mas-mas yang satu ini jatuh cinta waktu langit sedang menangis.
iya. dengan klisenya, mahasiswa yang seneng banget warnain rambutnya ini jatuh cinta waktu langit senja yang harusnya berwarna jingga, justru berwarna abu tua.
"anjirlah!" keluh seongwoon. rambut pendeknya yang baru aja dia warnain jadi warna coklat terang, basah kuyup karena hujan.
untung aja, halte tempat dia berteduh lagi kosong. mungkin seongwoon bakalan kena protes karena bahasanya yang kurang sopan buat didenger.
salahnya sendiri, sebenernya. seongwoon sendiri yang tadi milih buat markirin mobilnya agak jauh dari salon tempat dia warnain rambut ketimbang nunggu ibu-ibu yang lagi ngeluarin mobilnya dari tempat parkir salon.
seongwoon ngeluarin handphone hitamnya dari saku celana. setelah ngeringin layarnya pake ujung kaos yang dipakenya, seongwoon ngusap layarnya ke kiri, dan nyalain kamera depan.
"sial, ancur banget ini!" lagi, seongwoon ngumpat karena rambutnya yang nggak berhasil dia selamatin dari hujan.
sebelum seongwoon puas mengumpat, seorang cewek berpayung biru tua tiba di halte, ikut berteduh, sama seperti apa yang seongwoon lakuin.
seongwoon yang sejak tadi enggan buat duduk, dengan mudahnya ikut duduk saat cewek tadi duduk. seongwoon yang sejak tadi belum berhenti berkata kasar, dengan mudah menutup rapat mulutnya saat sadar cewek tadi belum membuka mulutnya sejak tiba di halte.
lima belas menit, dua puluh lima menit, lima puluh menit, dan puncaknya, hingga satu jam penuh, hujan belum juga menunjukan tanda-tanda hendak mereda.
selama itu juga, seongwoon dengan betahnya diam di tempat duduknya. tidak melakukan apapun selain menatap ke arah kucuran deras air dari kanopi halte, sambil sesekali melirik ke arah si cewek yang duduk di sebelah kanannya.
drrrrrrtt... drrrrrrrtt...
dua insan yang ada di halte sederhana itu sama-sama menengok ke arah tubuhnya sendiri saat mendengar suara getaran yang memecah keheningan.
setelah beberapa detik keduanya mencari sumber suara, handphone seongwoon ditemukan di saku celananya. itu alarm, menandakan kalau sekarang sudah pukul lima sore, pengingat untuk seongwoon yang seringkali tertidur di perpustakaan.
"udah jam lima aja," celetuk seongwoon sambil mematikan alarm di handphonenya. pelan, tapi lebih dari cukup buat sampai ke indra pendengaran cewek di samping kanannya.
"iya, hujannya ga berhenti-berhenti, ya, mas?" siapa sangka? si cewek dengan ramahnya menjawab celetukan pelan seongwoon.
"mbaknya nunggu hujan juga?"
"bukan nunggu hujan, mas. saya nunggu reda." jayus. garing. tapi cukup buat bikin seongwoon tertawa.
"mbaknya pulang ke arah mana? naik apa?"
"biasanya naik angkot. tapi sopir angkotnya lagi demo gara-gara ojek online. mau naik ojek online, hujannya nggak berhenti-berhenti. kalo saya naik taksi online, saya tekor. nanti nggak bisa makan seminggu, terus sakit, terus gagal wisuda." masih jayus. masih garing. tapi masih berhasil bikin seongwoon tertawa.
seongwoon berhenti bertanya, setelahnya. kehabisan topik. padahal di dalam hati, pengennya sih masih ngobrol sama si mbak.
"rambutnya baru dicat ya, mas?"
seongwoon mendongak cepat. nggak bisa nyembunyiin antusiasnya waktu si mbak kembali ngajak bicara, terlebih itu membicarakan dirinya.
"iya nih, mbak. cocok, nggak?" jawab seongwoon. pede seperti seongwoon.
"nggak. bagusan warna aslinya. item kan?"
seongwoon tertegun. jawaban si mbak nggak sesuai dengan harapan, nih
"yah, kecewa nih. padahal saya sengaja warnain rambut saya karena katanya saya lebih cocok kalau warna rambut saya bukan item."
"saya nggak pernah suka ngeliat rambut diwarnain. apalagi tujuannya cuma buat gaya-gayaan. buang-buang duit."
lagi, seongwoon tertegun. juga sedikit merasa tersinggung dan tidak terima.
"lagian, kasian loh, mas. kulit kepalanya mas nanti jadi kering karena kena zat-zat kimia dari cat rambut," si cewek melanjutkan ucapannya.
seongwoon masih tertegun. waktu tiba-tiba, si mbak berdiri dan jalan mendekat ke arah seongwoon. si mbak ngangkat sebelah tangannya yang sedari tadi disimpan di saku jaket.
tangan itu mendarat di atas kepala seongwoon. mengacak pelan rambut coklat terang yang masih lembabnya, sambil senyum.
"duluan ya, mas. pacar saya udah nunggu di depan. hujannya udah agak reda, bisa kok, diterobos walaupun tanpa payung."
waduh, kayanya seongwoon jatuh cinta sama pacar orang, deh?
KAMU SEDANG MEMBACA
[C] nyaah; wanna-one
Fiksi Penggemarmeans love in sundanese. [!] lowercase; nonbaku; alternative-universe; nggak sesuai EBI