LENCI-1

3 0 0
                                    

Belanda,Amsterdam

Pagi adalah hari yang merupakan hal yang dinantikan Lenci karena hari ini dia akan berangkat ke London untuk melanjutkan pendidikannya di University Cambridge sedangkan sahabatnya Evelyn kuliah di Oxford"Eve kita berangkat bareng atau sendiri-sendiri?"tanya Lenci pada Eve di seberang telepon.
"Gue diantar bokap,nyokap sama adek-adek gue sekalian salam perpisahan"disertai suara shower.Pasti tuh anak jawab telpon gue lagi mandi,dasar awas aja nanti dibandara kata ku dalam hati.
"Oke,see you"kata ku mencoba menyembunyikan kekesalan ku dan sambungan terputus olehku.

Sekarang aku berdiri didepan foto keluarganya yang saat itu dia,adiknya dan ibunya memakai kebaya biru laut dengan latar belakangnya pantai,sedangkan ayah memakai jas putih dan dasi putih serta kemeja biru laut"aku pasti akan merindukan kalian saat-saat kesibukan ku kuliah nanti"kata Lenci lirih sambil terus memandangi foto tersebut,hingga sebuah tangan mengejutkannya"Fle kamu tuh ya kebiasaan tau gak ngagetin kakak"kata Lenci kesal sembari mengelus dadanya"maaf deh kak"kata Fle dengan nada menyesal namun dibalik itu semua ada tersimpan kesedihan yang mendalam.
"Kak,mungkin suatu saat nanti aku akan seperti kak yang akan pergi untuk mengembangkan diri diluar sana,tapi entahlah aku merasa bahwa kak bukan pergi untuk sementara namun untuk selamanya ku harap kak baik-baik saja disana"kata Fle dengan kesedihan dan ketakutan yang terpancar jelas diwajahnya.
Lenci mengerti akan perasaan adik semata wayangnya ini mencoba meyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja dengan sebuah senyuman dan elusan di kepalanya karena mungkin ini yang TERAKHIR KALINYA siapa yang tau kemana TUHAN membawa Takdir dan Kisah Lenci pada akhirnya??

PTS

"Kakak harus tetap jaga kesehatan,makan yang teratur,jangan pulang terlalu malam,jangan ngebut kalau bawa mobil,jangan lama-lama tidur,istirahat yang cukup,hati-hati pada orang asing termasuk pria,oke!"kata mam panjang lebar yang membuat ku geleng-geleng kepala"mam cukup,panjang amat lagipula aku udah besar dan lagi aku juga udah latihan karate jadi gak akan kenapa-kenapa aku mam!"kataku kesal karena begitu panjangnya perintahnya,namun aku tetap mengerti akan perasaan mam karena aku akan pergi jauh darinya apalagi mengingat bahwa aku anak seorang pengusaha minyak terkaya.

"Sayang jaga dirimu baik-baik"kata ayah tersenyum dan mengelus kepalaku lembut,namun kurasakan ada air yang jatuh di rambutku"pah,apa papa menangis"kataku lembut tanpa sadar berlian bening itu jatuh dengan mulus di pipinya"tidak nak hanya kelilipan saja"kata papa mencoba mengelak"papa jangan bohong deh"kataku dengan nada canda untuk menutupi segala kesedihan yang terjadi diantara aku dan papa"aku harap papa baik-baik saja dan jangan merindukan aku,ya"kataku dengan nada geli dan menepis jarak diantara kami_memeluk untuk terakhir.

Kugeret koper dengan gambar merak hijau besar"kok lo lama amat sih Eve"tanyaku padanya kesal yang sedang menggeret koper bergambar wisatanya disney"sori deh,lo kaya gak tau aja keluarga aku kaya mana"kata Eve sambil cengar-cengir gak jelas alanya.
Kami masuk lalu mengurus semua dan mencari kursi tunggu paling dekat dengan pintu keberangkatan"woi lo tadi pagi engjawab telepon aku pasti pas loh lagi mandi?!"kataku kesal sambil memanyunkan bibirku yang dijawab dengan hehehan darinya.

PTS

Bandara Schipol adalah saksi bisu perpisahan yang akan berakhir manis atau pahit semua terserah pada takdir saja.Dan sekarang kedua sahabat itu berdiri dilapangan pesawat_Heatrhow bandara internasional di Inggris,tapi sebelum masuk mereka berfoto untuk mengabadikan momen tersebut setelahnya mereka berdua baru masuk.
Saat sampai didalam mereka harus direpotkan mengurus kedatangan mereka dan menunggu barang mereka,namun saat mengambil barang tiba-tiba ada dua orang gadis yang salah satu dari mereka melupakan sesuatu dan ya sebuah buku album foto kecil"hei!tunggu cewek baju merah!"kataku berteriak"pembodohan!lo pikir yang make baju merah cuman satu!"kata Eve kesal dan memukul bahuku cukup keras"aw!sakit Eve!"kataku kesakitan sambil mengusap bahuku yang menjadi sasarannya"biarin!emang gue peduli,sebaiknya kita kejar dua orang tadi aku rasa ini barang penting"kata Eve dengan mengambil barang tersebut dari tangan Lenci yang disambut anggukan perlahan dari Lenci.

"Tunggu!"sebuah teriakan tersebut menghentikan langkah kedua gadis yang membelakangi Lenci dan Eve.
Kedua gadis tersebut berbalik dengan wajah bingung"ada apa?"kata perempuan berkulit putih dengan rambut panjang pirang,mata coklat dan yang pasti gadis yang dipanggil oleh Lenci tadi"ini tadi barang kamu jatuh di dekat pengambilan barang"kata Eve sembari menyerahkan barang tersebut"ya ampun,terimakasih"kata gadis itu senang"sami-sami"kata Lenci dengan senyum yang memperlihatkan gigi putihnya.
"Perkenalkan aku Allegiance Lowers panggil saja Lenci"kata Lenci memperkenalkan diri sambil menjabat kedua gadis tersebut"saya Ashley Emilia Ravens biasa dipanggil Lea"kata gadis berbaju merah tadi"kalau namaku Samantha Caroline Trainor dipanggil Antha"kata gadis berkulit putih susu,rambut hitam dengan warna pirang diujung rambutnya dan mata coklat yang sepertinya orang Indonesia dan memakai kemeja merah"kalau aku Evelyn Avery Orchard panggil aja Eve"kata Eve dengan senyum manisnya.

Seusai perkenalan tadi Lenci dan Eve harus berpisah mengingat apartemen mereka berbeda.Sekitar sejaman lebih akhirnya Lenci sampai di apartemen yang bergaya modern tersebut siapapun yang ingin menginap disini harus menabung berabad-abad mengingat harganya sangat sangat sangat mahal.
"Huuu akhirnya sampe juga"kata Lenci merenggangkan otot-ototnya,menggeret koper miliknya masuk ke apartemen tersebut,namun"Lea!"kata Lenci kaget dan bingung melihat Lea ada disini"Lenci!kok kamu ada disini?"tanya Lea dengan raut wajah yang sama dengan Lenci"aku tinggal disini karena apartemen ini dekat dengan kampus ku"kata Lenci mengubah raut wajahnya menjadi biasa saja"kamu kuliah di Cambridge?"tanya Lea lagi"iya,apa jangan-jangan lo juga kuliah disana juga?"tanya Lenci yang disambut anggukan dan senyuman dari Lea.

Seusai ngobrol banyak tentang bagaimana mereka bisa masuk ke Cambridge,mengurus apartemen mereka yang ternyata bersebelahan.Mereka masuk ke apartemen masing-masing dan istirahat sampai malam.
Tok tok tok"Lenci!"panggil seseorang dari luar tok tok tok"Lenci!"kata orang dari luar lagi karena tak digubris oleh orang di dalam"aish!bising sekali!"kata Lenci menggaruk kepalanya yang kini membuat penampilannya berantakan semakin berantakan.
Dengan langkah gontai Lenci berjalan kearah pintu dan tampaklah seorang wanita yang telah menggangu tidur nyenyaknya"Lea!astaga ternyata eloh yang ganggu gue dari tadi,ya ampun!ada apa lo kemari?!"kata Lenci kesal sambil mengusap wajahnya kasar"sorry deh Lenci,aku cuman pengen ngajak lo buat makan bareng diluar"kata Lea menyesal dengan raut wajah sedih"oke aku maafian,tapi sorry aku gak bisa nemenin lo makan diluar soalnya aku masih kecapekan"kata Lenci menyesal dan bingung harus berbuat apa,tapi kalau jujur Lenci masih lelah atas perjalanan yang memang menguras energinya"gak papa lagi,aku ngerti kok"kata Lea memberikan senyum manisnya lalu berlalu meninggalkan Lenci dengan wajah bantalnya.

Keesokan paginya Lenci dan Lea memutuskan belanja bahan makanan disebuah supermarket dekat apartemen mereka"aaaah lelah juga ya belanja,tapi omong-omong barang disini mahal banget ya?"kata Lenci seusai belanja"hem,tapi itu memang sudah harga disini apalagi London biaya hidup disini mahal banget"kata Lea yang diakhiri kekehan"i great you"kata Lenci cengiran kuda"sebaiknya kita cepat pulang ini sudah mau hujan sepertinya?"kata Lea sambil mengadah kearah langit yang tampak berwarna abu"iya,ku rasa juga begitu"dan mereka berdua pulang ke apartemen mereka segera karena rintikan hujan mulai turun.

Hujan deras diluar membuat siapapun akan dibuat mengantuk,namun bukan untuk gadis indonesia ini yang malah memilih bermain sejenak dengan air hujan nan dingin tersebut"siapa sebenarnya aku?kenapa aku tak memiliki marga dalam nama belakang ku?siapa keluarga ku?"pertanyaan itu terus teriang dikepala mungilnya itu,hingga ia tak sadar jika dia terlelap nyaman ditempat tidur dengan memegang diary yang bercap air berlian tersebut.

PROBLEM THREE SISTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang