Sketsa Awal

1.4K 109 23
                                    


"LO BERANI NGELAWAN KITA?!"

Teriakan menggelegar senior cowok berambut gondrong itu membuat suasana di basement Gedung 17 Institut Teknologi Nasional Bandung (ITENABA) seketika hening. Senior lain, seorang cewek berpotongan wajah antagonis dengan tag name 'Gita' pun berlari mendekat.

"Kenapa, Do?"

Edo menunjuk ke arah mahasiswa baru yang ada didepannya.

"Anak ini belagu, Git! Tadi kan dia sama cewek ini ketiduran pas ketua panitia ngasih pengarahan ospek. Pas gue hukum, dia malah nolak!"

Gita mengamati junior yang ada didepannya itu. Seketika dia terkesiap. Mahasiswa baru dengan papan nama bertuliskan AJI itu memang kepalanya dicukur plontos layaknya MABA lainnya. Tapi soal wajah, bisa dibilang punya tampang di atas rata-rata. Ganteng.

Oke, frasa 'ganteng' mungkin kurang tepat karena menurutnya cowok ini lebih cocok disebut cowok cantik. Tentu saja bukan cantik dalam artian parasnya mirip cewek atau karena Aji berdandan seperti idol cowok Korea, tapi karena... Apa ya? Mungkin karena secara keseluruhan cowok ini punya struktur muka yang lebih lembut dibanding cowok pada umumnya? Maksud Gita, struktur rahangnya nggak tegas layaknya rahang cowok. Hidungnya pun mancung, dengan bibir kemerahan dan kulit yang cerah. Dengan kata lain, cowok di depannya ini jelas memiliki wajah yang menarik. Sayang sorot matanya dingin dan kaku, membuat wajah yang lembut itu terlihat begitu kontradiktif.

"Git?" Teguran Edo membuyarkan lamunan Gita.

"Eh, lo tadi ngehukum dia apaan?" Gita tergagap.

"Gue suruh dia akting ngerayu cewek ini, yang juga ketiduran tadi. Siapa nama lo? Dea?" Edo mengalihkan pandangannya pada Dea, dan mahasiswi baru itu buru-buru mengangguk. Dia gugup.

"Lo kenapa nggak mau nurutin kata-kata senior lo? Lo sadar kalau sekarang lagi di ospek kan? Lo tahu kalau perintah Madam dan Meneer itu mutlak, kan?" Gita mencoba menunjukkan kuasanya pada Aji. Tapi cowok itu bergeming, dan itu membuat harga dirinya sebagai senior tertantang. Dia naik pitam. Sebodo amat dengan fakta kalau cowok ini ganteng! Saat ini dialah yang berkuasa!

"Sekarang lo pilih: lo akting ngerayu cewek ini kayak perintah Meneer Edo, atau lo lompat kodok 100 kali keliling lapangan? Atau lo boleh deh usaha dengan ngerayu Madam Gita. Siapa tahu gue berbaik hati bantu ngebatalin hukuman lo," strateginya berubah. Siapa tahu kali ini cowok itu akan tunduk oleh perintahnya.

Diluar dugaan, Aji malah ngeloyor ke tengah lapangan. Tanpa berusaha untuk menawar dan tanpa mempedulikan cuaca Bandung yang lagi terik-teriknya, cowok itu langsung saja lompat kodok mengelilingi lapangan. Kelakuan Aji itu sukses membuat teman-teman seangkatannya terbelalak, sementara wajah Gita dan Edo semakin keruh. Begitu juga dengan wajah beberapa senior lain yang dari tadi mengawasi kelompok kecil asuhan Edo.

Mahasiswa baru sialan!

"Heh, lo! Dea, ya? Coba lihat baik-baik. Cowok itu lebih suka disuruh lompat kodok keliling lapangan dibanding ngerayu lo! Artinya lo nggak menarik buat dia, ngerti? Secara nggak langsung, lo udah ditolak sama dia! LO DITOLAK SAMA DIA!"

Gita tahu nggak ada faedahnya dia melakukan ini. Tapi dia hanya ingin melampiaskan kekesalannya, itu saja. Ternyata kata-katanya barusan sukses memancing suara koor dari para senior lain yang dari tadi memperhatikan mereka.

"DI-TO-LAK! DI-TO-LAK! DI-TO-LAK! HUUU!!!"

Makin kencang bunyi koor itu, makin merahlah telinga Dea. Tadi Dea sudah nyaris menangis saat Edo meminta Aji berakting merayunya. Saat Aji menolak, sesaat dia sempat lega karena nggak harus dipermalukan di depan umum. Sialnya, kini dia justru merasa lebih malu lagi karena diteriaki oleh para senior lain, seolah-olah dirinya yang menyatakan cinta dan ditolak oleh Aji. Wajahnya makin memerah saat Gita dan Edo kembali ke barisan senior; membiarkan Dea berdiri mematung dan mati gaya di tengah basement sementara teman-teman seangkatannya masih duduk manis seperti semula.

AJI SIALANNN!

Semua ini gara-gara dia! ***

****************************************************************
****************************************************************
****************************************************************

Halooo, terima kasih sudah bersedia mampir untuk baca cerita ini.. ^^ 'Kamu, Matahariku' merupakan retelling dari kisah klasik Daddy Long Legs, yang dituturkan dengan setting masa kini dan telah mengalami permak plot sesuai ketidakwarasan penulisnya (baca: saya). Semoga kalian suka!^^ Doakan juga semoga pengarang Daddy Long Legs yang asli nggak patah hati baca kisah ini yaks, haha.. T_T *trus tiba-tiba minder sendiri*

Ngomong-ngomong, tulisan ini sebetulnya hasil ngobrol-ngobrol iseng dengan dylunaly beberapa beberapa waktu lalu. Yeah, ternyata kami sama-sama punya ide cerita yang diangkat dari kisah DLL. Kami sekaligus ingin membuktikan kalau ide yang sama bisa diangkat dengan cara yang berbeda. Yuk, main juga ke akun Dy Lunaly untuk versi lain dari retelling DLL yaks!

Oya, rencananya kisah ini akan di update setiap hari Senin. Doakan semoga saya bisa konsisten! (PR banget ini!) Feel free to leave a comment, share, rate, atau boleh colek-colek kalau mungkin ada saran dan kritik lainnya. Feel free juga untuk terhubung di Instagram/Twitter/Facebook saya: @VieAsano 

Sampai minggu depan!

Kamu, Matahariku [COMPLETE, SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang