2. Tak Tersentuh yang Dipatahkan

58 7 0
                                    


Kemarin, rasanya semesta sangat memperhatikanku. Menghadirkan dia yang seolah memberi tempat untuk berlindung, memberi cahaya dalam gelap dan memberi petunjuk jalan kala tersesat.

Aku masih ingat, setiap detik yang dilakukannya. Melarangku ini dan itu, memberi nasihat kala aku salah dan membela paling depan kala aku dihakimi.

Nyatanya, apa yang terjadi kemarin hanya mimpi? Seolah aku baru tersadar saat ini, apa yang dia lakukan hanya fiksi. Seperti; berbagi payung kala hujan, tapi tetap saja aku dibiarkan basah; dan menahanku untuk berteduh tapi tidak memberi tempat untuk berteduh.

Ini hanya hayalku, atau memang benar terjadi? Kamu tak ingin menebang sebuah pohon, tapi mematahkan ranting-rantingnya. Kamu tak ingin membuat bunga mati, tapi kamu memetiknya. Ingin aku pergi atau bertahan dengan seonggok rasa sakit?

Aku pernah berkata 'cukup', sepertinya itu masih kurang jelas untukmu. Kuperjelas, semua itu, kenangan itu sudah seperti; angin yang menerbangkan debu menghilangkan jejak-jejak; air yang meredamkan api; dan lahar yang membunuh makhluk hidup yang dilewatinya.

Sudah mengerti apa yang kumaksud? Terkadang, aku heran akan hatimu. Seolah; tak pernah membuang limbah ke laut; mematikan lampu kala dibutuhkan; dan menyiram air raksa pada tumbuhan.

Ah, aku tau. Pasti kamu akan berkata 'jangan mengandai tentang apapun, jangan samakan aku dengan perumpamaanmu itu'. Aku sudah menebaknya. Dan harus kamu tau; kamu telah mematahkan hati yang belum kamu sentuh.


~♡♡♡♡♡~

Assalamualaikum
Halooo, aku kembali lagi dengan isi hatiku hihi
Semoga suka sama tulisanku yaa: ))
Sampai jumpa di wattyku selanjutnya

~utamakan membaca Al-Qur'an ya, jangan lupa dengan kewajiban kita masing-masing^^~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Debu HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang