Kenyataan bodoh yang paling menyakitkan adalah saat aku tergila-gila hingga begitu jatuh cinta pada seseorang yang entah bagaimana ceritanya kita tidak bisa bersama lagi
-Anonim-"Lexa!!!" teriak Willy.
"Apa sih, Ko!" Perempuan mungil yang ada di depannya itu menghentakkan kaki dengan kesal.
"Kenapa harus pake baju kayak gitu sih!"
Lexa menundukkan kepalanya dan memandang seluruh tubuhnya. Tidak ada yang salah dengan pakaiannya, bikini two piece berwarna pink itu melekat sempurna di tubuhnya.
"Aku nggak cantik, ya?" tanya Lexa. Seharusnya sebagai pria normal, Willy memuji tubuhnya yang walau mungil tapi seksi ini. Selama ini rasanya Willy selalu senang-senang saja melihat tubuhnya.
"Cantik, tapi..." Willy memijat keningnya, pusing menghadapi istrinya yang kelewat lincah dan semaunya saja ini.
"Tapi aku nggak mau kamu dilihatin orang."
"Emang aku badut?"
Willy berdecak lalu menyampirkan handuk untuk membungkus tubuh Lexa, satu lengannya tersampir ke bahu Lexa lalu menggiring gadis itu untuk kembali ke kamar. Lebih baik dia mengurungkan niatnya untuk berenang. Dia tidak akan tahan kalau ada pria lain yang berani curi pandang pada Lexa.
"Posesif!" rutuk Lexa.
Willy diam saja tidak menghiraukan ucapan istrinya itu. Niatnya saat ini adalah menjauhkan Lexa dari pandangan predator-predator buas yang siap menelanjangi dengan tatapannya. Willy tidak mau, istrinya jadi fantasi seksual laki-laki lain. Apalagi tubuh Lexa memang indah, dia mengakui itu, tentu saja.
"Jadi kita nggak jadi berenang?" tanya Lexa kesal saat mereka sudah tiba di dalam kamar.
"Nggak jadi."
"Yah, Koko nggak asik!"
"Siapa suruh, kamu pakai baju begitu."
Lexa melepaskan handuk yang menutupi tubuhnya lalu langsung meloncat dalam pelukan Willy, untungnya Willy sigap menangkap tubuh mungil istrinya itu. "Hati-hati, kalau kamu jatuh gimana!" rutuk Willy kesal.
Lexa memamerkan senyuman manisnya, lalu mengecup pipi Willy. "Udah cinta sama aku, ya?" tanyanya dengan nada jenaka yang membuat Willy mau tidak mau tertawa.
*****
"Udah cinta sama aku ya?"
Pertanyaan serupa bisikan itu masuk ke dalam telinga Willy, efeknya sampai ke hati dan memaksa Willy yang baru beberapa jam lalu terlelap untuk membuka matanya. Nafasnya terengah, butiran keringat dingin membasahi keningnya. Potongan kenangan manis yang terajut antara dirinya dan Lexa kembali hadir dalam mimpi.
Ada rasa bahagia saat dia dapat melihat wajah Lexa lagi dengan begitu nyata, tapi juga ada kesedihan mendalam saat tahu kalau yang dialaminya hanyalah sebuah mimpi belaka. Willy mengambil gelas di meja kecil di samping ranjangnya dan meneggak air itu hingga habis. Dia melirik ke kasur sebelah kanannya, tempat yang dulu diisi oleh Lexa.
Willy berdiri dari ranjangnya lalu berjalan ke connecting door yang menghubungkan kamarnya dengan kamar Oliv. Sejak memasuki usia tiga tahun, Willy membiasakan Oliv untuk tidur di kamarnya sendiri walau di beberapa kesempatan Oliv memilih tidur bersamanya. Willy duduk di pinggir ranjang, mengamati anaknya yang tidur dengan mulut sedikit terbuka, jari-jarinya mengusap kening Oliv dengan penuh sayang.
Willy membaringkan tubuhnya di samping Oliv, membawa tubuh anaknya itu ke dalam pelukan, mendaratkan kecupan lembut di puncak kepala Oliv.
"Papa?" gumam Oliv sambil membuka matanya sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Hati (SEGERA TERBIT)
RomanceOrang bilang, hubungan paling rumit dalam cinta adalah saat kedua pasangan memiliki keyakinan yang berbeda. Nyatanya ada yang lebih rumit dari itu, ketika cinta terpisah dimensi dan tidak akan mungkin bersama lagi.