04

1.2K 182 5
                                    

"Aku tidak tahu jelas kenapa produser memutuskan untuk tidak membuat naskah. Tapi yang terpenting sekarang, ikuti alur dan bersikap alami. Jangan berlebihan dan memancing pandangan negatif orang banyak." Yoora mewanti-wanti Somi yang sedang merapikan make-up. Saat ini mereka tengah bersiap-siap sebelum menuju Cafe tempat dimana Somi dan Jungkook bertemu.

Somi mengangguk patuh. Sedari tadi dia sudah memikirkan hal ini, dia juga sudah berencana untuk menjaga sikap karena semua tingkah lakunya akan tertangkap kamera. Dan bisa saja hal buruk pun akan terungkit.

Satu hal lagi, Somi mungkin akan berusaha untuk menjaga Jungkook. Dia benar-benar mengerti bahwa hal pribadi seorang idol tidak boleh terumbar. Reputasi seseorang bergantung pada hal ini.

Gadis itu menghela napas panjang. Memejamkan mata kala seorang staf tata rias memintanya, agar dapat membubuhi eyeshadow dengan mudah.

Waktu terasa bergulir begitu cepat. Waktu 2 jam yang dihabiskan untuk berbenah benar-benar tidak terasa. Somi sudah menaiki mobil untuk segera menuju lokasi. Hanya bersama beberapa kameramen yang akan merekamnya dari jauh.

Dia menggenggam kertas di tangannya dengan erat. Kertas berisi alamat Cafe yang akan didatangi Jungkook. Dan dia diminta mencari Cafe itu sendiri, tanpa ada campur tangan kameramen atau siapapun.

Somi menghembuskan napas panjang, berusaha menenangkan jantungnya yang mulai berdegup tak karuan. Begitu gugup dan kebingungan untuk yang pertama kalinya saat menghadapi situasi seperti ini.

Ini hal yang sama sekali tidak pernah ditangani olehnya.

Semoga semua akan baik-baik saja.

--

Somi melangkah ragu membelah keramaian. Dengan hanya berbekal secarik kertas, dia berkeliling sekitaran Hongdae. Berhenti sebentar di depan penjual bunga. Matanya memperhatikan salah satu yang dipajang di sana dengan lekat. Seorang pria muda keluar dari sana, meneliti wajah Somi dengan cermat sebelum menepuk tangannya.

"Somi?"

Somi mengangguk bingung.

Pria itu menyodorkan sebuket bunga pada Somi, bunga cantik berwarna kuning yang begitu mempesona. "Berikan ini pada Jungkookie. Ini hari pertama mu kan? Kau harus membawakannya hadiah."

Somi mengangguk untuk yang kedua kalinya. "Terimakasih."

"Apa kau mencari Cafe Star? Tempat itu ada di seberang jalan. Kau hanya tinggal menyeberang dan sedikit berbelok ke arah kiri. Kau akan menemukannya."

"Terimakasihㅡ" Somi melirik name tag yang terpasang di kemeja putih pria itu. "Cha Eunwoo-ssi."

Somi membungkukkan tubuhnya. Melambaikan tangan pada Eunwoo seraya melangkahkan kaki. Begitu menyenangkan rasanya bagi Somi saat ada seseorang yang baik hati seperti itu.

Terlebih saat ini, sangat sulit sekali menemukan orang yang baik.

Somi menyeberang jalan. Menuju tempat yang telah ditunjukkan Cha Eunwoo tadi dan benar saja, dia menemukan Cafe itu di sana.

Dari luar Somi dapat melihat Jungkook yang sedang duduk. Di samping jendela. Entah apa yang dilakukan pria itu karena dirinya terlihat sangat gelisah. Somi bahkan dapat melihat kalau tangan Jungkook bergerak dan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.

Dia menarik napas dalam, memantapkan dirinya lalu melangkah ke sana. Membuka pintu kaca dengan perlahan. Bunyi lonceng membuat Jungkook terkesiap. Segera menoleh ke arah pintu untuk memastikan. Menemukan Somi yang sedang mematung sambil memperhatikannya.

Kedua mata gadis itu berkaca-kaca dengan mulut yang sedikit terbuka. Tak bisa mempercayai pemandangan di depan mata, di mana Jungkook sedang duduk tak jauh darinya sambil menatapnya. Perlu ditekankan sekali lagi, Jungkook menatapnya!

Hal ini perlu dicatat dalam buku kenangan Somi.

