Akhir. 10:00am.

11 0 0
                                    

Line

Svn. Gita : Ven, kita harus ketemu.
Read.

Veno : Oke. Di cafe pertama kali lo, gue dan Gerril ketemu. Ajak Gerril. Gue tau lo ga bisa lepas dari dia.
Read.

Svn. Gita : Okayy

Pagi ini, Gita udah siap dengan keputusannya. Gerril juga udah siap untuk melepas teman dekatnya ini.

Kemarin, selain Veno yang menyatakan perasaannya, Gerril juga menyatakan perasaannya pada Gita. Kenapa semua temannya menyukainya? Harusnya mereka tetap nyaman sepertinya, yang ngga nenginginkan hubungan selain 'sekedar teman'. Tapi, ini udah kepalang tanggung. Mungkin ini jalan baiknya. Maybe.

"Udah siap?", Gerril memecah lamunan Gita yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Gita menoleh ke arah Gerril dan mengangguk, kemudian berdiri dari duduknya. Saat ini Gita masih di rumah Gerril. Mungkin hari ini ia akan pulang.

Seperti biasanya, tetap cantik dan anggun. Dengan gaun maroon selutut. Dengan rambut hitam legam digerai dan heels yang melekat di kaki nya yang jenjang. Sama dengan Gerril yang sempurna. Tapi, yang sempurna tidak akan selalu di pasangkan dengan yang sempurna. Untuk saling melengkapi, mereka butuh pendamping yang bisa mereka sempurnakan.

"Udah chat Veno? Jadi ketemu dimana?", Gerril menanyakan tempat yang akan mereka temui.

"Udah, cafe pertama kali kita semua bertemu", Gita sedikit menerawang saat pertama-tama mereka bertemu, menjadi teman, dan yeah hingga timbul ada nya rasa.
Gerril mengangguk dan jalan mendahului Gita. Gita mengikutinya dari belakang. Gerril memasuki mobil yang biasa ia gunakan, disusul dengan Gita yang masuk ke dalam.

Mobil keluar dari halaman rumah dan membelah jalanan secara santai. "Ger, menurut lo keputusan gue udah bener belom?", jujur Gita ngga yakin dengan keputusannya. Udah tiga tahun sendiri, ia takut kalo Veno akan sama aja.

Gerril tersenyum dan memegang tangan Gita erat. Meyakinkan perempuan yang selalu ada untuknya itu. "Kemarin kita udah ngomongin ini ya, Git. Veno usianya 20 tahun, dia pasti lebih dewasa. Dan lagi, lo cewek pertama yang bikin dia tertarik. Lo tau kan,Veno selalu nolak kalo ada yang ngajak dia pacaran. Jadi ini pasti takdir terbaik lo",

Susah sahabatan sama orang yang kecepetan lulus sekolah. Jadi mikirnya takdir atau jodoh mulu. Gita itu cuma baru mau pacaran bukan mau nikah astagaa. "Kata-kata lu seakan-akan gue mau nikah sama Veno tau ga.",

Gerril tertawa, "Nikah sekarang juga ngga apa-apa. Gue biayain mau?",

Gita mendelik, "ngga makasih. Belom lulus gue. Masih mau seneng-seneng", bodo amat kalo Gerril ngecap dia sebagai temen ngga tau diri.

"Santai dong, by", Gita hanya geleng-geleng kepalanya. Temennya kadang ngga waras.

***

Tepat pukul 10, Gita dan Gerril telah sampai di dalan restoran tersebut. Mereka masih berkutat di dalam mobil perihal Gita yang deg-degan.

"Ger,ga bisa. Gue ga bisa. Astaga jantung gue", Gita terus mengoceh hal yang sama sesaat mobil Gerril memasuki halaman parkir cafe. Terus memegang jantung nya seakan-akan jantung itu akan melompat keluar. Ngga akan lah.

dilain tempat~

Sedangkan Veno yang telah sampai lebih dulu, memesan duluan minuman nya. Sengaja ia memesan minumannya terlebih dahulu untuk menghilangi rasa takutnya.

Ngga lama, pintu masuk cafe terbuka. Veno melihat ke arah pintu masuk dan yeah itu calon kekasihnya. Tetap cantik dan sempurna dengan cowok yang berprofesi model sebagai teman jalannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Accompany : Just a FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang