Part 2

254 20 50
                                    

Apa kamu enggak pernah suka sama aku? Walau seditkpun?

😢😢

    Cerita cinta ini dimulai ketika kita berdua lahir dan tumbuh bersama.
Awalnya Permata tidak mengerti apa itu cinta, namun kehadiran Ervin memberi kehangatan tersendiri bagi wanita bermata bulat itu.

    Mereka saling mengenal sejak mereka lahir. Jadi, ayah Permata dan ayah Ervin dulunya teman satu kelas dan sekarang bekerja di satu perusahaan yang sama. Ayah Ervin suka menggoda Permata bukan godaan genit, tapi sering menjodoh jodohkan anak semata wayangnya dengan Permata.
   
    Permata yang saat itu asik dengan kehidupan polosnya tidak memperdulikannya karena dia menganggap Ervin itu sahabat tidak lebih dan tidak kurang. Namun tiba tiba Ervin meminta lebih dari itu. Saat itu usia Permata baru kelas 4 sd. Jelas Permata menolak Ervin karena di usianya yang masih muda dia tidak mau mengacaukan suasana hatinya terlebih Ervin sudah dia anggap sebagai kakaknya. Sejak itu Ervin tidak pernah berani mengunggkapkan perasaannya lagi sampai sekarang.

  
Udahlah gue enggak usah mikirin masa lalu lagian masa lalu cuman masa lalu sekuat apapun usaha gue buat balik ke masa lalu itu mustahil. Seperti juga cinta lo, gue mustahil dapet cinta masa lalu dari lo.

Permata siap-siap menuju tempat les. Walaupun sekarang hari minggu tetap saja ia disibukan dengan kewajiban lesnya itu.

"Ayah, Permata berangkat les dulu ya.!" Mencium punggung tangan ayah.

"Sana les. Kamu itu les dari pagi sampe malem suntuk kok enggak ada perubahan sih!? Kenapa kamu enggak bisa jadi juara umum atau masuk ke sekolah yang ayah inginkan?"

Jleb. Kata kata ayah itu menusuk kalbu. Memang benar yah kata orang lebih baik omelan ibu daripada omelan ayah. Sekalinya ngomong jleb banget.

"Yasudah pergi sana, Ayah besok mau pergi ke London mengunjungi adikmu yang pintar.!" Ayah dengan santainya membaca koran.

Pintar? Apa aku kurang pintar baginya? Aku memperoleh rangking 1 namun tak pernah juara umum. Yah semua itu butuh proses.

"Tunggu apa lagi? Kok masih diem? Adikmu itu enggak pernah diem begini, karena itu dia bisa sukses. IQ dia dan kamu mungkin lebih bagus dia!" Ayah menyeruput kopinya.

Aku mencoba untuk tersenyum dan melangkahkan kaki.

Saat di jalan tak terasa air mataku keluar karena perkataannya itu.

'Tid .. tid tid' suara motor terdengar dari dekat.

"Woy! Sendiri aja neng? Jomblo ya?" Panggil Gery dari atas motornya.

"Awasin motor lo dari jalan ini, gue enggak mood buat milih jalan lain." Permata menundukan kepalanya.

"Ayo gue anterin mblo." Dengan hati deg degan Gery berusaha dekat dengan Permata.

"Engga , gue bisa sendiri."

"Gue tau lo anaknya mandiri, tapi gue ikhlas kok ngajak lo!" Gery turun dari motonya dan mendekatkan mukanya pada muka Permata.

"Apaan sih lo!" Permata memalinggkan muka dan berbalik arah.

"Tunggu, lo abis nangis ya?" Gery memegang tangan Permata.

FRIEND  ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang