Part 12

72 8 0
                                    

Gue suka jadi Friendzone lo, karena kalau gue sama lo pacaran, hal sweet selama pdkt ini hilang.

😢😢😢

"Hallo?." Terdengar suara Bass.

"Siapa ini?" Ujar Ervin.

Penelphone langsung mematikan telphonenya.

"Aneh, ah bodo amat meningan gue samperin Permata ke kamar mandi."

                      😂😂😂

"Permata, lo telphone si Gery dong bilangin minta dianter ke sekolah." Ujar Wanda memulai pembicaraan di ruang makan.

"Eh?"

"Iya minta dianter ke sekolah." Wanda berkata dengan percaya diri.

"Tapi kan ada Ervin yang anter gue?" Tanya Permata.

"Si Gery buat anterin gue, yakali gue nebeng sama lo? Mau tartilan?" Sinis Wanda.

"Sama lo aja, gue enggak punya nombernya."

"Jangan bohong deh lo. Gue tau lo semalem kencan kan sama si Gery? Dasar picik lo!" Wanda bangkit dari kubur. Eh, dari kursinya.

"Nih liat hp gue aja!"

"Gue enggak bisa lo bohongin. Gue lebih pinter dari lo. Gue yakin lo nyamarin namanya kan? Biar gue enggak minta sama lo?" Wanda merebut ponsel Permata.

"Balikin ah, kaya anak kecil aja!" Permata meninggikan tubuhnya dengan tujuan menggambil ponsel berbungkus pink itu dari Wanda.

Prak!

Wanda melempar ponsel Permata hingga terdengar bunyi, setelahnya Wanda menjambak rambut Permata.

"Aww, apaan sih lo? Sakit Wanda lepas. Wanda sakit. Ampun wanda, maafin gue." Teriak Permata kesakitan.

"Maaf? Jadi bener kan lo punya nomornya si Gery? Dasar cabe lo, murahan!!" Wanda memperkeras jambakan khasnya.

Bukannya Permata tidak mau membalas tapi dia takut menyakiti sodaranya itu. Permata heran kenapa sodaranya itupun ikut berubah saat mereka berada di satu sekolah yang sama.

"Wanda sakit." Wajah Permata memerah menahan sakit seketika air matanya tumpah.

"Ini belum seberapa sama luka yang udah lo kasih ke gue, gue ingin lo ngerasain luka ini." Senyum Wanda penuh kemenangan.

"Lepas." Ervin mendorong Wanda.

Ervin tidak sadar akan kelakuannya itu. Ia hanya kaget melihat gadisnya dilukai apalagi menangis. Dia tidak rela Permata mengeluarkan satu tetespun air mata.

"Apa sih masalah lo." Teriak Ervin pada Wanda.

"Ervin udah, jangan bales dia." Permata memeluk Ervin dari belakang.

"Kalau lo ada masalah, lo bisakan bicarain ini baik baik? Lo kan cewe pasti ngerti perasaan dia, gue heran lo itu kasar makanya lo jomlo sampe sekarang." Ucap Ervin menganggkat satu halisnya.

Wanda menggambil tasnya dari meja makan lalu memandang Ervin dengan tatapan tajam, entah apa yang dipikirkannya.

"Lo enggak apa apa kan?" Ervin membalas memeluk Permata dan memastikan bahwa gadisnya itu tidak terluka.

Wanda kabur ke luar rumah.

"Heh bajingan, kemana lo? Gue belum kasih lo pelajaran!!!" Dengan setengah lari Ervin menyusul Wanda.

"Berhenti Ervin. Kalau lo maju atau nyusul Wanda gue enggak akan maafin lo. Lo bukan lagi sahabat gue."

Ervin menggepalkan tangannya. Hatinya marah dan ingin memberontak.

"Yaudah, kita ke sekolah aja yu." Ervin berusaha agar tenang.

"Ini? Rambut lo kan?"

Permata mengganguk "Gausah dipikirin, lagian cuman beberapa kok." Permata menyembunyikan tangisnya.

Bangsat! Dasar lo nenek lampir, gue sumpahin lo jomlo dan orang yang lo suka benci sama lo Aamiin. Guman Ervin pelan tak terdengar.

"Gue sayang sama lo, gue takut lo dilukain sama dia!" Ervin memeluk Permata erat seperti tidak ingin melepaskannya.

Ervin kesayangan gue, gue juga sayang banget sama lo. Gue tau kita enggak punya status apapun. Emang cinta itu enggak butuh status tapi gue ingin rasain pacaran sama lo. Gue ingin lo nyatain perasaan lo. Gue tau lo selama ini enggak modus sama gue, mungkin itu dari lubuk hati lo. Meski gue yakin dan ragu. Kenapa lo enggak pernah mau nyatain perasaan lo? Apa lo malu jadi pacar gue?

                     😢😢😢

"Gue ke kelas dulu ya jay!" Permata meninggalkan Ervin.

"Tunggu." Ervin mencium kening Permata. Dia membisikan " Jangan sakitin diri lo sendiri, sekalipun itu orang terdekat lo kalau lo jujur lo jangan takut. Gue bakal belain lo sampe titik darah penghabisan." Kata terakhir diiringi tawa Ervin.

Permata memukul dada bidang Ervin.

Ervin menggulurkan lidahnya "Enggak sakit. Gue kan punya roti sobek." Ervin menaruh tangan Permata di dadanya lalu kabur.

"Dasar nakal. Belajar yang bener!" Teriak Permata diiringi tawa.

Permata masuk ke kelas. Di pintu masuk ia dihalang oleh lelaki yang tingginya seperti tiang basket.

Votmen ya... nanti next

FRIEND  ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang