Prolog

816 17 2
                                    

Petir menyambar dengan kencang. Hujan mulai turun, semakin lama semakin deras. Membuat badan perempuan itu mengigil kedinginan di dalam isak tangisnya. Dia tak tau apa yang harus ia lakukan, ia sedih, takut, ia marah pada dirinya sendiri. Sekarang pasti lelaki itu sangat benci padanya.
"Apasih yang udah gw lakuin ? Kenapa gw bisa bertindak bodoh begini ?".

Hanya ada beberapa lampu jalan di sekitar sini yang menyebapkan pandangan menjadi gelap. Sesekali ada mobil dan motor yang lewat, hingga menyilaukan pandangannya. Ia mendekapkan mukanya dilututnya. "Dingin".

Dia sadar yang sudah ia lakukan salah, dia sudah berfikiran negatif pada lelaki itu, dia sudah membuat lelaki itu kecewa akan sikapnya yang kejam, dia sudah membuat lelaki itu membencinya. Seluruh badannya basah, ia memeluk cardigan tipisnya erat-erat berharap bisa menghangatkan tubuhnya. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang, biasanya lelaki itu akan selalu ada untuknya kapanpun kala ia membutuhkannya. Tapi sekarang lelaki itu mungkin tak akan pernah muncul lagi untuknya.

Matanya sembab, air matanya sudah habis tak bisa dikeluarkan lagi. Ia seperti sudah pasrah dengan apapun yang akan terjadi. Ia memeluk lututnya erat-erat dan mejatuhkan dirinya kesamping. Ia sudah sangat lelah, jam di tangannya menunjukkan pukul 1 pagi. Perlahan matanya mulai tertutup, dan akhirnya perempuan itupun tertidur di pinggir jalan itu.

Suara mobil berhenti didepannya, perlahan suara langkah kaki mendekat, tapi perempuan itu sudah terlelap dalam tidurnya. Di tutupinya badan perempuan yang basah itu dengan mantel coklat. Dan digendong dengan perlahan masuk ke dalam mobil lelaki itu.

Too Sweet For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang