Six

40 4 1
                                    

"Suatu hal yang tak disukai belum tentu dibenci"

👗👗👗

Setelah melewati perjuangan panjang dalam menghadapi pelajaran di sekolah baru yang menurut Naya rasanya hampir mirip dengan perjuangan para pahlawan melawan para penjajah, akhirnya Naya bisa menginjakkan kaki di rumah.

"Home sweet home!" Seperti biasa Naya akan berteriak jika masuk kerumah untuk memberitahu para penghuni rumah bahwa ia sudah pulang.

Tepat pada saat itu Mamanya yang sedari tadi memang sedang menunggu kedatangan Naya langsung menghampiri disertai pertanyaan-pertanyaan mengenai sekolah baru untuk memenuhi rasa penasarannya.

"Gimana nih, sekolah baru?" tanya Tiya dengan nada gembira bercampur penasaran.

Mendengar pertanyaan Mamanya membuat Naya tersenyum bahagia. Walau dia terlihat sangat lelah akibat harus mengikuti proses pembelajaran dari pagi sampai sore begini.

Senyum bahagia Naya langsung tertular kepada Tiya. "Wah, mama udah tahu, nih, jawabannya. Mending sekarang kamu ganti baju sama makan dulu, gih! Entar cerita sama mama, Ok?"

"Ok, deh, ndoro ratu! Putrimu yang cantik ini ganti baju dulu," ucap Naya sambil berdadah-dadah ala putri Indonesia sambil berjalan menuju ke kamarnya.

👗👗👗

Pemandangan yang tidak biasa terlihat di depan Tiya. Di depan sana putri cantiknya duduk di meja belajar dan sedang mengerjakan sesuatu padahal kenyataannya Naya hanya menatap kosong buku yang ada di hadapannya dengan dahi yang berkerut.

"Lagi ngerjain apa?" Tiya menghampiri Naya.

"Lagi ngerjain PR matematika, Ma. Baru juga sehari masuk udah di kasih PR. Mana nggak ada satu soal pun yang aku bisa jawab lagi," jawab Naya dengan tangan yang mencoret-coret kertas dengan sembarangan seolah sedang mendeskripsikan bagaimana keadaan otaknya saat ini.

"Yah, kalau matematika sih, Mama angkat tangan. Nyerah. Kalo nggak ngerti, kamu bisalah minta tolong ajarin teman baru kamu itu. Kan kamu bilang dia selalu dapat rangking 1 di kelas." Orang yang Tiya maksud adalah Izar tentunya. Setelah makan tadi Naya bercerita tentang teman baru yang sebenarnya sudah dikenal Naya sejak kecil. Namun Naya tak memberitahu Tiya tentang hal itu.

"Bener juga, tuh, Ma. Mending minta tolong ajarin sama dia aja besok. Kalau gitu sekarang mending maskeran yuk, Ma."

"Sayangnya Mama udah maskeran kemarin, Kamu maskeran sendiri aja, ya? Mama mau buatin Papa kopi dulu. Banyak kerjaan jadi mau begadang lagi Si Papa."

"Hmm, yaudah kalo gitu. Good night Mamaku sayang. Bilangin Papa jangan paksain buat kerja kalo udah cepek. Beberapa hari ini aku liat Papa begadang terus. Udah kayak kalelawar, aja." Naya mengucapkannya dengan nada bercanda yang dibalas Tiya dengan kekehan.

"Oke, deh, sleep tight, sayang. Habis maskeran langsung tidur biar nggak telat buat sekolah besok," ucap Tiya lalu mencium kepala Naya sebelum beranjak pergi.

Sesuai niat awalnya, sekarang Naya sedang memasang masker di wajahnya. Dia memang sangat memperhatikan kesehatan wajahnya seperti kebanyakan remaja perempuan apalagi tadi dia panas-panasan saat upacara di sekolah.

Tiba-tiba Naya teringat tentang laki-laki yang dia panggil Aby. Naya masih tidak menyangka akan bertemu Aby a.k.a Izar di sekolah barunya setelah sekian lama tak dia lihat batang hidungnya. Bahkan Naya sudah lupa bagaimana rupa Izar sewaktu kecil dulu saking lamanya pertemuan pertama mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang