Menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan

1.1K 23 0
                                    


Menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan

1. Meyakini bahwa Allah adalah Al-Fattāḥ dan Melaksanakan Tuntutan Peribadahan darinya

Termasuk modal terbesar bagi seorang hamba dalam meraih kedudukan pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan adalah keyakinan yang benar bahwa Allah adalah Al-Fattāḥ (Yang Maha Pembuka kebaikan dan Pemberi keputusan hukum). Dialah yang membuka semua pintu-pintu kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Al-Fattāḥ -sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh ‘Abdur Rahmân As-Sa’diraḥimahullāh- di samping mengandung pengertian al-ḥukmu, (menghukumi atau memutuskan) sebagaimana firman Allah,

قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ

“Katakanlah: “Rabb kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui” (QS. Saba':26) juga mengandung makna lainnya, yaitu:

Dialah yang membuka semua pintu kebaikan bagi hamba-hamba-Nya, sebagaimana firman Allah,

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya” (QS. Fathir: 2).

Dia-lah Sang Pembuka pintu-pintu kebaikan dunia dan agama bagi hamba-hamba-Nya, dengan cara membuka hati-hati orang-orang yang dipilih-Nya dengan kelembutan dan perhatian-Nya, dan menghiasi hati mereka dengan tauhid dan keimanan kepada-Nya, yang semua itu akan menyempurnakan agama mereka dan menjadikan mereka istiqamah, tetap tegar di atas jalan yang lurus.

Allah juga membukakan bagi hamba-hamba-Nya pintu-pintu rezeki. Dia menganugerahkan kepada orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya lebih dari apa yang mereka minta dan harapkan, memudahkan bagi mereka mengatasi semua urusan yang sulit.

Keyakinan yang mulia ini akan melahirkan pada diri seorang hamba sikap tawakal hanya kepada Allah semata, mentauhidkan Allah dalam peribadahan, serta berdo’a, memohon pertolongan hanya kepada-Nya, demi tercapainya cita-cita dirinya menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan.

Dengan menghayati kandungan nama Al-Fattāḥ, seorang hamba akan menyadari bahwa tidak mungkin ia sanggup memahami kebenaran dan memahamkan kebenaran kepada orang lain serta tidak mungkin ia sanggup mengamalkan suatu amal saleh dan mengajak orang lain untuk beramal saleh, kecuali jika Allah membukakan kebaikan tersebut baginya.

Oleh karena itulah, di antara sebab-sebab berikutnya yang akan disebutkan agar seseorang bisa menjadi sosok pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan adalah tawakal dan berdo’a kepada Allahsemata, inilah buah dari keyakinan bahwa Allah lah satu-satunya Al-Fattāḥ, Yang Maha Pembuka kebaikan dan Yang Maha Memutuskan hukum.

2. Tauhid Itu Yang Utama

Sesungguhnya pembuka berbagai kebaikan yang paling agung adalah mengesakan Allah (bertauhid) dan mengikhlaskan peribadatan untuk-Nya semata. Bukankah bertauhid merupakan syarat seseorang berstatus sebagai seorang muslim? Bukankah amal sebanyak apapun juga, jika pelakunya tidak mentauhidkan Allah akan sia-sia seluruh amal tersebut? Bukankah ikhlas merupakan salah satu syarat diterimanya sebuah amal saleh? Bukankah ikhlas mendorong seorang hamba untuk senantiasa semangat melakukan kebaikan, karena orang yang ikhlas itu mengharap wajah Allah dalam beramal saleh? Wahai saudaraku, ketauhilah tauhid adalah kunci dari seluruh kebaikan sekaligus merupakan kunci surga. Tidak mungkin seseorang memasuki surga kecuali dengan mentauhidkan Allah. Lā ilāha illallāh, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, kalimat Tauhid dan kunci surga.

Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْكُمْ مِنْ عبد يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاء

“Tidaklah salah seorang dari kalian berwudu lalu menyempurnakan atau membaguskan wudunya, lalu mengucapkan asyhadu allā ilāha illallāh, wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasūluh, melainkan akan dibukakan untuknya delapan pintu surga, dipersilahkan ia memasukinya dari pintu manapun yang dikehendakinya” (HR. Muslim dari Umar bin Al-Khatthab raḍiyallāhu ‘anhu ).

Oleh sebab itu, Imam Bukhari raḥimahullāhmenyebutkan dalam kitab ṣahihnya bahwa Wahbun bin Munabbih pernah ditanya, “Bukankah lā ilāha illallāh adalah kunci surga?” Beliau jawab, “Iya,tetapi tidaklah ada satupun kunci melainkan memiliki gigi-gigi, jika engkau membawa kunci yang bergigi, maka akan dibukakan  (pintu) bagimu, jika tidak, maka tidak dibukakan (pintu) bagimu”.

Para ulama telah menyebutkan bahwa syarat lā ilāha illallāh ada tujuh, yaitu:

Ilmu tentang makna kalimat lā ilāha illallāh.Yakin terhadap makna  kalimat lā ilāha illallāh.Jujur dalam mengucapkan kalimat lā ilāha illallāh dan tidak dusta serta tidak pula munafik.Ikhlas yang meniadakan kesyirikan.Cinta terhadap kalimat lā ilāha illallāh dan kandungannya dan tidak membencinya.Tunduk dengan melaksanakan tuntutan kalimatlā ilāha illallāh.Menerima kalimat lā ilāha illallāh dan tidak menolaknya.

Barangsiapa yang mengesakan Allah  dan mengikhlaskan ibadah untuk-Nya semata, dan melaksanakan tuntutan kandungannya, dengan ikhlas dan sesuai Sunnah Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, niscaya ia akan menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan.

Maka siapapun yang ingin menjadi kunci, pembuka pintu berbagai kebaikan bagi dirinya dan orang lain wajib baginya untuk merealisasikan tauhid dan ikhlas kepada Allah dan meniatkan semua amal, ketaatan untuk Allah agar memperoleh pahala di surga.

Seputar Islam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang