Hihi ini aku bela bela in lho padahal besok mau TO yang terakhir. Wkwkwk :p
Langsung capcusss aja guyss!
So here it is! Enjoy xx
-o0o-
"Bagaimana menurut kalian?" Ujar Liam sembari mengetuk-ngetuk kaca jendela yang berada dihadapannya. Ia menerawang keluar. Memandang bintang yang bertaburan dan rembulan yang tengah bersinar penuh di langit malam itu. Badannya mememunggungi keempat remaja lelaki lainnya yang sibuk dengan kegiatannya masing masing. Niall Horan yang sedang berbaring santai. Harry Styles yang tengah mengkaji beberapa buku referensi yang berkaitan dengan misi yang akan mereka pecahkan nantinya. Louis Tomlinson yang memejamkan matanya, berusaha keras memutar otaknya untuk mencari langkah yang tepat. Sementara itu, Zayn Malik tengah bermain-main dengan kekuatannya akibat rasa bosan yang menyerangnya.
Merasa tak ada yang memperhatikannya, pun Liam Payne membalikkan badannya dan mengalihkan pandangannya menuju kegiatan apa saja yang sedang dilakoni keempat sahabatnya. Sudut bibirnya terangkat sebelah. Ia tersenyum masam -sangat masam. Entah apa yang ia pikirkan saat itu hingga sebuah ide terlintas dibenaknya. Cepat-cepat diambilnya mantel yang tergantung di dekat pintu kamar asrama mereka. Niall Horan yang tadinya sedang berbaring kini mulai beranjak dari tempat tidurnya, memandang heran Liam Payne. Ia mencoba membaca pikiran pemuda itu. Sial! Liam mengunci pikirannya. Pun dihampirinya pemuda yang akan membuka pintu kamar mereka itu. Tangannya cepat-cepat ia cekal, berusaha menahan kepergian Liam yang tak diketahui maksudnya.
"Kau akan kemana?" Niall menatap sahabatnya yang satu itu. Zayn Malik pun ikut-ikutan menatap kawannya yang akan pergi entah kemana itu. Sementara Itu, Louis Tomlinson dan Harry Styles belum menyadari apa yang sedang terjadi. Mereka terlalu serius!
"Bukan urusanmu!" Suara berat Liam sontak membuat Niall bingung. Pasalnya, Liam hanya akan berbicara dengan suara seperti itu jika sedang menahan amarah. Menghiraukan Niall yang sedang bingung, Liam menyentakkan tangannya yang dicekal oleh Niall. Lagi-lagi Niall dibuatnya terperangah.
"Tunggu! Aku ikut denganmu." Cepat-cepat Niall Horan menyambar sebuah mantel yang berada di dekatnya dan berlari mengejar punggung Liam yang kian lama kian menjauhi kamar asrama mereka.
"Kau kenapa sih?" Tanya Niall ketika ia mulai bisa menyejajari langkah sahabatnya itu. Mulanya, ia sedikit kesusahan. Namun, kini ia mulai terbiasa mengikuti langkah Liam yang cepat.
"Tidak apa-apa. Hanya ingin berjalan-jalan saja. Mungkin aku bisa menemukan sebuah petunjuk." Liam menghela nafas. Sejenak kemudian ia bergeming. Matanya memicing menuju arah timur laut. Sementara itu pendengarannya ia tajamkan untuk saat itu. Tercengang dengan apa yang dilihat dan didengarnya, sesegera mungkin ia tarik tangan Niall dan membawanya bersembunyi dalam loker yang berada di dekat mereka. Niall yang tak mengetahui apa yang terjadi, menatap Liam kesal dan memberontak, namun kali ini Liam terasa sangat kuat baginya. Sepertinya tangannya akan merah akibat cengkraman Liam yang cukup kuat tadi. Ia rasa Liam benar-benar aneh dan berubah malam itu.
"Kau kenap-" Ucapan Niall yang bercampur amarah itupun lantas terhenti ketika tangan Liam membekap erat mulutnya. "Diam saja. Nanti akan kuceritakan ketika kita berada di kamar asrama." Bisik Liam pelan di telinga kiri Niall. Hal itu membuat Niall sedikit bergidik ngeri. Ia seperti merasakan suatu hal yang ganjal. Namun, ia memilih diam dan tak bertanya lagi.
Alih-alih sedang dalam keadaan yang mencekam, Niall memejamkan matanya, mencoba memfokuskan pikirannya. Cukup memakan waktu untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Sontak, Niall kembali membuka matanya kembali. Jantungnya berdebar kencang tatkala mengetahui apa yang sedang terjadi di luar loker tempat ia dan Liam bersembunyi. Pun ia mengirim sinyal kepada Liam melalui pikirannya. Niall tak tahu jika Liam sama sepertinya pula. Merasa terpojok dengan keadaan mereka saat ini.
Sesuatu nampak mendekati loker di mana mereka bersembunyi. Cepat-cepat mereka menenangkan pikiran mereka dan memfokuskan agar mereka tampak tak terlihat. Tak perlu lama, keduanya kini sudah tak terlihat oleh mata telanjang. Sementara itu, pintu loker diketuk-ketuk dan seakan-akan ingin dibuka paksa oleh sesuatu yang berada di balik pintu.
Niall Horan dan Liam Payne pun segera menembus dinding loker sebelah kiri sehingga mereka berada di sebelah kiri loker dari tempat awal mereka bersembunyi. Mereka terus berjalan hingga tak terasa mereka telah mencapai loker ke 30 dari tempat awal mereka bersembunyi. Sesuatu itu terus berusaha membuka paksa loker tempat di mana mereka bersembunyi pertama kali.
Cepat-cepat mereka kembali ke kamar asrama mereka yang letaknya tidak begitu jauh dari loker ke 30 yang mereka lewati untuk menjauh dari sesuatu itu. Keduanya berlari dengan tubuh yang tak terlihat menuju kamar asrama mereka.
Tak peduli dengan pertanyaan yang akan dilontarkan Zayn, Harry, dan Louis nantinya, keduanya pun segera mengembalikan wujud mereka hingga dapat terlihat kembali ketika sudah berada dalam kamar asrama mereka.
-o0o-
Haiiii! Ketemu lagi deh di chapter ini :D
Aku tau makin lama kok kayaknya makin absurd aja .-. hihihi
Ini aneh ya? c': Aku tau kok ))8
Ya udah deh, akhir kata aku mau minta doa kalian supaya bisa sukses TO terakhir sama UNnya :D
Monggo di vote dan comment, kalo gak mau juga gakpapa :))
Thanks for read, vote, comment, and add this absurd story in your reading list/library :)
Lalala,
Nee Xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Beneath The Dark [One Direction] || AU
FanfictionIni tentang mereka dan asrama tempat mereka berada. ©2014 All Right Reserved. nialykt Amazing Cover by dope-ing