PROLOG

467 28 1
                                    

Meksiko,16 September 1997

Sepasang suami istri tengah duduk di bangku taman dekat tempat tinggal orang tua sang suami. Mereka adalah Evandaniel Anderson dan Tiya Anastasya. Evan seorang pengusaha di bidang properti dan Tiya seorang pengusaha di bidang mode. Mereka sedang berkunjung ke rumah orang tua Evan di Meksiko. Mereka sebenarnya tinggal di Indonesia, lebih tepatnya di Jakarta.

Mendatangi taman itu pada minggu sore sudah menjadi kebiasaan sejak lama. Mereka sangat senang melihat anak- anak bermain ditemani orang tua masing-masing. Mereka tidak mempunyai anak karena rahim Tiya tidak mampu untuk memiliki anak. Tapi Evan tidak pernah menyalahkan keadaan Tiya. Walau Tiya sudah sering menyuruh Evan mencari ibu pengganti, Evan tidak akan pernah tega anak mereka ada dirahim orang lain.

Evan semakin mempererat pelukannya pada pinggang Tiya sesekali mencium kepala istrinya itu dan tertawa tiap kali ada anak yang bertingkah lucu.

"Eres hermosa. ( kamu cantik.)" Evan tersenyum ke arah Tiya.

Tiba-tiba pandangan mereka tertutupi oleh seorang wanita paruh baya berpakaian compang camping yang sepertinya sedang menggendong bayi.

Tiya yang merasa ada yang aneh pada ibu itu langsung bertanya.

"¿Qué pasa? ¿Podemos ayudarte? (Ada apa ? Ada yang bisa kami bantu?)"

Bukannya menjawab pertanyaan Tiya, ibu itu malah memindahkan bayi itu kedalam gendongan Tiya.

" ¿Por qué? ( mengapa?)"

" Por favor, lleva a este bebé a un orfanato. Lo encontré en la basura cuando estaba buscando de nuevo, ( Tolong bawa bayi ini ke panti asuhan. Saya menemukannya di tempat sampah saat saya memulung,)" sahut Ibu itu dengan nada bergetar.

"Yo voy primero. Por favor, ayúdenme. (saya pergi dulu. Tolong saya.)" Ibu itu berjalan dengan cepat menghindari Evan dan Tiya.

"Hermoso como eres.(cantik seperti kamu.)" Evan memandangi bayi yang berada di gendongan Tiya.

Tiya mencium dahi bayi itu. "Mas, kita ambil bayi ini ya?"

"Ini adalah takdir yang sudah di tentukan Tuhan unuk kita," ucap Evan sebagai pertanda 'iya' bagi Tiya.

"Namanya siapa?" Tiya bertanya dengan senyum lebar yang tidak pernah hilang sejak melihat bayi itu.

Evan mencium pipi bayi itu dan berkata, "Namanya..."

👗👗👗

Haloo semuanyaaa. Ini adalah cerita pertamaku di wattpad. Semoga kalian suka😊

Don't forget to "vote and comment" kalau kalian suka sama cerita aku.

18 Mei 2018

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang