MENCARI SITTA

27 3 0
                                    

 Sekelebat bayangan terbang masuk hutan bersamaan dengan pecahnya piring yang baru dicuci Yu Sarni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekelebat bayangan terbang masuk hutan bersamaan dengan pecahnya piring yang baru dicuci Yu Sarni. "Sitta, #anakku." Naluri keibuan Yu Sarni memaksa otaknya untuk cepat-cepat mencari putri semata wayangnya, Sitta.

"Sittaaaa!" Yu Sarni berteriak memanggil anaknya.

Yu Sarni berlari menuju halaman depan rumahnya. Rumah dengan halaman yang sangat luas dan dipenuhi dengan pohon-pohon rindang. Asri tapi terkesan gelap. Tempat yang di tinggalinya itu terletak paling pojok, berbatasan dengan hutan jati yang terkenal angker.

Untungnya daerah yang ditinggalinya itu kini lumayan lebih padat daripada ketika dia pertama kali tinggal disana. Sekarang setiap jengkal sudah ada rumah yang dihuni pemiliknya. "Yo, Satriyo, kamu tahu Sitta, enggak?" Yu Sarni mencoba bertanya dengan teman bermain Sitta.

"Tadi ngaji sama aku, bude, tapi terus Sitta pulang sama Hani," Satriyo menjawab dengan muka penuh tanda tanya.

Yu Sarni setengah berlari.

"Nyah, apa Sitta main di rumahmu?" Sita bertemu dengan ibunya Hani.

"Enggak je, tadi memang pulang bareng Hani, tapi Sitta langsung jalan lagi," jelas ibunya Hani.

Yu Sarni berbalik menuju rumah kembali. Dia mempercepat jalannya supaya bisa bertemu segera dengan suami. Sebenarnya ini yang yu Sarni takutkan. Sudah beberapa hari terakhir banyak anak hilang di culik 'Wewe Gombel'.

Mendengar kata Wewe Gombel adalah kata yang paling membuat nyali warga di desa ini menciut. Bagaimana tidak, hantu ini sudah banyak membawa anak-anak desa. Walaupun sebagian besar anak itu kembali, tapi beberapa anak ditemukan tidak bernyawa di dalam hutan.

Hantu yang digambarkan mempunyai payudara sebesar pepaya yang menggantung itu suka sekali dengan anak-anak. Dia menculik anak-anak dengan menyembunyikannya di balik payudara. Anak-anak itu diberi makan dari kotoran hewan dan minum dari air susunya. Ketika anak-anak jijik, hantu itu menyihir mata anak-anak melihat kotoran seperti makanan kesukaan mereka. Dan ketika anak-anak itu ditemukan, mereka dibuat linglung agar tidak bisa menceritakan keberadaan si wewe.

"Pakne!" teriak Yu Sarni tergopoh-gopoh menemui suaminya.

"Sitta digondol wewe, Pak!" Yu Sarni memberi laporan kepada suaminya.

Alis matanya terangkat dan bibirnya bergetar. Dia mencengkeram tangan Pak Wahyu, suaminya. "Ayo Pak cepat cari anak kita!" teriak Yu Sarni histeris.

"Sabar bune, sabar. Apa kamu sudah cari Sitta di tempat teman-temannya?" Pak Wahyu mencoba menenangkan Yu Sarni.

"Aku sudah keliling, Pak. Sudah tanya sana-sini. Tapi Sitta enggak ada." Pecah tangis Yu Sarni.

"Kamu kok yakin Sitta digondol Wewe?"

"Aku tadi melihat orang terbang di atas rumah kita, Pakne."

Walaupun bukan 'orang pintar', indra keenam Yu Sarni selalu mendeteksi kejadian kasat mata dengan akurat. Dan Yu Sarni sangat yakin, yang diculik Wewe itu adalah anaknya.

"Kalo begitu cepat bunyikan kentongan, Bune!" Pak Wahyu bergegas keluar mengumpulkan warga.

****

Senja itu semua warga laki-laki berkumpul di depan rumah Pak Wahyu. Tidak ada #senyum menghias bibir mereka. Semua diam. Mata mereka nanar memeriksa semak-semak yang tingginya hampir separuh tubuh. Semua membunyikan alat rumah tangga membentuk irama yang teratur. "Sittaaaaa, Sittaaaaaa!" sesekali mereka berteriak memanggil nama Sitta.

Sudah lebih dari 4 kali mereka mengelilingi hutan kecil ini, tapi Sitta belum ditemukan.

****

"Mbah Sronto, tolong temukan aku dengan si Wewe!" pinta Yu Sarni kepada guru spritualnya.

"Itu berat, Sarni." Mbah Sronto mengernyitkan mata serius kepada Yu Sarni. "Besar risikonya."

"Wewe itu tidak suka daerahnya diganggu," kata Mbah Sronto lagi.

"Tapi Sitta belum ketemu, Mbah. Aku enggak mau kehilangan Sitta."

"Apa kamu berani mengambil risikonya?" Mbah Sronto menantang Yu Sarni.

"Aku #bahagia kalau Sitta bisa kembali bersamaku. Enggak peduli apapun resikonya. Aku harus mengambil Sitta kembali." Mata Yu Sarni dipenuhi kemarahan dan harap.

"Berani-beraninya Wewe itu menculik anakku."

"Ya sudah, bersiap saja, aku akan membantumu sekuatnya." Mbah Sronto memulai ritualnya.

"Pejamkan matamu, bayangkan Sitta sampai dia hadir dihadapanmu. Jangan lepaskan walaupun Wewe itu hadir juga di depan mata kamu. Jika Wewe itu mengajakmu berkelahi, ingatlah Allah. Tetap membaca asma-Nya sampai hantu itu hilang dari pandangan mata kamu." Mbah Sronto memberikan pengarahan.

Yu Sarni mencoba fokus untuk menemukan Sitta melalui mata batinnya. Dia melihat Sitta dengan keadaan bingung tetapi tidak ada rasa takut wajahnya.

"Mungkin Sitta sudah tersihir."

"Sittaaaa!" Yu Sarni berlari ke arah Sitta mencoba menggapai anaknya, ketika dia menabrak sesuatu.

Sesosok tinggi besar menyeringai menghalangi langkahnya. Tangannya yang tajam seperti gunting siap menyerang Yu Sarni. "HHrrrrggg." Mahkluk itu memperlihatkan gigi-giginya yang tidak beraturan.

Sesaat hati Yu Sarni menciut. Tak menyangka bentuk makhluk ini membuat dia shock berat. Badannya kaku serasa tidak bisa digerakkan. Mulutnya seperti terkunci, susah sekali berucap kata.

Yu Sarni mencoba mengalihkan pandangan ke anaknya. Kepalanya berat tetapi berhasil melihat Sitta. Seketika keberaniannya timbul kembali.

"Makhluk ini hanya menggodaku. Aku harus berani." Mata Yu Sarni berkilat tidak terima.

"A-A-Allah!" sekuat tenaga Yu Sarni mengucapkan asma-Nya.

"Allahu Akbar!" Teriak Yu Sarni lega. Dia merasa terbebas dari bekapan si Wewe.

Yu Sarni maju merangsek ke tempat makhluk itu berada. Direbutnya Sitta dari tangan wewe. Dia mencoba menghalau wewe itu pergi jauh dengan menghentakkan kakinya.

"Pergi kamuuuuu!" teriak Yu Sarni lantang. Dan si Wewe pun menghilang.

****

"Buneee, Buneee, Sitta ketemuu!" teriak Pak Wahyu di depan rumah Mbah Sronto.

Yu Sarni membuka matanya. Dia tertawa #senang. Lega rasanya Sitta kembali ke pangkuan #ayah dan #ibunya.

"Sittaaa!" teriak Yu Sarni sambil merebut Sitta dari gendongan suaminya. Dicium anaknya walau tampak linglung.

"Ya Allah, matur nuwun." Yu Sarni menitikan air mata. Seketika itu tubuhnya berasa lemas sekali.

871 kata

Late Night StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang