Waktu Itu

102 2 1
                                    

Perjumpaanmu denganku itu karena takdir
Dan pun bukan kita yang merancangnya
Seperti bintang yang benar-benar dirancang untuk malam
Seperti malam yang dirancang untuk gelap..

Bersama dekapan angin malam
Dibawah langit yang gelap
Seseorang datang mengantarkan binar
Menyorotiku dikala gelapnya malam
Melontarkan senyum singkatnya padaku
Dia adalah senja waktu itu
Kuraih senyumnya dan ku simpan dalam mataku
Aku memberikan senyumku balik kepada senja itu
Rasanya aku ingin mengatakan banyak hal kepadanya
Tentang hari-hariku menantinya..

Rambutnya yang halus sesekali begerak tertiup angin
Hidungnya yang berdesir nafas merebak lembut
Netranya yang hitam putih terlihat sangat jernih
Ingin sekali aku berjalan dengannya
Dikala hujan, panas, gerimis, ataupun badai sekalipun
dan kanku tempatkan hatiku pada dirinya..

Teringat jelas dalam ingatan
Tangannya meraihku
Menggenggam ku dalam angin malam
Angin yang masih sangat terasa dingin..

Terlukis jelas dalam anganku
Senja yang pernah kulihat dari retinaku
Semalam waktu itu.
Pernah kusentuh jiwanya tak sengaja dengan mataku
Kalbu ini masih menggebu-gebu
Sampai pantai malu menolaknya..

Jika dunia terus berotasi
Sudikah kamu menghentikannya untukku
Jika ombak terus menggebu pantai
Sudikah kamu melindungi pantai agar tak tersakiti
Jika kapal terus berlabuh di dermaga
Sudikah kamu menjadi dermaga untukku?
Jika iya, kanku jaga kamu sampai pantai habis oleh ombak..

Dinginnya angin malam menusuk sampai ketulang-tulang
Bintang semakin bertaburan,
Retinamu terus menatapku
Tanpa sadar,
Jutaan detik telah terlampaui
Bersama ilusi yang selalu tercipta
Pada pandangan kala nanti..

Namun tak seindah seorang melukis lukisan yang indah
Bukan berarti lurus tak berkelok

Senja membutuhkan pengabdian untuk membuat rona dilangit
Bintang butuh pengabdian seharian
Menanti datangnya malam yang gelap agar dia terpandang
Awan membutuhkan pengabdian untuk menanti datangnya siang,
Untuk tampak sangat indah
Sungguh, tak semudah kata terucap
Tak semudah menepuk tangan
Tak semudah menggetarkan kelopak mata
Semua seperti bumi yang membutuhkan kehidupan..

#####
Terimakasih sudah membaca!
Tolong vote, comment, dan kasih kritik teman-teman yaa!
Maaf yang masih abal-abal ini. Kritik dan saran kalian akan sangat membantu saya!
Tunggu next selanjutnya ya! Dan selesai sajak ini, saya akan lanjut membuat ceritanya..
Semoga kalian suka!

Miss Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang