2

10.5K 250 0
                                    

Aya POV

Aku melemparkan tas keatas tempat tidur dan menghempaskan tubuhku disebelahnya. pikiranku melayang saat kejadian disekolah tadi.

Setiap memikirkan muka Abhi yang mendekati wajahnya , bola mata nya yang berwarna coklat menatap lekat, hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis.

Waduh...jadi kepikiran deh..

Seandainya bibir tipis itu...

"Aya, kamu sudah pulang?" Panggil mama membuyarkan lamunanku.

"Iya ma" jawabku segera

"Ayo cepat turun ,mama mau bicara. Mama tunggu diruang makan" ajak mama.

Aku benar-benar capek untuk berdiri. Dengan malas-malasan aku mengganti pakaian lalu turun kebawah menyusul mama keruang makan.

" kenapa ma?" Tanyaku sambil menempati kursi yg berhadapan langsung dengan mama yang sudah dari tadi menungguku.

"Ini, nanti malam papa ngajak kita pergi kerumah keluarganya Abhi. Kebetulan papa kangen dengan om yudhi". Jelas mama sambil melihat raut muka ku.

"Yah sekalian mau membahas soal kamu dengan Abhi"

Aku menggaruk kepalaku walau tidak merasa gatal, aku merasa bingung bercampur putus asa.

aku menarik nafas yang dalam.lalu perlahan kukeluarkan. Sepertinya mama menunggu jawaban dariku.

"Ma, Aya belum mau tunangan ma. Please ma, Aya mohon agar mama bisa bujukin papa supaya batalin perjanjian papa dengan om yudhi"

"Lagian ma, ini bukan jaman siti nurbaya lagi ma. Kita juga nggak kekurangan uang.
Masak anak simata wayang kalian mau dijodohin."bujukku sambil memperlihatkan muka memelas.

"Aya kan sebelumnya mama sama papa sudah jelasin sama Aya.
Kalau nikahnya nanti selesai kalian sekolah.
Jadi kalian bisa hidup berumah tangga sambil kuliah". Jelas mama.

"Untuk sekarang kalian jalanin dulu aja. Pertemuan malam ini untuk bahas acara pertunangan kalian minggu depan"

"Lagian apa salahnya si ya, Abhi kan ganteng, anaknya sopan lagi sama orang tua, makanya papa kamu ngebet banget jodohin kamu sama dia"

Aku bingung harus menjawab apa, kenapa bukan papa saja yang nikahin Abhi kalau memang papa yang ngebet.

"Ma, yang kalian lihat itu cuma kulitnya, tapi dalemnya asli tu anak sifatnya ancur" kataku.

"Hancur gimana,ya? Kamu kalo ngomong tu yang bener dong".
Mama mendengar aya bicara terlihat terkejut.

"abhi itu cuma baik didepan kalian aja ma, aslinya tuh anak sombong dan juteknya minta ampun. Setiap ketemu dia pasti aja tuh orang bikin kesel.

Gimana mau deket setiap ketemu pasti berantem. Jadi lebih baik papa tu buang aja jauh-jauh pikiran buat tunangin aya sama dia." ucap aya kesal.

Mama yang terlihat bingung mulai bernafas lega sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aya-aya...kirain tuh anak ngobat atau pengedar, kalau gitu mah biasa. Namanya juga cowok ganteng,jadi wajar kalo dia sombong. Yang ga wajar itu kalo jelek sombong pula...

Lagian kan kalian belum dekat, pernah dengar ga sih ya, kalau tak kenal maka tak sayang.
Lagian kan belum dicoba, siapa tau lambat laun rasa benci itu berubah jadi rasa cinta.

Seperti mama sama papa dulu" jawab mama sambil senyam senyum sendiri.

"Pokoknya hati aya masih belum mau nerima . Aya harap mama bisa ngertiin aya". Ucap aya kesal

"Ya sudah pokoknya malam ini kamu dandan dulu yang cantik supaya Abhi pangling lihat kamu.

Buat dia terpesona, buat diri kamu bercahaya sesuai nama kamu Cahaya Putri Winata". Bujuk mama sembari tersenyum menatapku

"Ya" gerutu aya sambil berdiri meninggalkan mama yang masih senyam senyum sendiri.

Setelah didalam kamar meski masih merasa kesal, aya merasa kalau ucapan mama ada benarnya.

pertunangan ini akan tetap berlanjut karena ego kedua dari orang tua kedua belah pihak sama imbangnya.

Mereka tidak mungkin menarik kembali apa yang sudah mereka janjikan sejak lama.

Apalagi papa sama om yudhi sudah berteman dari sejak kecil sampai mereka sudah menganggap saudara satu sama lain.

Jadi aya mau tidak mau malam ini harus tampil maksimal.

Aya langsung membuka lemari pakaiannya
sambil memilih pakaian, aya memikirkan sambil senyum-senyum sendiri mana yang cocok untuk membuat Abhi si cowok jutek itu terpesona...

CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang