Bab 2. Kutukan

6.4K 90 6
                                    

Published on 24 Juli 2023

Setelah peristiwa yang terjadi di kedai kemarin, Dara tidak masuk kuliah keesokannya. Ia demam karena masih terlalu syok dengan apa yang terjadi kemarin. Sebenarnya itu bukan kali pertama Dara mengalaminya. Sejak bisa melihat lagi setelah mendapatkan donor mata, Dara mengalami kejadian-kejadian aneh yang menimpanya. Semua kejadian itu selalu berkaitan dengan peristiwa yang akan terjadi, salah satunya adalah ia bisa melihat kapan seseorang akan mengalami musibah. Bahkan sesekali ia bisa melihat kapan seseorang akan mati.

Kejadian kemarin adalah salah satunya. Saat Dara tak sengaja bersentuhan dengan pria di sampingnya itu, ia melihat semua apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu ia berusaha mencegah si pria keluar agar terhindar dari kecelakaan. Walau pun begitu tidak mudah bagi Dara untuk menyesuaikan diri dengan kelebihan barunya. Ia selalu mendapatkan caci maki orang-orang yang berusaha diselamatkannya dan berujung gagal mencegah kematian. Sekali pun ia berhasil mencegah, orang-orang akan menatapnya dengan perasaan ngeri.

Terkadang Dara berpikir menjadi buta lebih baik dibandingkan bisa melihat lagi. Semua terasa tak ada beda, justru Dara merasa hidupnya sekarang lebih sulit. Dulu ia dikucilkan karena buta, sekarang ia dikucilkan karena orang-orang menganggapnya aneh dan membawa kutukan sial. Hanya Tyas yang masih mau berteman dengan Dara, sekali pun gadis itu tau apa yang terjadi pada Dara sekarang.

Hembusan napas panjang lolos dari sela bibir Dara. Ia masih sulit menerima nasib dan membiasakan diri dengan keadaannya kini. Hal itu juga yang membuat Dara malas keluar rumah kalau tidak kuliah atau kepentingan yang mendesak.

Baru saja Dara mengubah posisi tidur, terdengar suara ketukan pintu. Mamanya masuk diikuti dengan seorang gadis di belakang. Melihat siapa yang datang, Dara langsung bangun dengan wajah cerah.

"Dara... Lihat nih, siapa yang datang," ucap mama Dara mendekati putrinya.

"Gimana keadaanmu sekarang?" tanya Tyas yang mengekor di belakang mama Dara.

"Sudah lebih baik," jawab Dara. "Kamu sudah pulang dari kedai?"

"Iya, hari ini kedai hanya buka sebentar. Tau lah, di depan kedai masih dibersihin dari sisa kecelakaan kemarin," terang Tyas.

Gadis itu mengambil duduk di samping Dara. Sudah lama Tyas tidak datang ke rumah itu, tetapi suasana di kamar Dara tidak berubah sama sekali. Terlihat bersih dan tertata rapi dengan warna cerah yang membalut dinding kamar.

"Kalian ngobrol dulu berdua, jangan lupa nanti ikut makan malam ya," kata mama Dara beranjak ke luar.

"Iya, Ma."

Sepeninggal mama Dara, Tyas sedikit merapatkan duduknya ke arah Dara. "Bagaimana keadaanmu, apa sudah lebih baik?" tanyanya penasaran.

"Aku masih belum bisa melupakan kejadian kemarin. Penglihatan ini benar-benar membuatku sengsara," keluh Dara.

"Sabar ya, aku bakal selalu menemanimu kapan pun kamu butuh kok."

Tyas memeluk Dara hangat, mencoba menenangkan sekaligus memberi semangat agar temannya itu tidak semakin gelisah. Andai saja ia bisa membantu Dara mengatasi penglihatannya itu. Hanya saja kemampuan Dara memang sulit ditebak kapan datangnya, sehingga mereka belum mengetahui bagaimana cara mengatasi itu.

"Ngomong-ngomong, selama ini kamu perhatiin nggak kapan penglihatanmu bakal muncul?" tanya Tyas penasaran.

"Iya. Aku bisa melihat masa depan saat tanpa sengaja menyentuh seseorang secara langsung," jawab Dara.

"Oh ya? Coba kamu lihat masa depanku," pinta Tyas bersemangat.

Sebelum Dara sempat menolak permintaan Tyas, gadis itu dengan cepat langsung menggenggam tangannya erat. Berbeda dengan Tyas yang tersenyum penuh harap, Dara justru mengerutkan kening bingung.

"Bagaimana?" desak Tyas tidak sabar.

"Aku nggak lihat apa-apa," jawab Dara tidak begitu yakin.

"Beneran? Coba sekali lagi."

Kini tangan Dara menyambut genggaman tangan Tyas dan mencoba berkonsentrasi untuk bisa melihat masa depan temannya itu. Namun setelah sekian lama mencoba, ia sama sekali tidak mendapatkan penglihatan sedikit pun tentang Tyas.

"Aku masih nggak lihat apa-apa," ucap Dara bingung.

Tyas yang mendengarnya tidak tampak kecewa, gadis itu justru merebahkan badan di samping Dara. "Mungkin hanya kejadian tertentu yang bisa memicu penglihatanmu atau nggak semua orang bisa kamu lihat," gumamnya berpendapat.

Sesaat kamar itu tampak hening. Kedua gadis itu larut dalam pikiran masing-masing. Dara mencoba mengingat-ingat kembali kapan saja saat bisa melihat masa depan orang lain sejauh ini, sedangkan Tyas sibuk menerka-nerka bagaimana cara kerja indra ke enam temannya itu.

"Aku rasa saat akan terjadi sesuatu, baru aku bisa melihatnya," kata Dara setelah mengingat tidak semua orang yang disentuhnya memunculkan penglihatan itu.

"Itu artinya kamu perlu mengetahui tanda-tanda orang seperti apa yang bakal memicu penglihatanmu itu," terang Tyas.

Ucapan Tyas terdengar masuk akal bagi Dara. Jika memang tidak semua orang yang disentuhnya memicu indra ke enam, itu berarti orang yang bisa dia lihat masa depannya memiliki tanda-tanda tertentu. Kini masalahnya tanda seperti apa yang harus ia cari pada orang yang bisa memicu penglihatannya.

 Kini masalahnya tanda seperti apa yang harus ia cari pada orang yang bisa memicu penglihatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mata PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang