"Eunbi, ayo kita menikah."Entah kenapa, Busan saat itu menjadi sangat hangat dan rasanya luka di dalam sebuah jiwa mulai terkikis. Lembutnya angin yang berembus bahkan terasa seperti belaian. Permukaan lautan di depan sana begitu tenang menyaksikan dua insan yang tengah saling menjelajah, saling mencari tanpa tahu apa yang dicari. Seakan tahu, bahwa sebuah cerita baru akan di mulai detik itu.
• My Husband My Enemy •
Ini malam yang begitu panjang, kedua orangtua Jungkook belum pulang, dan kakaknya Jungkook juga belum ada tanda-tanda akan pulang cepat.
Eunbi terpatung saat Jungkook mempersiapkan makan malam di atas meja. Ini sangat canggung. Begitu canggung hingga bergerak saja rasanya salah sejak kejadian di tepi pantai sore tadi.
"Sudah selesai mandi?"
Eunbi menelan salivanya, ini seperti tinggal di satu atap. Dan sekali lagi, ini sangat canggung. Sialnya, Jungkook tampak lebih tampan dari biasanya. Okay, Eunbi akui itu. Tapi kaus garis-garis biru dan putih itu terlihat cocok untuk Jungkook.
"Ya," jawab Eunbi sedikit tak nyaman.
Gadis itu menutup pintu kamar Jungkook dengan pelan, berjalan dengan aneh karena pakaian yang ia kenakan ini sangatlah serba kebesaran. Ditambah warnanya. Apa Jungkook sengaja membeli baju couple?
Jungkook telah selesai mempersiapkan makanan di atas meja. Kemudian menatap Eunbi. Eunbi menatap Jungkook. Mereka saling tatap.
Hening.
Sunyi.
Dan hancur berantakan.
Lelaki itu segera terbatuk ria, malu saat melihat Eunbi begitu cantik dan manis dengan kaus putih kesukaannya.
Terlihat kebesaran dan justru membuat gemas.
"Maaf memberimu pakaian itu, Ibuku menyimpan pakaiannya di lemari. Dan lemarinya di dalam kamar yang terkunci."
Eunbi tersenyum canggung, dan lagi-lagi itu membuat Jungkook berniat mengakhiri hidupnya.
Bagaimana seorang Go Eunbi menjadi murah senyum hari ini? Dan kenapa dirinya -Jungkook- menjadi seperti ini?
"Jungkook."
"Eum."
Eunbi segera menggelengkan kepala, mengurungkan niatnya. Dan memilih duduk di salah satu kursi pantri.
"Ini sangat aneh, tapi apa kau yakin dengan ucapanmu?"
Jungkook ikut duduk di sana, mereka lagi-lagi saling tatap. Dan itu membuat suhu canggung meningkat. Membakar wajah mereka. Dan sama-sama mengingatkan jika mereka itu adalah musuh. Tak lebih, dan tak boleh berpikir macam-macam.
"Entahlah. Tapi aku ingin bertanggung jawab padamu. Aku tidak ingin berpangku tangan. Aku... eih. Aku 'kan seorang lelaki. Tidak masalah berkeliaran dengan status seperti itu. Maksudku, maksudku berkeliaran dengan keadaan sudah pernah bercinta, sudah tidak perjaka lagi. Tapi seorang wanita? Aku sudah mempertimbangkan banyak hal. Aku tetap akan bertanggung jawab."
"Kita baru kelas sebelas," potong Eunbi. Mereka semakin dalam merajut tatapan. Jungkook mulai mengetahui, bukan hanya sebuah tanggung jawab maka semua akan selesai. Tidak semudah itu.
"Aku seorang lelaki, bahkan jika aku kelas satu pun, aku akan tetap bertanggung jawab atas perbuatanku."
Eunbi tak tersenyum, meski ia rasa senyumannya terlihat aneh. Eunbi merasa ada penawar dari ketakutannya. Sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband, My Enemy
Fanfiction[BELUM DIREVISI] Eunbi terbangun dari tidur, namun tidak di kamarnya, tidak dengan pakaian lengkap dan tidak seorang diri seperti mana biasanya. Ia terbangun bersama seorang lelaki tepat di sampingnya, berbagi selimut dengannya dan lelaki itu adalah...