3

33 10 3
                                    

Nyesek itu ketika nunggu orang menyatakan namun menyakitkan.

***

Alisha kembali,namun yang terlihat hanyalah Dani yang sedang sibuk dengan handphonenya.

"Loh Dan, kok cuma ada lo doang. Yang lainnya mana." Terlihat mimik Alisha yang sedang kebingungan mencari Evan dan Dea.

"Tau tuh, tadi katanya mereka mau pesen makanan. Tapi ampe sekarang belum dateng-dateng."

Wajah Alisha berpaling ke sudut kantin yang sedang memperlihatkan adegan antara Evan dan Dea yang berpegangan tangan dengan sorot mata yang memperlihatkan jelas bahwa ada kata cinta diantara mereka.

Alisha buru-buru memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia tidak ingin matanya meneteskan air mata kembali, apalagi ini ditempat umum. Menurut Alisha, menangis ditempat umum adalah hal yang paling menjijikan yang pernah dia lakukan.

Mungkin terakhir kali Alisha menangis ditempat umum itu, waktu dia masih sekolah di taman kanak-kanak. Ketika itu dia menangis karena lolipopnya diambil oleh anak laki-laki yang sedang menjahilinya. Melihat Alisha menangis,membuat dia jadi bahan olokkan oleh teman-temannya.

Aura melihat tatapan Alisha yang berubah menjadi tatapan sendu. Ini bukan Alisha yang dia kenal, Alisha yang Aura kenal itu cewek yang kuat bukan cewek cengeng kaya gini.

Ternyata benar ya, cinta memang dapat mengubah segalanya. Mengubah cara berfikir,sikap dan prilaku seseorang. Sungguh hal bodoh cinta itu.

Aura tau bahwa Evan adalah cinta pertama Alisha. Alisha selalu berekspetasi tentang indahnya cinta pertama, namun sekarang realitanya sunguh bertolak belakang denga apa yang Alisha inginkan. Evan adalah orang pertama yang telah menyakiti hati dan perasaan Alisha.

Awalnya Aura senang bahwa akhirnya Alisha dapat bersatu dengan cinta pertamanya. Aura mengira dengan ini Alisha dapat selalu tersenyum dan bahagia. Bukan membuatnya jadi cewek lemah seperti ini. Ah, sungguh bodoh Evan inih, dia telah menyakiti perasaan seseorang yang begitu tulus mencintainya.

Aura mulai risih dengan pemandangan seperti ini. Dia memberanikan diri beranjak menghampiri Dea dan Evan.

"Sini gue ajah yang bawain, kelamaan tau ga. Lo sih kebanyakan drama." Tangan Aura mengambil baki dengan paksa, yang kala itu sedang dibawa oleh Dea.

Satu kalimat yang membuat dada Dea terasa sesak. Dea tak menyangka bahwa sahabatnya sendiri telah melukai perasaanya. Namun, Dea hanya bisa terdiam. Ini salahnya. Dia tidak bisa melawan ataupun membalasnya.

Lagi-lagi Evan mengajak Dea untuk bergandengan tangan. Namun kali ini Dea lebih memilih menghindarinya dan melaju mendahului Evan.

***

Aura tidak pernah menyangka bahwa Dea si pendiam bisa melakukan hal sebodoh ini. Padahal Dea sudah mengetahui bahwa Alisha telah lama menyukai Evan.

Ditengah perjalanannya,ide jail pun muncul dibenak Aura. Dia memisahkan bakso untuk Dea namun sebelumnya, Aura telah menambahkan tiga sendok makan sambal kedalam mangkok bakso milik Dea.

"Pesenan sudah datang nih..."

"Wih... pelayannya cantik buanget...." Goda Dani kepada Aura.

Godaan Dani telah berhasil membuat pipi Aura memerah. Dengan secepat kilat Aura memalingkan wajahnya kesudut lain,agar Dani tak melihat ketika Aura blushing dibuatnya.

Alisha merasa iri dengan kedekatan Aura dan Dani. Perasaan baru satu jam yang lalu Evan memberikan sayap padaku, tapi kenapa kau sudah mematahkan kembali sayapku. Aku baru merasa terbang sebentar dan kau malah menjatuhkanku kembali. Apa maksud dibalik semua ini Van? Alisha bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"Sha, kamu kenapa ko bengong terus?" Pertama kalinya Evan menyuarakan suara dihadapan para sahabatnya.

"Engga ko, aku gapapa."

Aura kembali menyuarakan isi pikirannya Alisha.
"Bohong tuh, dibalik gapapanya cewek pasti ada apa-apanya. Lo jadi cowok gak pekaan amat."

Evan mencoba mengelus tangan Alisha, untuk memastikan bahwa Alisha baik-baik saja. Sembari mengeluarkan senyum yang memang tulus ia berikan untuk Alisha.

Alisha terkejut bukan main dibuatnya. Ini adalah kali pertama tangan Alisha dipegang oleh cowok. Jantung Alisha tak terkontrol kembali,berpacu lebih cepat. Alisha hanya berharap, semoga Evan dan yang lainnya tidak mendengar detak jantungnya.

***

Dea mulai menyicipi baksonya, baru juga satu sendok, mukanya langsung memerah semua akibat kepededesan sambal yang diberikan Aura. Aura tahu bahwa Dea memang tidak menyukai pedas, tapi perlakuan Dea kepada Alisha memang sungguh pedas sekali.

Lagi-lagi Evan memberikan perhatiannya kepada Dea. Evan langsung memberikan orange jus nya untuk meredakan pedas dimulut Dea sambil mengusap lembut rambut Dea.

Ah, senjata makan tuan, Aura mengira Dea akan jera. Namun kenyataannya makin menjadi-jadi. Sungguh pemandangan yang tidak mengenakan.

Alisha tidak tahan lagi melihat kejadian itu semua, Alisha telah kalah dengan perasaannya. Dia berlari menjauh meninggalkan kantin dengan air mata yang tak dapat ia pertahankan lagi.

Aura mencoba untuk mengejar Alisha, namun Dani mengahalanginya dan berkata.
"Ada kalanya seseorang butuh waktu sendiri untuk melampiaskan perasaannya."

Aura kesal melihat Evan yang tidak berkutik sama sekali, dia lebih mementingkan Dea daripada Alisha pacarnya sendiri.

"Van ko lo gak nyoba ngejar Alisha. Alisha beginikan gara-gara lo dan tuh cewek."

Dea merasa tidak enak telah dihakimi seperti ini, dia juga mencoba membujuk Evan agar mau mengejar Alisha.

"Van, sekarang pacar lo itu Alisha. Jadi, coba lo kejar dia ya, gue gak mau Alisha kenapa-kenapa."

"Karena itu permintaan dari lo. Ok, gue mau." Evan telah berlalu untuk mengejar Alisha yang lari entah kemana.

"Katanya gak mau sahabatnya kenapa-kenapa, buktinya malah nyakitin sahabatnya." Cibir Aura.

Maaf kalau ceritanya kurang jelas menurut kalian dan jangan lupa vote dan komen ya....

Alisha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang