"Jadi sekarang kau seorang panglima perang? Wah, kau bisa sombong sedikit kalau seperti itu."Joanna melihat-lihat kukunya yang tampak sudah sedikit panjang, Julio duduk di depannya sambil meminum teh. Acara pengangkatan sudah selesai beberapa saat yang lalu. Joanna langsung menemui Julio ketika melihat pria itu tengah duduk beristirahat.
"Terima kasih atas pujiannya, Tuan Putri."
"Jadi ini yang dijanjikan ayahku padamu jika kau lulus ujian? Padahal baru dua minggu kau di sana. Kau diam-diam mengincar jabatan dalam istana rupanya." Joanna bertopang kaki dan memandang Julio dengan angkuh.
"Terlepas dari kata-kata Anda, saya sangat tersanjung."
"Kau tampak senang. Bagaimana jika kita berdansa untuk merayakannya?"
"Jika saya menerima tawaran Anda, apakah Anda tidak apa-apa?"
"Maksudnya?" tanya Joanna tidak mengerti.
"Anda yakin akan bisa menjaga irama jantung Anda jika kita terlalu dekat?" Julio mengambil gelas teh lalu meminum perlahan. Membiarkan Joanna menatapnya beberapa saat. "Karena dari yang saya rasakan kemarin, jantung Anda berdetak di luar batas normal."
Joanna masih diam, tetapi jelas wajahnya menampakkan perubahan warna yang cukup signifikan. Sialan! Sejak kapan pria ini berhasil membuatnya mati kutu untuk menjawab. Lalu parahnya lagi, apa yang dikatakan Julio memang benar. Dia sendiri sadar jantungnya seperti tidak ingin diam kemarin. Dibanding diam terlalu lama, Joanna berusaha untuk menjawab kata-kata Julio dan membalikkan keadaan atas tuduhan pria itu. Joanna tersenyum sebagai balasan.
"Itu wajar saja, bukan? Kau pria dan aku wanita. Berdekatan pasti menimbulkan spektrum yang bisa membuat jantung bereaksi. Kurasa kau juga mengalaminya kemarin."
"Hanya Anda sendirian. Saya memastikan tidak mengalami reaksi itu," jawab Julio dengan tenang. Joanna masih berusaha agar tidak terpancing.
"Ah, sekarang aku baru sadar kau memang tidak normal." Joanna berdiri dari tempat duduknya dan siap untuk pergi, tetapi baru satu langkah dia pergi, Joanna melihat kucing hitam masuk ke tempatnya dengan Julio tadi bicara. "Ya ampun, kau lucu sekali!"
Julio melihat Joanna yang mendekati kucing hitam itu. Kucing itu tampak bergelanyut manja pada Joanna. Digendongnya kucing itu kemudian dibelainya kepala si kucing. Julio masih tampak santai sambil meminum teh yang masih berada di tangannya. Mata hijau kucing hitam itu melihat Julio dengan tajam sambil sesekali mengeong pelan.
"Anda suka kucing, Tuan Putri?"
"Lebih dari suka."
"Berarti Anda juga tidak normal."
Joanna memutar bola matanya kesal mendengar ucapan Julio. Pria itu berhasil membalasnya lagi. Joanna kemudian berbalik arah menuju kursi yang tadi didudukinya sambil kucing hitam itu berpangku di pahanya. Dia seakan punya kekuatan untuk membalas kata-kata Julio yang menusuk hatinya. Jika dia bisa meminta pada kucing hitam yang sekarang berada di pangkuannya, dia ingin meminjam cakar sang kucing agar bisa membuat wajah Julio penuh dengan cakaran.
"Nah, kita sama-sama tidak normal. Artinya kita cocok! Jadi kenapa kita tidak bersatu saja?" semangatnya untuk menggoda Julio seakan memuncak lagi. Dilihatnya Julio meletakkan gelas di atas meja dan pria itu tersenyum tipis.
"Sebelumnya saya ingin meminta maaf pada Anda, Tuan Putri," Julio masih tersenyum tipis. "Ini akan mengecewakan Anda, karena saya menolak permintaan itu. Mungkin Anda hanya bermain-main, tapi saya tegaskan pada Anda, saya menolak semua yang Anda inginkan dari saya, kecuali untuk melindungi Anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNKELHEIT [COMPLETED]
FantasiaPernah bergabung dalam program Paid Stories Wattpad dari 27 Mei 2020 sampai dengan 8 Juni 2021. Julio Harding adalah seorang petarung misterius yang kemudian diangkat menjadi panglima kerajaan Mazahs untuk melindungi kerajaan dari para penyihir, sek...