akan kalah. Bee tidak suka Darrel memurkainya hanya karena masalah tidak penting. Lagi pula, Bee juga tidak paham ke mana arah pembicaraan pria cerdas itu.

Darrel selalu suka menjadikan hal-hal kecil menjadi masalah yang besar. Ya seperti saat ini. Tidak ada angin, tapi ada hujan, pria itu mulai bertingkah layaknya bapak-bapak pemilik kos, yang juga mesum dan menyebalkan.

Sementara Darrel memilih mengalah. Ia melangkah mendekati bangku kesukaannya, lalu mengalihkan tatapannya sejenak. Mencari sosok cantik yang juga dua hari ini menghindarinya, persis seperti makhluk manja di depannya itu.

Adel dan Bee sama saja. Sama-sama manusia perengek yang menyebalkan.

Satu minggu, dua hari. Hanya berbeda jumlah hari, dua gadis itu melakukan hal yang sama. Sama-sama membangun tembok demi berlari dari jangkauannya. Saat tidak menemukan Adelle, Darrel kembali mengalihkan tatapan matanya kepada Bee. Gadis itu masih bersikap acuh tak acuh, sembari mengeluarkan alat tulisnya.

"Gimana gue nggak marah kalo loe bertingkah kayak musuh ke gue?!"

"Enggak gitu kok. Gue cuma lagi sibuk."

Sibuk?

Bodoh!

Darrel benar-benar ingin memukul otak lemot sahabatnya itu, jika saja tidak mengingat Bee adalah gadis kesayangannya. 

Spally Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang