PEMUJA RAHASIA ITU...

38 2 0
                                    

"Pagi, Sarah!" Sely si sekretaris #seksi itu memberikan #senyum seraya menatapku yang sudah duduk manis di depan meja.

"Pagi, Ly!" #sapaku tak kalah manis. "Si Bos sudah datang, blom?" sambungku setengah berbisik.

"Tenang... tenang, si Bos belum datang. Tapi yang ini sudah mampir neh," kata Sely sambil menarik kursi di sebelahku.

Tiba-tiba mataku menangkap benda menarik yang barusan Sely keluarkan dari tempat persembunyiannya. Dibalik bokongnya. "Buket siapa itu? Dari mana, Ly? Gile bener ada yang khilaf sama kamu," sembur Sarah seperti memuntahkan peluru.

"Whuahahaha, makanya gue bilang tenang. Satu-satu. Nih, gue jawab ya."

"Ini bukan buat gue, buat loe noh!" Sely menyodorkan buket itu ke arah Sarah.

"Buat gue? Yang beneeer?" Sarah meneliti buket tanpa nama yang diberikan Sely.

"Katanya Satpam dari cowok."

Sarah sudah tidak tertarik lagi apa yang dikatakan Sely. Dia membolak-balik buket itu berharap siapa tahu ada petunjuk di buket itu.

"Dari Siapa yah? Semoga bukan teroris atau produser narkoba yang suka sama gue." Otak Sarah seperti dipenuhi tanda tanya. Dia mencoba menelisir seluruh laki-laki yang dikenal dalam ruangan dan diangan-angannya.

"Apa Hendra ya, cowok bermata tajam seperti silet itu. HRD manajer yang cool banget. Heran si Bos, apa enggak salah pilih. HRD kok enggak ada ramahnya sama sekali. Atau mungkin Tirta, si tukang parkir keren yang sebenarnya mahasiswa kampus terkenal. Aaah, paling Sely lagi yang ngerjain gue. Si Bos? Enggak mungkin, selera doi selebritis banget." Semua pikiran berputar di benak Sarah.

"Forget it." Sarah menyerah. "Siapapun yang kasih buket ke gue, terima kasih banyak deh."

"Sudah, enggak usah mikir buket. Pikir tuh badan yang mulai melar," ujar Sely menghentikan lamunan Sarah.

"Emang badan gue tambah gemuk ya? Seketika wajah Sarah berubah. Alis matanya terangkat membuat mata Sarah bertambah bulat. "Oh My God, diet...harus diet nih."

"Ya iyalaah, masak sudah ada pengagum rahasia, badan jadi melar. Kecilin tuh, biar banyak yang kirim buket lagi." Sely menjauh sambil tertawa.

_______________________

Sarah berdiri di depan cermin sambil menatap bayangannya. Bajunya yang lebar ditarik ke belakang sehingga membentuk dibagian pinggang dan perut. Dia berdiri sambil sesekali bergerak ke samping kiri dan kanan. Tapi matanya tetap tertuju ke cermin.

"Hmmm, benar kata Sely. Sudah ada 'tas pinggang' nih di perut. God What Should I do?" Sarah ngenes. "Ini gara-gara si Bos nih. Kasih kerjaan berat jadi gue makan terus."

Kemudian setumpuk jadwal diet sudah selesai dibuat Sarah. Pagi habis bangun tidur jogging. Makan paling cepat jam 9. Sedikit makan nasi. Banyak minum air yang kaya Hidrogen. Yang paling penting di kantor enggak boleh naik lift.

_____________________________________

"Aduh kak Sarah tambah cantik." Tirta membukakan pintu mobil Sarah.

"Terima kasih mas Tirta," ujar Sarah keganjenan.

Sarah melangkah menuju tangga di kantornya. Kegiatan yang sudah satu bulan ini dilakukannya. Dia bertekad mengurangi 'lemak kebahagiaan' di tubuhnya.

Sambil berjalan menuju meja, Sarah merasa sosok Hendra sedang memperhatikannya. "Si Cool bisa aja tergoda."

"Sarah, Gile banget, sekarang tambah tipis tuh badan." Sely memperhatikan Sarah lamat-lamat dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. " Lho kan lo yang suruh gue diet."

Sebenarnya Sarah merasa tidak begitu nyaman dengan kegiatannya ini. Semacam jetlag. Tapi dia harus melakukannya. Harus. Sambil melangkah, mata Sarah sedikit berputar pertanda kurang makan. "Duh ayo cepat jam 9."

"Sarah, dipanggil Bos tuh!" Sely mengisyaratkan​ agar Sarah segera masuk ke ruangan si Bos.

"Duh, emang ada apaan sih?"

"Ya enggak tahulah, emang gue cenayang." Sely berbalik duduk kembali di mejanya.

Melangkah dengan ragu, Sarah mencoba menentramkan hati. "God semoga aku dikasih rezeki sama si Bos. Dia mengetuk pintu pelan-pelan. "Masuk!"

Sarah masuk dengan alis sedikit berkerut. Masih berpikir "Gue mau diapakan sama si Bos?"

"Duduk!"

Sarah duduk dengan manis."Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Dia memasang tampang paling manis.

"Sarah, maaf saya perhatikan akhir-akhir ini kamu berubah."

"Aduh mateng gue, emang salah apa nih."

"Itu badan kamu tambah kurus. JELEK. Saya tidak suka." Si Bos tanpa tedeng aling-aling membuat mulut Sarah sedikit menganga.

"Kamu itu bagus yang seperti biasanya. Segar seperti buah Apel. Renyah dan manis." Si Bos terlihat seperti sedang 'kesambet' sesuatu di mata Sarah.

"Buket beberapa waktu lalu itu dari Saya. Karena kamu memang pantas menerimanya. Jadi, maukah kamu...kembali seperti sediakala?"

"Iiih, gue pikir mau dipinang, ternyata suruh gendut lagi."

"Baik Pak, saya pertimbangkan," ujar Sarah tersenyum.

Sebelum menutup pintu, "Sarah... I like you." Si Bos tersenyum keren sekali.

#Senja mulai merangkak. Pukul 17.30, waktunya Komputer di shutting down. Sarah sudah selesai membereskan mejanya. Pulang berleha-leha.

"Sarah! Pulang bareng?" Si Bos menawarkan diri.

"Terima kasih Pak, Saya bawa mobil" Sarah setengah membungkuk memberi hormat.

"Oke kalau begitu saya duluan ya."

"Silakan, Pak."

Sarah menuruni tangga kantor dengan bibir merekah. Tergeli-geli sendiri dia hari ini. Hatinya berbunga-bunga. "Si Bos suka sama gue, enggak salah tuh." Senyum itu dia bawa hingga ke depan pintu rumhnya. Sebuah kertas tertempel di sana.

"Sarah hari ini fitting baju, inget! Aku jemput jam 7 ya. Ardi"

Jumlah kata 800

Jumlah kata 800

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Late Night StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang