❝Aku yakin kalian pasti pernah mendengar kisah tentang dongeng Cinderella, bukan? Tentang seorang gadis malang yang kehilangan orang tuanya dan hidup bersama saudara tiri dan ibu tiri yang sangat kejam. Hidupnya kemudian berubah setelah bertemu seorang pemuda tampan yang ternyata adalah seorang pangeran.
Aku tidak pernah berharap kejadian tersebut terjadi padaku. Tetapi untuk kali ini saja, aku ingin sebuah keajaiban terjadi dan mengubah hidupku.❞ –Somi.
©wendy_ssi®
Berharap cemas sembari menanti para staff yang sedang sibuk mempersiapkan layar besar di aula depan. Keadaan ricuh karena tempat yang sedikit sempit dan terlalu banyak orang yang datang berkumpul di sana.
Hari ini adalah hari H pengundian Nomor peserta yang akan menjadi pasangan dari seorang Jeon Jungkook. Somi menarik napas panjang, dadanya menjadi sesak karena terlalu banyak orang di dalam ruangan. Tubuhnya terasa lengket karena keringat membasahi kemeja yang dipakai. Doyeon yang pergi bersama Somi pun mengalami hal yang sama. Bahkan bibir cantiknya berulang kali mengumpat karena kakinya terinjak-injak.
“Sabar-sabar Doyeon cantik jodohnya Seokjin harus sabar.” Doyeon mengelus dadanya berulangkali dengan rapalan andalannya.
Padahal biasnya Seokjin, tapi dia ikut undian untuk tinggal bersama Jungkook. Untung Somi lebih sabar menghadapi Doyeon. Alasan Doyeon ikut undian sih seperti ini, “Asalkan gue bisa deket sama Seokjin Oppa, gue rela di gerepe Jungkook.”
Dasar otak mesum.
“Woy anjer nyelow dong!” Doyeon sewot karena seseorang menabrak dia hingga terdorong tanpa meminta maaf. Lubang hidungnya kembang kempis karena emosi.
Somi mengulum bibir, menahan tawa karenanya. Lumayan lah untuk hiburan saat ini. Tapi benar saja, suasana semakin ricuh karena siaran live yang tak kunjung mulai. Dan kemungkinan besar pasti ada yang terjadi di Korea karena acara yang tak kunjung mulai dan para staff sibuk mengulur waktu.
Marc sangat sibuk sekarang, berulangkali menghubungi manajer Jungkook untuk memastikan keberadaan bocah itu yang tak kunjung datang di waktu yang sudah ditetapkan. Staff yang berada di Indonesia pun terus menerus menanyakan perihal tersebut dan mengatakan bahwa keadaan di sana sedang memburuk.
Eden memperhatikan dari balik meja, memainkan koleksi miniatur milik Marc. Sesekali tersenyum geli karena melihat pelayan setianya itu sedang kewalahan karena ulah seorang manusia.
“Tenanglah, Jungkook sedang membutuhkan waktu sendiri. Katakan bahwa acara akan diundur karena Jungkook sedang memiliki jadwal mendadak dan akan kembali dalam waktu 20 menit.” Eden menegakkan tubuhnya yang terasa sedikit pegal. Jadwal grup yang sibuk membuatnya benar-benar sulit untuk beristirahat.
Marc berdecak, memilih untuk menuruti ucapan Eden dan segera menghubungi Staff yang berada di Indonesia. “Aku yakin kau pasti tahu keberadaan Jungkook,” ucap Marc, setelah memutus sambungan telepon.
Sedangkan Eden hanya tersenyum misterius.
“Ya! Bukannya kau memiliki jadwal grup? Cepat turun sebelum ada seseorang yang curiga!”
“Dasar cerewet. Aku pergi.” Eden bangkit, membuka pintu lalu segera keluar. Tapi tak beberapa lama kepalanya kembali muncul dari celah pintu. “Jangan terlalu khawatirkan Jungkook. Dia tahu apa yang harus dilakukannya.”
--
“Kook, sudah waktunya untuk pergi. Jangan terlalu meratapi kejadian duu. Itu bukan salahmu. Sekarang lebih baik kita pergi aku yakin kau sedang dicari-cari saat ini.” Namjoon mengusap lembut punggung Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
FanfictionMendapat kesempatan untuk tinggal bersama Jeon Jungkook?! Apa yang bakalan kalian lakukan jika itu benar terjadi? 2017©wendy_ssi