Bab 3. Sweet as Sugar (3)

161 6 0
                                    

Ran membanting tubuhnya ke kasur dan menghela nafas panjang. Aneh, ayahnya sudah lama meninggal. Harusnya ia sudah terbiasa. Tapi ia malah merasa kehilangan sekarang. Mungkin karena tempat itu, tempat yang penuh kenangan dengan ayahnya. Tapi ia tak menyesal pergi kesana, karena Karina sangat menyukainya.

"Ting tong ting tong"
Terdengar suara bel rumah. Ran turun dan membuka pintu, dan ada Ben berdiri disana sambil membawa kantung belanjaan supermarket.

"Ngapain lu ? Ga dibukain pintu rumah"?

"Bosen dirumah, maen The Witcher aja yuk".

Jarak dari rumah Ben ke Ran memang tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 5 menit berjalan kaki.

"Ah males, cape gw abis dari luar. Pulang lu sana".

"Gw bawa Dihari Milk, Silver Quin, Seprit, sama kat-kit".

"Yuk langsung maen, tunggu apa lagi bos".

Ben tersenyum penuh kemenangan. Ia sangat mengetahui apa yang disukai Ran dan menjadikannya sebagai senjata utama untuk sogokan jika Ran menolak melakukan sesuatu.

"Koko mana"?

"Lagi keluar kayaknya, beli makan buat Mono".

Mono itu peliharaan gw. Sugar Glider berwarna abu-abu kecoklatan yang manis tapi culun.

"Mana si Mono"?

"Nih di pundak gw, ga kliatan"?

"Oh yaampun, dia kecil sih gw jadi gasadar. Suka banget ya dia nyantel disitu".

"Iya kayaklu yang suka banget nyantel sama mantanlu padahal dia udah bahagia sama yang laen"?

"What the f-".

"Yuk naek ke kamar gw, kita langsung maen"!

Ran meninggalkan Ben yang kesal itu di belakang dan masuk ke kamarnya. Ben hanya geleng-geleng dan menggerutu kesal lalu mengikuti Ran.

"Jadi gimana lu sama si Karina"?

"Hah ? Apanya gimana"?
Ran menatap Ben bingung sambil menggigit Kat-kit di mulutnya.

"Ya lu sama Karina. Gimana hubunganlu"?
Tanya Ben cuek sambil terus menatap ke layar TV dan memainkan game nya.

"Hubungan apa. Kita cuma temen kok".

"Oohh cmon Ran, lukira gw gatau kalo lu abis dari luar sama Karina"?

"What ? Lu tau dari mana"?

"Dari snapgram nya Karina ehehe".

Ran menepuk mukanya. Dia menyerah, temannya yang satu ini memang kalo udah kepo pasti akan mencari sampai ke akar-akarnya.

"Jadi lu kesini cuma buat nanya itu doang"?

"Oohh ayolah, lukan bisa cerita atau minta saran".

"Minta saran dari orang yang gabisa move on dari mantannya yang sekarang udah bahagia sama yang lain"?

"Shut the fuck up and just tell me".

"Yaaa, tadi gw nonton sama dia, terus pergi makan. Ya gitu aja sih".

"Gimana menurutlu"?

"Dia baik, manis, peka akan hal kecil, perhatian, senyumnya manis. Yaa dia bisa ngebuat gw terpana".

"Baguslah, akhirnya lu keluar sama cewe lain selain Ica, Agnes, Winy, dan Karen".

Ran tersenyum kecil.
"Hmm yaa, gw rasa gw udah ada kemajuan".

"Gw khawatir kalo lu ga akan mau nyari cewe lagi sejak waktu itu. Bagus kalo lu udah bisa ngelupain itu".

Kata-kata Ben membuat Ran mengingat kenangan buruk. Hal yang membuat Ran menjadi membenci perempuan untuk waktu yang agak lama.
"Gw ga mungkin ngelupain kejadian itu. Gw cuma udah memaafkan. Lagian itu udah 2 tahun lalu".

"Tenang bro, dari yang gw liat Karina itu cewek yang baik. Dia pasti bisa ngebuatlu bahagia".

Ran tersenyum mendengar kata sahabatnya itu. Ia memang harus percaya kedepannya dia bisa menemukan gadis yang cocok untuknya dan melupakan masa lalu.

Jam menunjukkan pukul 12 malam. Ben sudah pulang dan Ran duduk di kursi meja belajarnya. Ia membuka laci dan mengeluar sebuah box yang berisi kotak, buku, dan beberapa lembar foto.

Diambilnya foto tersebut. Terlihat 2 pasangan yang sedang bergandeng tangan di pantai. Mereka tersenyum lebar, terlihat sangat cocok dan bahagia. Perempuan yang cantik dengan mata dan senyuman yang bisa membuat siapapun jatuh cinta saat melihatnya. Tapi tidak bagi Ran. Dialah yang memberinya kenangan buruk itu. Kenangan yang membuat Ran terauma untuk beberapa waktu.

Ran memasukkan kembali foto itu kedalam box dan menguncinya lagi di laci. Ia menatap keluar jendela sambil meminum kopi hangatnya. Ia tak mengaduknya, ia sengaja membiarkan gulanya mengendap dibawah agar manisnya dirasakan terakhir.

"Lebih baik begini. Pahit di awal, tapi berujung manis. Andai hidup itu bagaikan kopi ini".

Ran menaruh gelasnya di meja dan berjalan ke kandang Mono. Terlihat Mono yang sedang memanjat mainan di dalam kandangnya.

"Sugar Glider, aku penasaran kenapa jenismu dinamakan begitu Mon. Apa karena hidup kalian terlihat selalu manis ? Andai benar seperti itu".
Ran tersenyum dan berjalan meninggalkan kandang Mono.

#

Too Sweet For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang