BAB II (Kembali Ke Jalan Yang Benar)
Sebelum berlanjut lebih jauh, apalagi tadi sudah salah alamat sekarang biar tidak merambat pada kesalahan yang lain-lain kita kenalan dulu, nggak mau?, biar aku paksa sampai mau. Jadi Esil adalah warga Indonesia, 16 tahun bukan asli Jakarta tapi sudah lama menetap disini saudaranya banyak ada lima, kan lebih dari dua. Mereka tinggal dalam provinsi yang berbeda-beda disebabkan karena pekerjaan mereka yang menuntut dan saudara Esil Alhamdulillah-nya nurut.
Walaupun jadi jarang kumpul tapi itu pilihan terbaik, lagi pula kumpul juga butuh biaya, tanpa ongkos kumpul jadi seperti acara perenungan, sedih-sedihan karena pada pengangguran ujung-ujungnya bareng-bareng cari loker dikoran atau internet kalau ada duitnya buat beli kuota dan juga kalau pada merantau dan pada sukses kalau kumpul bisa saling berbagi pengalaman biar gak buta-buta banget. Satu dari lima saudaranya itu ada yang tinggal di Brebes dan libur lebaran ini sambil liburan sekolah jadwal Esil main ke Brebes, sekarang sendirian, sekarang juga diterminal, bukan terminal tujuan alias dia nyasar. Hee
Despasito
Quiero respirar tu cuello
Despasito
Lagunya enak?, tapi diangkat dulu ini telpon penting dari Bude-nya soalnya Esil lagi nyasar, nanti bisa donwload di internet atau minta bluetooth sama temen kalau gak ada kuota, aduh jadi ngawur.
“Halloo Bude, ....halo, haloo Bude.” Tiga kali halo Esil panjatkan agar Bude-nya benar-benar mendengar.
Yap itu telpon dari Bude-nya Esil dan sepertinya sekarang sedang kuatir, hal itu terdengar dari suaranya yang--, sulit dijelaskan. Esil cerita panjang lebar hingga me-luas kemana-mana, sampai akhirnya Esil menyampaikan closing dan Bude-nya menyelamatkan hidupnya.
“Yaudah, jangan kemana-mana”
“Iya Bude, Esil tunggu yah, Assalamu’alaikum” Telponpun mati.
Satu menit, Esil diem aja.
Dua menit, Masih diem aja, tanpa aktivitas penting.
Lima menit dan akhirnya tigapuluh menit Bude dan motor Beat keluaran terbaru tiba membuat Esil tenang. Maaf gak usah tanya tiga menit sampai tiga puluh menit Esil ngapain karena pasti gak penting paling cuman bengong atau buka sosmed dengan gak fokus karena Esil gemeteran.
“Tleee..ttt”
Esil langsung menghampiri dengan suasana lega lahir batin, Esil langsung mencium tangan Bude-nya disambung cipika cipiki dengan luar biasa hebohnya sampai dikanan kiri jalan sorot mata penggunanya melototi mereka seolah berkata:
“Berisik tau gak!” Ampun dah serem.
Tapi Esil dan Bude-nya seolah menjawab
“Apa lo!”
Sadar telah kembali kejalan yang lurus Esilpun segera merasakan derita tubuhnya, seperti kelaparan, kehausan, kebelet pipis dan sekarang udah jadi sakit perut gegara ditahan kelamaan, muka kusem, bernoda, berminyak, dan badan bau asyem, tenang satu persatu akan segera diperbaiki dan dimulai dari:
“ Bude Esil keroncongan” Esil nyengir dengan penuh totalitas mengharap segera dikabulkan.
“Ayok Esil naik, Bude udah masak Ayam goreng kesukaan kamu sama tumis Kangkung sambal terasi, oiy mbak Dewi juga udah bikin Donat sama Risoles kesukaanmu.”
Bude semangat banget macam karyawan lestoran yang sedang bertugas melayani pembeli dengan pantauan bosnya dari kamera CCTV, juga lancar tanpa ‘Eeeee’ satu kalipun cumlaude lah pokoknya.
Esil merem melek kali ini bukan karena menu yang telah disebutkan barusan, itumah Esil bahagia dunia akhirat, melainkan karena kecepatan motor Budenya yang kencang banget sampai 80km/jam udah mirip pembalap sirkuit dilaga internasional saja. Hebat. Hebat karena Bude-nya berkendara dengan benar dan lengkap, jadi aman.
“Esil gak ingkar janji kan” Esil cengengesan menganggap dirinya gantle.
“Iyah, hebat”
“Esil mah gak kayak bang Ino”
Tunggu dulu, bang Ino itu abangnya Esil yang suka bohong dan cuman ke Esil, pengkhianat tulen inget cuman ke Esil. Jadi Esil dua bersaudara, bang Ino yang tua, Esil yang mudanya. Dan jujur sekarang Esil kangen bang Ino.
Belum sempat melanjutkan perbincangan tadi, ceritanya harus bersambung sampai disini karena memang sulit ngobrol sambil nyetir (bagi Bude maksudnya) apalagi dijalan pantura seperti ini dan sedikit sulit buat yang bonceng (bagi Esil kali ini) untuk mendengar jawaban atau pertanyaan sang Bude sebab kendala-kendala umum, contohnya, bising, angin, belum lagi debu yang mengharuskan mulutnya di peluk oleh telapak tangan dan suaranya harus tertelan dan sedikit sekali yang terdengar, Esil cuma jawab iya sambil garuk garuk kepala takut gak nyambung sama pertanyaan Bude-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You is my superman
RomanceEsil dan Agos emang gak pacaran tapi mantanan, hal itu terjadi akibat kesalahpahaman Esil, tapi agos yang layaknya superman gak akan nyerah buat dapetin wanita idamannya. segitu aja yah deskripsinya, dibaca kalau penasaran kalau enggak ya gak boleh...