Gue masih suka lo, salam si penunggu pojokan kantin
🎃🎃🎃
Naba POV
Menjadi hantu itu sungguh melelahkan. Benar-benar menjengkelkan. Disaat gue harusnya bersyukur seperti hantu lain yang dengan senang hati bisa pergi kemanapun sesuka hati mereka. Nah, gue masih ngebangke terus di sekolah. Gila bahasa gue kasar amat ya, sorry guys.
Disaat kayak gini yang paling bikin gue tambah frustasi, duduk di pojokan kantin s endirian malam-malam lagi. Untung gue hantu jadi udah terbiasa lihat sesama jenis. Kalau nggak bisa dibayangin sekenceng apa tangisan gue.
Hantu-hantu itu pada kemana sih? tega bener mereka ninggalin gue. atau jangan-jangan...mereka nonton konser lagi.
"Arrghh" teriak gue geram. Kenapa gue bisa setolol ini sih. Bisa-bisanya gue ketipu sama mereka.
Angin malam sangat jahat malam ini, kenapa bisa terasa sangat dingin begini. Menemani seorang hantu dipojokan kantin. Dulu ini adalah tempat gue dan teman-teman gue kalau lagi istirahat. Gue masih inget banget gimana lawakan garing sering mengisi obrolan kita. Gading, Tito, gue kangen kalian...
#sepertiawan
Minggu pagi yang begitu sepi bagi gue....
Dasar pembohong. Tukang sol sepatu. Seles panci. Kentongan buluk. Upil valak. Kolor bolong. Lihat-lihat wajah mereka, bisa ya mereka sepolos itu. Sok suci, berasa baru dilahirkan, jalannya seolah diperlambat bak di drama-drama kerajaan. Masih pake baju yang sama dari tahun kemarin aja blagu.
Gue yakin mereka pasti bakalan cerita panjang lebar soal MuBank. Apalagi berhasil masuk tanpa tiket. Gue ingetin lagi mereka itu hantu, bebas. Sedangkan gue, apalah daya cuman seonggok daun kering.
"Hai, Naba" oke itu baru awalan.
"Pagi-pagi udah serem gitu" sapaan macam apa itu.
"Orang serem ngatain serem. Setan lo!" peka dong kalian, gue lagi marah bukan ngelawak.
"Setan teriak setan, sama aja" ikutan aja nih hantu kembar.
Putri wajahnya sangat cerah sekali pagi ini. Senyumnya terasa beda. Tapi, Geraldi si senior itu masih saja setia dengan wajah sok cool-nya itu. Si kembar juga, apaan dari tadi berkacak pinggang.
"Hei kalian! Gimana?" gue bertanya dengan nada sedikit angkuh. Tidak, memang angkuh.
"Apanya yang gimana, Na?" alasan yang masuk akal Putri, masih bisa diterima.
"Itu...lagunya" kode pertama udah keluar dari mulut gue. Eh, malah masang muka 4p (pura-pura planga-plongo).
"Lagu? apaan?" kompak bener sih hantu kembar ini.
"Dance-nya" kode kedua.
Putri, Geraldi, dan lo Kina-Keni. Ayo dong ngomong, bikin kesel. Gengsi dong kalau misalnya gue yang harus nanya duluan.
"Dance yang mana? baby shark?" senior ngaco lo, Ger.
"APA YANG KALIAN LAKUIN TANPA GUE TADI MALEM??!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Awan
FantasyDisini gue berada. Disetiap sudut kelas. Gue ada tapi kayaknya nggak terlihat. secara, tubuh gue sekarang transparan. "Raya..ingat aku?" Gue hanya bisa menanyakan kalimat-kalimat ngaco karena sekeras apapun suara gue nggak bisa didenger. Gue udah ma...