Masih sambil menutup mulut dengan tangan kanan, Somi perlahan berjalan mendekati Jungkook. Duduk di hadapannya bersama rasa canggung yang mulai muncul.

"Hㅡhai." Jungkook menyapa lembut, mengulurkan tangannya pada Somi yang langsung ditanggapi dengan sangat antusias. "Aku Jungkook. Jeon Jungkook."

"Somi."

Dan keadaan kembali hening. Somi lebih memilih mengalihkan pandangan. Menyambar minuman yang telah dipesankan oleh Jungkook lalu meminumnya perlahan. Sedikit melirik ke arah Jungkook yang ternyata sedari tadi terus memperhatikan.

Tak menyangka dapat bertatap mata, Somi kembali memalingkan pandangan.

"Aku hanya memesan cappucino latte, tidak apa-apa kan?" tanya Jungkook, mengerjapkan matanya cepat karena gugup sembari menggaruk tengkuk menggunakan tangan kiri.

Somi melotot kaget, segera menyanggah cepat karena takut Jungkook memikirkan hal yang tidak baik tentang dirinya. "Tidak! Tidak apa-apa, aku suka cappucino latte." Segera meminumnya cepat.

Jungkook terkekeh, menatap minuman yang telah dingin di hadapannya kemudian kembali menatap Somi. "Hari ini kita mulai tinggal bersama, mohon kerja samanya," ucapnya sambil tersenyum manis, yang jujur saja membuat Somi meleleh. Membalas senyumannya tanpa sadar sambil mengangguk patuh.

"Ya, tolong bantuannya Jungkook," jawab Somi sembari tersenyum, memberikan senyuman semanis dan setulus mungkin pada Jungkook.

Jungkook tertegun, segera mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

"Setelah ini kita diminta pulang ke rumah yang sudah disiapkan. Kameramen tidak akan ada yang ikut dan membiarkan waktu untuk berdua." Jungkook menjelaskan.

"Eh, benarkah? Lalu bagaimana cara kita ke sana?"

Jungkook menunjuk mobil Peugeot RCZ yang terparkir di halaman Cafe. "Kita naik itu untuk pulang ke rumah."

Kita-pulang-ke-rumah.

Tolong tekankan kata-kata itu agar kalian dapat mengetahui perasaan Somi sekarang.

Wajahnya memerah, jantungnya berdebar tak karuan, dan posisi Jungkook yang duduk dihadapannya sambil terus menatapnya itu makin memperburuk keadaan Somi.

'Tuhan, jangan biarkan aku mati karena serangan jantung sekarang.'

"Bagaimana kalau kita pulang sekarang? Kita harus mengecek barang-barang di rumah agar tidak kesulitan nantinya." Jungkook mengulurkan tangan pada Somi. Memiringkan wajahnya seraya tersenyum manis. "Ayo pulang."

Hari itu, jam itu, menit itu, dan detik itu. Somi dapat merasakan lembutnya tangan Jungkook yang menggenggam tangannya. Merasakan bagaimana menjadi satu-satunya yang menjadi tujuan perhatian Jungkook saat ini. Merasakan bagaimana seorang Jeon Jungkook membukakan pintu untuknya. Dan Somi sangat bersyukur untuk itu.[]

Epilogue

Kim Taehyung, Kim Seokjin dan Kim Namjoon sedang berada di dalam mobil bersama Jungkook. Mengantarkan adik kesayangan mereka itu menuju Cafe.

"Ingat, kau harus meminum obatmu sebelum Somi datang. Jangan sampai kau kesulitan." Seokjin membuka suara.

"Lalu pastikan kau pergi sebentar dari hadapannya saat kau merasakan gejala yang datang." Namjoon mewanti-wanti. Sedikit tidak rela membiarkan Jungkook tinggal bersama seorang gadisㅡhal yang harusnya dihindari Jungkook.

"Iya-iya hyung aku yang menjalani pasti lebih tahu kok."

Seokjin dan Namjoon dapat bernapas lega.

"Saat bertemu dengannya pastikan kau memegang tangannya. Pastikan kau mengatur alurnya. Aku yakin dia hanya akan terbengong saja melihatmu." Taehyung memberi saran.

"Begitukah?"

"Iya."

Tapi, sebenarnya Jungkook sudah melupakan apa yang dikatakan Taehyung saat Somi sudah berada di hadapannya. Mengulurkan tangan karena nalurinya berkata begitu, dan dia mengikutinya.

Entahlah, tapi Jungkook dapat merasakan sesuatu yang berbeda dari Somi. Sebuah perasaan aneh.

Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang