Mission I

261 29 2
                                    

Well, second chapter is posted guyss!!

Enjoy :)xx

-o0o-

"Kau lihat mereka berlima?" Brittany berbisik perlahan kepada Aslan sembari melirik kelima pemuda yang tengah berjalan. Kulit mereka terlihat pucat. Tanpa ia sadari, seorang dari mereka berlima melirik tajam ke arahnya dan Aslan. Sementara itu, Aslan hanya mengangguk.

"Mereka angkuh sekali. Bukankah mereka juga sama seperti kita? Meskipun aku sendiri tak yakin apakah mereka sama seperti kita karena kulit mereka yang tampak pucat. Apakah mereka berasal dari kalangan vam-" Aslan cepat-cepat membekap mulut Brittany yang terus mengoceh tanpa henti. Ia merasa bahwa salah satu dari mereka melirik mereka tajam dengan sudut bibir kiri sedikit terangkat.

"Diamlah Brittany! Salah satu dari mereka sedang memperhatikan kita!" Aslan berbisik pelan kepada Brittany, nyaris tak bersuara sedikit pun. Cepat-cepat Brittany menatap kelima pemuda yang tengah duduk di bangku cafe lainnya. Saat ini memang saatnya istirahat bagi para murid Le 'Quenyta Dormitory

"Yang mana?" Brittany hanya menggerakkan bibirnya tanpa suara sedikitpun. Ia merasa heran bagaimana Aslan bisa tahu akan hal tersebut. Namun, ia segera membuang jauh-jauh pertanyaan tersebut dari benaknya.

"Yang rambutnya keriting." Aslan pun membalasnya dengan tak bersuara sedikitpun.

Tanpa peduli apapun, Brittany menatap heran pemuda yang disebut oleh Aslan. Lambat laun, ia melihat sudut kanan bibir pemuda itu terangkat, mengikuti sudut bibir kirinya. Pemuda itu tersenyum. Mau tak mau, Brittany membalasnya dengan sedikit senyum tipis.

"Brittany!" Bisikan Aslan mampu menyadarkan Brittany yang tengah saling-senyum dengan pemuda yang disebut Aslan. "Kau baik-baik saja?" Aslan sedikit mengangkat sebelah alisnya.

Pun yang diajak berbicara sedikit terkejut. Tak ayal jika Brittany menjadi sedikit gugup dan mengiringi ucapannya dengan sebuah anggukan. "Ya ya aku- aku baik-baik saja."

"Mereka telah pergi Brittany."

Brittany menoleh ke arah pintu cafe dan hanya menemukan punggung kelimanya mulai menjauhi cafe. Ia menggeleng sesekali. Tidak. Ia tidak akan jatuh cinta kepada pemuda berambut keriting ataupun kawan pemuda itu yang merupakan bagian dari mereka berlima.

Sementara itu, kelima pemuda tersebut pergi meuju ruang Kepala Sekolah. Pemuda yang berambut pirang mengetuk tiga kali terlebih dahulu sebelum membuka ruang Kepala Sekolah. Ia dan keempat kawannya hanya bungkam ketika memasuki ruang Kepala Sekolah yang bisa dikatakan sangat mewah. Sang Kepala Sekolah pun tersenyum ketika kelimanya memasuki ruangannya.

"Kurasa hanya kurang 2 orang saja yang belum datang. Baiklah kita tunggu beberapa menit kemudian." Kepala Sekolah VII pun hanya menghela nafas perlahan. Ditatapnya satu-satu 8 remaja -well, ini menggelikan jika melihat mereka sebenarnya sudah berusia sangat tua- yang tengah duduk di sofa ruangannya tersebut.

Tak lama kemudian, muncullah 2 gadis. Keduanya berambut pirang dan bermata biru. "Maafkan kami karena datang terlambat, Mrs. Xavlesa." Ujar salah satu dari mereka. Sementara yang lainnya hanya menunduk.

"Tak apa. Baiklah, silahkan duduk." Mrs. Xavlesa, Kepala Sekolah VII, kembali menatap mereka satu per satu kembali. Ia menarik nafasnya perlahan. "Tunggu sebentar. Kurasa aku perlu  meng-absen kalian satu persatu." Ia terkekeh pelan dengan sebuah kertas tergenggam erat oleh tangan kanannya.

"Demetria." Pun yang namanya disebut mengangkat tangannya. Mrs. Xavlesa mengangguk.

"Taylor." Gadis disebelah Demetria pun mengacungkan jarinya. Mrs. Xavlesa mengangguk, kemudian memperhatikan Taylor dengan saksama. "Ya Tuhan! Kau benar-benar Taylor!" Mrs. Xavlesa mengerjapkan matanya beberapa kali. Wajahnya nampak sedikit terkejut. Kemudian ia menggeleng.

Beneath The Dark [One Direction] || AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang