Datar aja ganteng, Apalagi senyum. Coba kalau tertawa, menang banyak!
--------------------------------------------
"Ret, lo udah ada temuin si Risa?"
Risa itu teman dekat Retta. Otomatis Risa dekat juga sama Venta, jadi Risa teman dekat mereka berdua.
Venta melihat Retta, dia lagi manyun-manyun sambil memperlihatkan sepatunya yang baru, katanya dapat dari kakak kelas, tapi Venta tak peduli. Dan kalian tau? Venta sedari tadi rasanya seperti berbicara sendiri.
"Retta! Lo denger nggak sih?" Venta kesal dan Retta malah mengeluarkan handphone nya untuk mempotret sepatu barunya. Tapi bibirnya masih monyong-monyong bikin Venta kesal, perasaan yang difoto hanya sepatunya!
"Tau gini gue berangkat bareng Brian aja"
Batinnya.Membicarakan soal Brian, kemarin katanya dia lagi ada masalah. Iya, masalah dengan Vico. Venta sendiri tidak tau itu masalah apa, karena Brian enggan memberitahunya.
"Ret," Venta coba memanggil lagi.
"Iya?"
"Daritadi kek!"
"Apanya?"
"Ga jadi."
"Ga jelas."
Venta melongo. Retta memang ahlinya membuat Venta kesal.
🏆🏆🏆
"Gue harusnya sama Brian!" kecewa Zean, memasang wajah cemberutnya.
Brian dan kawan-kawannya sedang berkumpul bermain basket di lapang. Brian yang lagi-lagi menang, kini sedang menari boria dengan Zuto.
"Gue harusnya sama Zuto!" timpal Azka.
Brian melihat itu terkekeh, ia mengelap keringatnya, cuacanya masih seperti biasa dengan terik matahari yang menyengat kulit bahkan bisa sampai tulang panasnya.
"Brian!"
Panggil seseorang membuat Brian membalikkan tubuhnya. Disana berdiri seorang gadis yang sekelas dengannya, Risa.
Brian menghampiri Risa ditemani Azka, sedangkan yang lainnya pergi terlebih dahulu ke kantin mengikuti apa yang Brian katakan.
"Kenapa?" Tanya Brian.
"Ini!" Risa dengan tangan gemetar memberikan sebatang coklat dan ada hiasan pita merah di tengahnya. Brian hanya tersenyum paksa sambil mengambil coklat itu. Sebenarnya Brian sendiri pun sedikit risih Risa selalu mendekatinya. Karena apa? Zuto sudah setahun ini selalu membicarakan Risa, selalu Risa. Sampai-sampai telinga Brian panas.
"Gue simpen. Makasih." Jawab Brian sekenanya.
"Mana buat gue?" Azka yang daritadi hanya menjadi nyamuk, membuka suaranya agar suasana lebih tenang.
Sip, Azka menjadi terlihat lebih mengenaskan. Sudah jadi nyamuk, dicuekkin pula.
"Gue temuin temen-temen gue dulu di kantin" Brian meninggalkan Risa dan Azka yang masih terdiam. Azka melihat Risa yang berkaca-kaca tapi sambil tersenyum. Entah terharu, atau sedih.
🏆🏆🏆
"Dapet dari pabrik mana lagi lo Bri?" Kekeh Zuto saat melihat Brian membawa sebatang coklat.
"Maksud lo?" Brian mengangkat satu alisnya tak paham.
"Itu." Tunjuk Zuto dengan dagunya yang mengarah kearah coklat.
"Oh, ini dari Ris一"
"Risya!" Potong Azka dari belakang, Zuto hanya mengangguk-angguk.
"Risya makin nempel aja ya sama lo. Jadi, kapan kabar baiknya?" Canda Azka membuat teman-teman yang lain menggoda Brian.
"Bacot lo."
"Brian udah suka sama orang kali!" Seru Zean yang tadi sedang memakai sepatu membuka suara.
"Punya mulut bacot amat." Kesal Brian, makin membuat temannya tertawa.
Brian dongkol.
🏆🏆🏆
Venta yang kemarin enggak kebagian tempat duduk kantin kini duduk paling dekat dengan kedai jus bu Inah yang super enak. Itu menurutnya. Karena Venta pernah tanya ke Brian biasa aja katanya. Tapi memang selera Brian itu sedikit berbeda, soalnya pernah Venta kasih makanan kucing, terus dia bilang baunya enak. Sebenarnya Venta sediri sedikit takut waktu dia bilang itu. Kenapa? Takutnya Brian jelmaan manusia kucing. Ah ngaco!
"Itu Brian bukan sih?" Retta menunjuk ke arah pojok ruangan kantin, disana Brian bersama teman-temannya berkumpul sedang membicarakan hal seru mungkin, Venta enggak tau.
"Maybe." jawabnya sekenanya, soalnya Venta sedang asik minum jus bu Inah. Kalau minum jus bu Inah harus dihayati, biar lebih terasa segarnya.
Venta lihat ke sekeliling ruang kantin, cari sosok pangeran berkuda putih bersama selir-selirnya. Raut wajah kecewa, pangeran Vico tidak ada di kantin. Jika tidak ada di kantin berarti dia di perpustakaan, menghabiskan waktu dengan membaca novel zaman Mesir kuno, yang tebalnya bisa mencapai 600 halaman. Kalau Venta sendiri sih lihat bukunya saja sudah tau apa isinya. Pintar kan?
Venta melihat Retta yang masih sibuk melihat sepatu baru dari kakak-kakak-an nya itu. Venta memutar bola mata, malas melihat. Dia membayangkan saja sih, gimana kalau misalkan Retta tiap hari dapat sepatu dari kakak kelas yang enggak jelas itu. Mungkin matanya langsung rabun senja! Amit-amit.
"Retta.." panggil Venta lirih."Hm." jawab Retta sambil senyum-senyum lihat sepatunya. Venta menatapnya datar, percuma kayaknya berbicara dengan orang yang belum suntik rubela. Batinnya. Venta mendengus kesal, Retta masih setia memandang sepatunya sambil senyum lebar. Autis!
"Boleh gue duduk disini? Semua meja penuh" Venta lihat ke arah sumber suara. Terkejut! Sejak kapan pangeran berkuda putih ada di depannya?
"Okay Venta stay cool!" Batinnya menenangkan diri. Dia menarik nafas, lalu membuangnya.
"Boleh kok kak Vico, santai aja!" dan sejak kapan Venta memanggil Vico dengan embel-embel kakak?
"Duh bego!" Batinnya.
"Tak apa positif thinking saja, harus sopan kepada kakak kelas." Ucapnya menenangkan diri dalam hati.
"Vico aja." Jelasnya singkat, sambil meletakan sepiring nasi goreng.
"Iya, Vico."
"Hahaha lucu deh!"
Lucu? Astaga, pipi Venta memerah. Siapapun disana tolong, dirinya butuh oksigen!
🏆🏆🏆
A/N : makasih udah vote atau baca cerita amatir hehe ^__^
Salam Vico bersama selir-selirnya wkwk 😂
![](https://img.wattpad.com/cover/120668146-288-k90460.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope
Fiksi Remaja"Vic, gue suka sama lo." gadis itu mengungkapkan isi hatinya, ia tidak tau harus menunggu sampai kapan lagi. Pria itu tersenyum, sambil mengelus puncak kepala gadis itu, ia berkata "gue sayang sahabat lo." Kata Venta, Vico itu ganteng. Eh, ralat, bu...