5

36 10 1
                                    

Yang membuat kekasih bertemu pertama kali
Yang membakar hasrat di dalam hati
Yang menunjukkan pada mereka jalan cinta
Yang membawa kebahagiaan sekaligus air mata

***

"Hmm... ok." Alisha masih mencoba membenarkan rambutnya yang sudah di acak-acak oleh Evan.

Evan langsung menarik lengan Alisha dan membawanya menuju parkiran sekolah tempat dimana dia memarkirkan sepedanya.

***

Alisha tersenyum bahagia melihat orang yang di cintainya berada di sisinya. Dan seketika, parkiran sekolah terasa dekat sekali, padahal biasanya terasa sangat jauh ketika Alisha berjalan bersama sahabatnya.

Evan berjalan mendahului Alisha. Raut wajah Alisha berubah menjadi sendu dan senyum yang tadi berkembang pun hilang tak terlihat. Awalnya Alisha kira Evan bakal ninggalin dia lagi, ternyata Evan berjalan mendahului Alisha untuk mengambil sepeda yang ia parkir di parkiran.

Dalam hati Alisha bersorak gembira, ternyata yang tadi ia pikirkan semuanya salah. Mangkanya Cha positif thinkink, gak semua yang kamu pikir itu benar.

"Lis, kok kamu bengong ajah sih kapan nih kita jalannya?"

Alisha masih mencerna kata-kata Evan apakah ada yang janggal dari biasanya.

"Yaudah kalau kamu gak mau, aku tinggal ya."

"Eh.. jangan."

Alisha berlari menuju Evan dan sepedanya. Tapi dalam perjalanannya, Alisha masih memikirkan kata janggal yang diucapkan Evan barusan.

Akhirnya nemu juga, ternyata sekarang diantara gue dan Evan sudah ada kata kita iya benar... yang tadi Evan ucapkan memang itu.
"Iya benar itu..."

"Hmm... bener apanya Lis?" Evan kebingungang melihat sikap Alisha yang sedikit aneh.

"Eh.. hehehe engga papa kok." Sembari mengangkat jempol untuk meyakinkan Evan bahwa dia tidak apa-apa.

"Udah mau berdiri aja? Yaudah aku tinggal." Evan sudah bersiap untuk melajukan sepedanya.

Alisha menahan sepedanya Evan agar tidak bergerak maju.

"Ah... lo mah mainnya ninggalin ajah." Alisha mengerucutkan bibirnya, Evan melihatnya gemas dan lagi-lagi ia mengacak-ngacak pucuk kepala rambut Alisha.

Namun dalam hati Evan tersentak mendengar jawaban Alisha yang mengatakan bahwa dia mainnya ninggalin aja.

"Belum saatnya kamu tau Lis." Dengan suara yang super kecil namun tetap saja terdengar oleh Alisha dengan samar-samar.

"Apa Van?"

"Ga ada apa-apa kok."

"Engga Van tadi aku denger kamu bilang sesuatu loh."

"Wah kayanya telinga kamu harus diperiksa ke THT nih." Sambil meledek Alisha yang sedang merengut.
"Yaudah ayo naik nanti keburu sore loh."

Alisha menatap sepeda yang digunakan Evan dan dia tidak melihat ada sadel tambahan untuk dia duduki. Karena sepeda yang Evan gunakan adalah sepeda gunung yang hanya memiliki satu sadel saja.

Alisha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang