Happy Reading 💞💞💞
Suara bentakan terdengar keras dari ruangan bertuliskan CEO Room. Seorang pria terlihat sedang memarahi kedua bawahannya yang sedang menunduk ketakutan. Rahang pria itu mengetat tajam, matanya berkilatkan kemarahan yang jelas.
"Kalian kupecat! Pastikan jangan pernah menunjukkan wajah kalian lagi dihadapanku!"
"Maafkan kami, Sir! Kami tidak bermaksud seper—" Belum sempat salah seorang dari bawahan itu menyelesaikan ucapannya, suara hantaman meja disertai ancaman dari sang atasan menggelegar dalam ruangan yang mendadak bagaikan neraka untuk keduanya.
"Pergi atau aku akan membunuh kalian sekarang juga!" Sukses saja ancaman itu berhasil membuat kedua bawahan itu bergidik ngeri. Jantung keduanya berpacu kencang mendapati atasannya yang sudah bertransformasi menjadi malaikat kematian.
Ayolah, siapa yang tidak mengenal CEO muda mereka? Willy Rutter yang terkenal dengan sikap dingin dan kekejamannya. Hanya dengan menatap mata birunya saja mampu menciutkan nyali seseorang karena sorotnya yang tajam. Suara berat yang penuh ketegasan mampu membuat siapapun yang mendengar perintahnya akan memilih tunduk menurutinya.
Seorang Willy tidak pernah bermain-main dengan ucapannya, karena itu kedua bawahan itu memilih melangkahkan kaki keluar, sebelum membiarkan nyawa mereka melayang begitu saja akibat ledakan kemarahan atasan mereka itu.
Setelah kedua bawahannya pergi, Willy berbaring di sofa seraya memijat pelipisnya yang berdenyut. Kemarahan dan gurat penat terlihat jelas di wajah tampannya. DAMN! Willy merasa sudah salah memperkerjakan orang yang bisanya hanya menghamburkan uang perusahaan saja.
Belum pernah sekalipun Willy mendapat penolakan kerja sama dari perusahaan lain, karena biasanya perusahaan lain lah yang akan mengemis untuk menjalin kerja sama dengan perusahaannya.
Tapi hari ini, rekor itu terpecahkan oleh Hampton Group yang menolak kerja sama atas proyek baru yang sejak lama diimpikan Willy. Dan tentu saja ini semua disebabkan oleh kedua bawahannya yang bodoh itu.
"Hei, Dude! Ada apa dengan wajah menyeramkan itu?"
"Jangan membuat mood ku semakin buruk, Joe! Ada apa?" tanya Willy datar. Tanpa melihat pun, ia tahu jika yang sudah masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu adalah Joshua Kenward, sahabatnya.
Joe terkekeh kecil sembari mengambil posisi duduk di seberang Willy dengan tangan bersidekap santai. "Kenapa kau tidak mengangkat panggilanku? Come on, Dude! Dunia ini indah, kenapa kau harus merusak keindahannya dengan memilih berkencan dengan berkas-berkas sialan ini?"
Willy berdeham singkat sembari memejamkan mata malas. Ia tidak mau menyia-nyiakan energinya hanya untuk membalas ucapan Joe yang menurutnya sangat tidak penting.
"Dasar pria kesepian! Astaga, kau benar-benar terlihat menyedihkan seperti ini."
Lagi-lagi hanya deheman singkat Willy yang menyambut suara Joe.
"Disaat seperti ini aku pikir kau sangat membutuhkan wanita, Dude."
"Stop it, Joe!" Geram Willy. Denyutan di kepalanya mendadak bertambah hebat mendengar omong kosong sahabatnya ini.
"Kurasa merelakan teman tidurku malam ini untukmu tidak jadi masalah untukku."
"Joe!"
"Tidak perlu berterimakasih, Dude! Ini adalah bentuk kepedulianku yang memiliki sahabat kesepian sepertimu."
"Joe."
"Aku tahu, aku baik. Kau memang beruntung memiliki sahabat setampan dan sebaik diriku."
"Keluar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes On Me
RomanceSecepat seseorang mengedipkan mata, secepat itu pula hidup seorang Jeslyn Hill berubah seratus delapan puluh derajat. Terhempas dari langit yang penuh keindahan bintang ke jurang yang penuh tajamnya duri. Tidak ada lagi kehidupan yang dihiasi dengan...