Bukan kamu kok yang enggak peka, akunya aja yang terlalu berharap
😢😢😢
"Hai jay!" Permata menggandeng tangan Ervin.
"Siapa sih cowok tadi?" Ujar Ervin menuju ke kantin.
"Oh, yang tadi? cuman temen sekelas, kenapa cemburu lo?" Permata tersenyum geli.
"Iya gue cemburu. Gue enggak suka liatnya." ucap ervin dengan mata tegas.
"Kenapa sih lo!" Ujar Permata meledek.
Ervin hanya diam dan berjalan ke kantin.
Sesampai di kantin
"Ajarin gue matematika dong" Ervin mengedipkan matanya.
"Apaan sih lo jay, sok imut." Permata memberikan sebotol minuman.
"Tapi suka kan?"
Permata mencubit pipi Ervin dengan keras.
"Aaaa sakit! Ini bukan bapaw , makanya lo gue panggil pay karena lo yang mirip bapaw bukan gue!" Ujar Ervin ngambek.
Permata hanya menggelengkan kepalanya.
Seperti biasa Permata diam sambil mengerjakan soal soal.
"Gue mau tanya matematika sama lo, kok ga di jawab jawab sih!"
"Apaan sih lo! Lo kan Jumum dua pasti lo bisa lah soal soal cetek beginian."
"1+1 berapa pay?"
"Dua"
"2×2 berapa pay?"
"Apaan sih, 4." Permata males menjawab.
"Aku + kamu?"
"Tau ah jawab sendiri gue lagi enggak mood diajak bercanda." Permata memakan baso tanpa memperdulikan Ervin.
Permata menungkan cabe pada baso tanpa dia sadar karena dia salah tingkah.
"Loh kenapa pake pedes sih?" ervin mengambil mangkok permata. "Jangan makan pedes kamu ga akan kuat, aku gamau kamu sakit" ervin memberikan coklat sebagai gantinya untuk permata.
"Gatau ah males, engga mood"
"Katanya enggak mood, tapi kok itu makannya kaya yang kesurupan. Saha maneh?(siapa kamu)"
"Aing maung(Aku macan)." Tawa Permata. Terdengar aneh namun mereka berdua memang sama sama anehnya.
"Sepulang sekolah kita main yu? Mumpung bokap lo lagi ke luar negeri. Gue jadi inget deh dulu gue sama lo sering nginep bareng malah tidur bareng. Kalau sekerang lo masih mau?"
"Eh itumah lo-nya aja yang keenakan."
"Emang sih lo itu bukan narkoba , tapi entah kenapa bikin candu."
"Ihh gue haram dong?"
"Untuk sekarang sih lo haram untuk gue, ya minimal 5 taun ke depan lo halal buat gue.!" Ervin terus menatap Permata.
"Udah ah, bisa bisa nafas gue enggak normal kalau di sini terus. Gue ke kelas aja yah!"
"Lo boleh ke kelas asalkan nanti pulang sekolah kita main sepuasnya?" Ervin memegang tangan Permata, membuat semua mata tertuju pada mereka. Inilah hal yang paling Permata benci, bukan karena Ervin memegang tangannya tapi karena dia tidak suka menjadi tontonan.
"Gue ada janji sama Gery"
"Hah? Laki laki yang tadi? Si kapten basket itukan? Gue enggak setuju lo balik bareng dia." Ervin menggengam tangan Permata erat.
"Tapi vin,"
"Enggak boleh!"
"Emang lo siapa gue? Berhak ngatur gue seenaknya?" Ujar Permata penuh kebaperan
Gue? Gue? Gue orang yang mencintai lo tanpa syarat dan rela menunggu sampe akhir hayat karena lo yang pertama dan terakhir dalam hidup gue.
Ingin sekali Ervin menggatakan itu, namun apa daya dia hanya bisa menatap tajam mata Permata tanpa bisa mengungkapkan yang sebenarnya."Gue .. i..t..tuu sa..ma lo Just Friend" Ervin menunduk dan melepaskan tangan Permata.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE
Teen FictionKita sama sama hanya menggangap teman. "Di dalam lubuk hati teramat dalam aku mencintaimu, tapi hanya aku pendam. Aku hanya seorang wanita yang selalu menunggu." Permata "Aku ingin mengatakan i love you , namun takut kau menjauh dariku." Ervin