Salah Tempat

18 2 1
                                    

BAB I (nyasar)
Agos bener-bener ngerusak semua milik Esil, selain hatinya yang dibuat patah sekolahnya juga menjadi bermasalah, pasalnya Esil yang sudah belajar sampai larut malam untuk ujian kemarin, nilainya menurun dibandingkan semester lalu, begadangnya lebih bermanfaat untuk mengenang Agos dari pada untuk matematika, biologi, fisika , kimia dan pelajaran lainnya.  Sudah berulang kali perasaan dongkol ini diusirnya jauh-jauh, tapi tanpa sadar muncul lagi dan  membuatnya BT berkepanjangan.
“Bego lo!”
Hening. (5 detik), hanya tangan Esil yang terangkat naik menutupi asal suara tidak sopan yang barusan keluar sambil mundur beberapa langkah karena terlalu dekat akibat peristiwa tabrakan.
“Sorry, saya tiba-tiba latah mas”
Itu bukan nyumpahin orang atau ungkapan kekesalan, sumpah.
Sambil merem-merem Esil mohon ampun pada mas-mas yang tak sengaja ia tabrak bersama jemarinya yang sekarang direkatkan membentuk piramid, tanpa tatapan mata yang dihujatkan langsung kebola mata mas-mas tersebut, hanya mampu memandangi aspal jalanan diatas sepatu sang korban yang licin dengan balutan warna hitam dan sepertinya dua hari lalu baru selesai disemir.
“Sorry, mas”
“Hati-hati mba”
“Iya maaf yah mas”
“Disini orangnya ganas-ganas loh mba”
“Ngeri banget” Esil mendengus dalam hatinya, sambil menggerakkan tubuhnya tanda takut kalian pasti tahu.
“Mas-mas-nya pake seragam, rapi banget”
“Maco sih. Ganteng juga. Manis!” Aduh Esil emang phobia cowok jelek maka maklum dia jadi kayak gini.
“Iy mas, saya beneran gak sengaja”
“Waktu saya jadi terbuang sia-sia nih mba”
Lama-lama Esil dongkol juga .
“Kikir banget jadi orang”
“Udah salah, ngatain lagi”
“Saya tadi udah minta maaf yah”
“Perlu saya ulangi?”
“Ih, dasar”
Tanpa menghiraukan pertengkaran ini berlanjut si mas-mas ganteng itu berlalu, mungkin gak penting atau sadar perbuatan itu tidak terpuji. Begitu juga Esil yang tanpa menghiraukan mas-mas yang sudah melaju pake kaki, kakinya sendiri tiga langkah darinya, Esilpun melanjutkan lajunya kembali dan dia sempatkan sepersekian detik untuk berpikir:
“Jangan sampai ini pertanda jodoh”
“Ogah gua” Esil menjawabnya sendiri.
“Pait-pait”
“Waktu 5 menit ajah diitung-itung”
“Hih, ada yah manusia kayak begitu”
Esil emang suka ngomong sendiri, kali ini didalam hati.
Esil masih bingung menemukan manusia sejenis mas-mas tadi, kayaknya dia spesial gagal semoga aja cepet punah jangan sampai berkembangbiak. Apa jadinya dunia ini. 
“Akhirnya sampai juga gua, sambutannya luar biasa menakjubkan”
Posisi Esil saat itu tepat didepan sebuah terminal dan waktu menunjukan puku 15.40 WIB selang lima menit dari peristiwa tabrak tadi. Esil sedang berdiri bersama tas ransel ukuran tiga kg kurang lebih, serta satu tas oleh-oleh yang sudah dipastikan kurang dari lima kg dijinjing dijemari tangan kiri dengan jemari sebelahnya memegang handphone.
“T e r mi nal ko ta T e ga l” Sambil muter-muter kepalanya susah payah membaca pamphlet tepat didepan terminal.
“Hah” matanya melotot persis mau guling depan kayak pelajaran olah raga waktu SMP dan Esil gak bisa.
“Aduuh gimana ni, Bude Esil dimana” Pucet.
“Gue harus tenang”
“Pokoknya tenang”
“Okey”
Percakapan panjang itu adalah monolog yang tak sengaja dipentaskan didepan jalan raya seperti ini tanpa penonton, guna menguatkan dirinya yang mulai rapuh, terjebak putus harapan. Iya, Esil salah tujuan.
“Mampuuusssss” Esil merasa sial.
Bude-nya memberi arahan untuk turun tepat diterminal, tapi bukan Tegal, Esil emang buta banget masalah peta ditambah ini tempat asing bagi Esil, dia kan anak IPA. Esil lupa ngomong abang sopirnya sampai akhirnya sampailah dia dipemberhentian terakhir bus jurusan Jakarta-Tegal. Esil kebablasan.
“Ada yang bisa dibantu mba?”
Suara berat itu mengembalikan fokusnya pada tujuan awal. Bukannya menanggapi dengan segera Esil malah melongo tidak lama sekitar tigapuluh detik, sambil memutar memorinya dan dia berhasil , ini adalah korban yang gak sengaja dikatain bego tadi, spesies gagal yang kurang didikan sopan santun, seragamnya memang meyakinkan Esil untuk segera bertanya, namun ego, egonya yang lagi naik daun buat Esil malah bilang:
“Oo, tidak saya  b a i k - b a i k  s a j a” Sangar.
Lidah memang tak bertulang, tapi kenyatannnya satu kebohongan telah ia torehkan, membuat luka dihatinya sendiri yang harusnya membaik malah semakin buruk dilindas salah alamat. Ah buruk sekali. Namun lebih baik dari pada menjatuhkan harga diri.
“Baik, jika mungkin mba sedang menunggu seseorang tolong bisa dipinggir sana yah”
“O, oke”
“Hati-hati ya mba”
Esil melototkan kedua matanya, membuat sang mas-mas tadi segera kembali bertugas mengatur lalu lintas jalan raya arus balik tahun ini dan di kota Tegal yah bukan Brebes, kan Esil nyasar. Keadaan esil dirundung penyesalan yang teramat dalam.
“Esil...l!” Kesel ke Esil, ke diri sendiri.

You is my supermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang